Verda memutar poros tubuhnya sehingga menghadap Gillbert dan Nessa. Semua orang yang ada disana diam tanpa kata, hanya menyaksikan semua kejadian itu
"Kalau cuma gara gara mobil ini, papa bilangin Verda jalang. Liat! Sekarang mobilnya udah jadi abu" ucap Verda bergetar karena menahan tangis
"Papa gak tau siapa Verda! Papa gak tau gimana Verda! Papa gak tau apa apa" teriak Verda dengan tangisnya
Tangis Verda terdengar sangat menyakitkan. Semua penonton yang sedang asyik menonton itu langsung di kendalikan oleh beberapa satpam dan bodyguard Gillbert agar tak mengganggu urusan keluarga itu. Kini diarea parkiran hanya tersisa Verda, Nessa dan Gillbert
"Apa papa tau? Gimana rasanya hidup tanpa orang tua? Papa tau gimana rasanya Verda hidup tanpa kasih sayang kalian? HAH! Jawab pa!" Verda menyeka air matanya, sedangkan Nessa dan Gillbert Gillber
"Papa tau? Verda tiap malem nangis selalu inget kalian. Apa kalian disana ada mikirin Verda pa? Verda juga pengen kaya kak Nessa! Verda pengen hidup dan tumbuh bersama papa dan mama!" teriak Verda
"Verda selalu mikirin kalian! Verda selalu menanti kalian pulang" ucap Verda lirih
"Kakak juga! Memangnya apa yang kak Nessa iriin dari Verda kak? Semuanya kakak punya! Kasih sayang papa, kasih sayang mama, uang, semuanya kakak punya! Sedangkan Verda apa?! Jangankan kasih sayang, bersama papa aja gak jarang,bahkan bisa dihitung dengan jari. Dari dulu kakak selalu ambil perhatian papa! Mama? Bahkan buat ngeliat muka Verda aja, mama gak mau kak! Apa salah Verda sama kalian?" ucap Verda. Tangisnya makin kencang, keluar sudah semua unek unek dihatinya
"Kakak tau? Verda iri banget sama kakak. Kakak punya segalanya! Sedangkan Verda? Verda tau kok, kakak kan yang selalu ambil uang transferan yang papa kirim" ucap Verda
Seketika Gillbert menaikkan pandangan dan menatap Nessa penuh tanya. Nessa berkeringat dingin karenanya
"Verda tau, kakak juga selalu bilang yang engga engga kan soal Verda. Verda tau semuanya kak. Kakak tau? Setelah semua uang itu kakak ambil gimana?" ucap Verda menatap kakaknya penuh luka. Sedangkan Nessa sudah terisak karena kasihan kepada adiknya itu. Dia baru tau betapa sakitnya menjadi Verda
"Setelah semua uang kakak ambil, Versa berenti sekolah kak. Semua maid dan bodyguard dirumah pada berhenti kerja karena gak ada gajih. Verda sendiri dirumah besar itu! Verda takut kak disana. Untung ada guru Verda yang kasihan dan mau biayain Verda masuk kelas akselerasi karena prestasi Verda disekolah, sampai Verda lulus S2. Abis itu kakak tau? Verda kerja kak! Verda kerja di kafe kafe jadi babu! Sampai akhirnya semua perjuangan Verda berbuah hasil, Verda bisa buka usaha dan memperkerjakan beberapa maid dan bodyguard dirumah. Dan sampai sekarang berdirilah LavCorp" ucap Verda masih dengan tangis
Gillbert dan Nessa terkejut mengetahui semuanya. Akhirnya Gillbert beranjak dan langsung memeluk putrinya itu. Gillbert ikut menangis bersama Verda
Nessa yang berdiri melihat Gill dan Verda menangis sangat menyesali segala perbuatannya. Dia menyesal telah membenci adiknya itu, padahal adiknya itu sangat menyayanginya. Akhirnya hatinya terketuk.
Nessa pun berlari dan langsung ikut berpelukan bersama ayah dana ank itu. Ketiga manusia itu menangis bersama sama
"Nak, maafin papa ya maaf" ucap Gill
"Ver, maafin kakak. Kakak jahat sama kamu" ucap Nessa
Verda tersenyum
"Aku udah maafin papa dan kakak sebelum kalian minta maaf. Aku sayang sama kalian, aku seneng kalian udah mau nerima aku" ucap Verda tersenyun
"mobil kamu akan papa ganti" ucap Gill
"Eh gak usah pa, Verda masih punya yang lain kok. Lagian itu modelnya udah ketinggalan jaman" ucap Verda. Padahal mobil itu keluaran terbaru
"Iye tau lo, nona trilyuner" ucap Nessa bercanda
Akhirnya ketiga orang itu tertawa bersama.
Verda sangat bahagia sekali. Karena bisa merasakan kehangatan keluarga lagi
"Nah, sekarang kita pulang dan makan malam bersama dirumah oke" ucap Gill
"Okee" sahut kedua gadis itu
>>Laverda<<
Dimeja makan besar itu sudah ada Gill di kursi kebesarannya, di sisi kanannya ada Anya yang menatap sengit kearah putrinya, Nessa yang sedang bercanda sambil tertawa bersama Verda
Anya bingung, ada apa dengan putrinya. Sejak pulang dari sekolah bersama sama tadi, mereka nampak semakin akrab saja. Anya heran kenapa putrinya tidak lagi membenci Verda
Suasana hening, hanya ada suara dentingan sendok disana.
Selesai makan malam bersama, keluarga bahagia itu langsung menuju ruang keluarga. Mereka duduk bersama. Di bagian paling kiri Gill dan di sebelah kanannya ada Verda, Nessa dan Anya
Verda dan Nessa masih bergurau bersama diantara kedua orang dewasa itu. Mereka nampak sangat akrab sekali, Anya bingung dengan keadaan ini
"Mama, ayo bantuin Nessa kelitikin Verda" ucap Nessa sambil tertawa lepas
"Aghh kakak udahan ah, capek. Gelii aghh. Ampunn" ucap Verda yang tertawa lepas sampai terdapat air mata disudut matanya.
Anya yang melihatnya menjadi emosi. setiap kali dirinya melihat Verda bahagia dan tertawa, dia selalu saja teringat akan seseorang dan membuat emosinya meningkat
"Hahahaha kakak ud--" belum selesai Verda menyelesaikannya tibatiba berhenti karena teriameningka
"Berhenti! Nessa! Kekamar kamu sekarang! Dan kamu Verda, saya tidak suka melihat kamu tertawa bahagia seperti tadi! Saya jijik melihatnya" bentak Anya yang membuat hatinya teriris
"Mama" ucap Verda lirih
"Saya bukan mama kamu!" bentak Anya lagi
"Maa, kenapa mama benci sama Verda? Apa salah Verda ma. Bilang ma kenapa mama benci sama Verda?" tanya Verda yang sudah menangis
"kamu tau kenapa saya membenci kamu? Karena kamu bukan anak saya!" bentak Anya lagi
"lalu, Verda anak siapa ma?" tanya Verda disela isakannya
Gillbert yang berada dibelakang Verda menatap Anya dengan raut wajah memohon seperti berkata 'Tolong jangan' setelah melihat itu, Anya langsung pergi meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya, meninggalkan Verda dengan segala emosi
Gillbert menghampiri putrinya dan merengkuhnya kedalam pelukan hangatnya
"udah jangan nangis lagi, sekarang Verda kekamar dan tidur. Besok kan harus sekolah" ucap hangatny
Verda mengangguk dan langsung kekamarnya untuk tidur
Gillbert melangkahkan kakinya menuju kamarnya
Ceklek
Pintu terbuka, tampak istrinya yang duduk dikasur sambil meremas kuat selimut dan wajahnya memerah menandakan ia sedang marah.
"Aku mohon, jangan bilang seperti tadi kepada Verda" ucap Gill
"Lalu saya harus bilang apa?! Dia memang bukan anak saya!" teriak Anya
"Setidaknya jangan membedakan Verda dan Nessa. Jangan memilih kasih antar mereka" ucap Gill
"Gak bisa! Karena setiap saya melihat anak itu tertawa, saya langsung teringat wajah sok baik perempuan itu! Dan saya benci!" teriak Anya
"Anya!" sentak Gill geram
"Apa?! Memang itulah yang saya rasakan!" teriak Anya lagi
"Jangan salahkan Verda! Dia gak salah apa apa, itu semua kesalahan saya. Bukan Verda!" teriak Glag
Gillbert langsung meninggalkan kamar dan melajukan mobilnya menuju tempat yang bisa membuatnya tenang, club.
Sedangkan Anya terduduk dan menangis di kamar, tak lama Anyapun tertidur.