Krisdion Wardhana

1087 Kata
6 tahun kemudian... Clea saat ini tengah mengemas barang-barangnya karena dia akan kembali ke Indonesia, karena mendapat panggilan kerja dari kampus yang dulu pernah memperkerjakannya. Kampus yang sama yang membuat Clea terikat dengan mahasiswa bernama Argya. Kampus itu menghubungi Clea karena mengetahui informasi bahwa wanita itu sudah lulus S3 dan mendapat tawaran menjadi guru besar di kampus itu. Apalagi Clea lulusan yang berprestasi sehingga banyak kampus menawarkan posisi tinggi untuk wanita itu. “Ma, sudah siap belum?” Tiba-tiba terdengar suara anak laki-laki dari belakang tubuh Clea. Anak itu langsung menghampiri Clea dan memeluknya dari belakang. “Dion, tunggu sebentar yah. Sedikit lagi selesai kok,” ucap Clea kepada anaknya yang bernama Dion, lebih tepatnya Krisdion Wardhana. Selama ini Clea telah berbohong kepada Argya mengenai hilangnya janin pada kandungannya. Hal itu bertujuan agar Argya tidak perlu mengharapkannya lagi, lelaki itu pantas mendapatkan yang lebih baik darinya. “Mama, Dion tidak sabar bertemu teman baru di sekolah,” ujar Dion dengan nada riang. Umur Dion sekarang adalah 7 tahun, dan dia sudah mengalami perpindahan tempat tinggal berkali-kali karena ikut Clea mengejar pendidikannya. Clea melahirkan Dion ketika di kota tempat kedua orang tuanya tinggal, lalu saat Dion mulai bisa berjalan dan berumur 2 tahun, Clea melanjutkan pendidikannya dengan membawa Dion ke Amerika. Lalu sekarang di usianya yang ke 7, Dion akan bersekolah di Indonesia. “Sabar yah sayang,” Clea menghentikan aktivitasnya dan membalikkan badannya ke arah Dion, dia mengelus puncak kepala Dion dengan sayang, “sekarang Dion tunggu mama di ruang tengah yah, nanti mama susul.” Setelah mendengar perintah Clea, Dion pun berjalan keluar dari kamar Clea menuju ruang tengah. Dia mengambil ipad miliknya di atas sofa dan terlihat memainkannya. “Dion akan mencari papa sendiri, kalau mama tidak ingin memberitahu,” gumam Dion yang mengotak-atik ipadnya. Dia sebenarnya tidak mengetahui informasi apapun mengenai ayahnya. Ketika Dion sedang mengotak-atik dan mencari tahu tanda bukti terkecil dari data mamanya untuk mencari keberadaan ayahnya. Sampai akhirnya Dion menemukan sebuah skripsi yang Clea menjadi dosen pengujinya. Dion meneliti satu persatu skripsi yang berada di bawah penguji Clea, hingga matanya tiba-tiba berhenti pada salah satu skripsi. Skripsi itu terlihat lain dari yang lain, karena pada bagian ucapan terima kasih skripsi ini mengatakan ‘untuk Clea Rahmona Sapphire yang telah meninggalkanku’. ‘Apa ini papa?’ pikir Dion sambil membaca sekilas skripsi itu. “Argya Aldeiratantya, nama yang cukup menarik. Jangan-jangan dia benar-benar papaku?” Dion segera mengunduh skripsi Argya dan menyimpannya pada folder terkunci agar Clea tidak dapat menemukannya. “Dion, sudah siap?” tanya Clea yang baru keluar dari kamar sambil menggeret dua koper di tangannya. “Biar Dion bantu, ma,” Dion menaruh ipadnya di tas punggungnya lalu menggendongnya, kemudian menghampiri ibunya untuk membantu membawa koper. “Ini berat loh sayang,” Clea berusaha menolak bantuan anaknya itu. Namun, Dion masih tetap kekeh dan menarik sedikit kuat koper dari tangan Clea. “Dion bisa kok,” Dion mengeluarkan semua kekuatannya untuk menarik koper besar itu dengan kedua tangannya menuju keluar penginapan yang digunakan Clea tinggal disini. “Terima kasih ya sayang,” Clea merasa kagum dengan tindakan Dion. Ini bukan pertama kali Clea mendapatkan berbagai bantuan dari Dion. Selama ini Dion selalu membantu pekerjaan Clea dan itu membuat Clea bersyukur. Entah