"Kamu nggak salah. Aku yang salah," ujar Lucy. Tidak. Jika ia yang salah, kenapa ia bersikap seperti ini padaku secara tiba-tiba? "Aku yang salah karena memiliki perasaan lebih padamu. Aku yang salah karena dengan bodohnya aku lupa diri, dan berharap lebih padamu. Aku-" Jantungku terasa seperti meledak mendengar ungkapannya. Tanpa aba-aba aku kembali mempertemukan bibir kami. Aku membungkamnya dengan ciuman menggebu yang tak bisa kutahan. Saat merasakan gadis ini hendak menghindar, aku sengaja menahan tengkuknya. Memperdalam ciuman kami hingga ia tak bisa melepasnya. Semua mengalir begitu saja tanpa bisa kukendalikan. Hingga setelah beberapa saat, barulah aku menjauhkan wajahku darinya. Lucy enggan menatapku, seolah lantai yang kami injak lebih menarik dariku. "Kamu mencintaiku?" t