mengapa setiap melihat Dion, Clea selalu kepikiran wajah Argya. Apa karena dia sudah sedekat itu dulu dengan Argya? Sehingga siapa pun di dekatnya terlihat mirip Argya. Clea dan Argya menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Amerika ke Indonesia. Sesampainya di Indonesia mereka dijemput kedua orang tua Clea. Mereka saling melampiaskan rindu satu sama lain. Orang tua yang awalnya menolak kehadiran Dion, kini sudah beralih sangat menyayangi cucunya itu. Apalagi sikap Dion yang begitu baik dan suka membantu kedua orang tua Clea sewaktu mereka mengunjungi Clea ke Amerika. “Kenapa nenek tidak menunggu di rumah saja? Dion sama mama bisa kok naik taksi. Nanti kalau nenek kecapean gimana?” ucap Dion sarat akan perhatian. Lihatkan? Bagaimana kedua orang tua Clea tidak luluh ketika mendapatkan perhatian seperti itu oleh Dion? “Gapapa sayang, nenek kan rindu sama cucu nenek yang tampan ini,” ucap Mrs. Sapphire sambil menepuk puncak kepala cucunya itu. “Tapi kan nanti kalau Dion sudah sampai rumah, bakal ketemu sama nenek.” “Nenek pengen cepet-cepet ketemu Dion,” Mrs. Sapphire tersenyum manis. Semakin dewasa, Dion semakin begitu menggemaskan dan penuh perhatian. Pasti suatu hari nanti wanita yang bisa mendapatkan cucunya itu akan beruntung. “Baiklah nenek, tapi habis ini nenek harus janji sama Dion kalau nenek akan istirahat ketika sudah sampai di rumah.” “Iya sayang,” Mrs. Sapphire memeluk dengan gemas tubuh mungil Dion. Perjalanan dari bandara menuju rumah kedua orang tua Clea lumayan jauh. Hal itu membuat Dion tertidur ketika telah sampai di rumah keluarga Sapphire. Clea sebenarnya mau membangunkan Dion, tetapi dilarang oleh ibunya karena melihat cucunya nampak kelelahan, sepertinya Dion sudah membantu cukup banyak pekerjaan hingga sampai di bandara. Saat Mr. Sapphire berniat menggendong Dion, seketika anak laki-laki itu terbangun dan berusaha menolak bantuan Mr. Sapphire yang ingin membawanya masuk rumah, “maaf kek, Dion ketiduran.” “Nggak papa sayang. Kamu pasti capek. Biar kakek bantu kamu masuk rumah,” tawar Mr. Sapphire kepada Dion yang bersikeras untuk jalan sendiri ke kamar. “Terima kasih kakek. Tapi Dion sudah besar jadi pasti berat.” “Gini-gini kakek masih kuat gendong Dion,” Mr. Sapphire sedikit tersinggung karena cucunya menolaknya untuk digendong. “Tidak usah kek. Dion masih mau bantu mama angkat barang bawaan,” ujar Dion sambil turun mandiri dari mobil dan berlari menuju bagasi belakang. Di bagasi belakang sudah ada nenek dan mamanya sedang menurunkan barang satu persatu. “Dion bantu yah,” tawar Dion sambil berusaha mengangkat salah satu koper yang nampak berat. Dan ternyata memang berat, sehingga Dion tidak kuat mengangkatnya. “Tuhkan. Mending Dion langsung masuk rumah aja, istirahat,” perintah Mrs. Sapphire sambil tersenyum kecil karena melihat tingkat Dion yang merasa bisa melakukan apapun. “Baiklah. Nanti kalau nenek sama mama butuh bantuan Dion, panggil Dion yah.” “Iya sayang,” ucap Mrs. Sapphire dan Clea bersamaan. Dion segera berlari memasuki rumah besar kedua kakek neneknya. Rumah keluarga Sapphire menjadi hunian sementara bagi Dion dan Clea sebelum akhirnya mereka ke luar kota. Ke tempat dimana Argya juga tinggal disana. ‘Ini sudah 7 tahun berlalu. Pasti kamu sudah melupakanku kan Argya?’ gumam Clea sambil menatap langit seolah ada wajah Argya disana. Walaupaun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tetapi Clea masih ingat setiap inchi wajah maupun tubuh Argya. Hal itu membuat Clea tiba-tiba merindukan laki-laki itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN