Ke Apartemen Clea Lagi

1389 Kata
Malam harinya, Argya langsung mengerjakan skripsinya tanpa kenal waktu. Ia mengambil cuti 3 hari di bar untuk mengerjakan skripsinya, sedangkan untuk pekerjaan serabutannya di pagi hari masih dia kerjakan. Ini pertama kalinya dalam hidup Argya, dia bekerja keras hingga selelah ini. Bahkan jam tidurnya setiap hari selalu kurang dari 6 jam, terkadang juga hanya 3 jam sehari karena mengerjakan skripsinya. Setelah 3 hari 2 malam Argya bergadang mengerjakan skripsinya, akhirnya tibalah saat Argya harus bimbingan kepada Clea. Clea menyuruh Argya datang ke apartemennya lagi. Ketika Argya melihat penampilan Clea yang memakai baju daster di dalam rumah, seketika timbul rasa bersalah di hati laki-laki itu. Seandainya waktu itu Argya menggunakan pengaman, pasti Clea tidak akan menanggung semua ini. “Masuk, Ar,” ajak Clea sambil membuka pintunya lebar-lebar agar Argya bisa memasuki apartemennya. Argya mengikuti Clea memasuki apartemen. Mereka duduk di meja yang pernah digunakan keduanya untuk bimbingan. “Gimana keadaan ibu?” tanya Argya berbasa-basi untuk membuka percakapan. “Udah lebih baik, nggak mual-mual lagi,” jawab Clea sambil menyiapkan keperluan bimbingan di atas meja. “Ibu kalau ada apa-apa langsung hubungi saya yah bu. Atau ibu butuh ngidam apapun, hubungi saya bu,” ucap Argya dengan spontan. Dia takut terjadi apa-apa dengan bayinya. Apalagi Argya pernah mendengar jika ngidam ibu hamil tidak dituruti maka nanti anaknya ileran. Clea yang mendengar perhatian dari Argya menjadi tak enak hati, dia melempar senyum manisnya sambil berucap, “Saya bisa mengurus diri saya sendiri kok, Argya. Tenang saja.” “Tapi tetap saja, ibu harus hubungi saya jika ada sesuatu.” “Iya, Argya. Terima kasih ya,” Clea tidak bisa menyanggah lagi perhatian Argya, akhirnya memilih berterima kasih kepadanya. Argya dan Clea memulai bimbingan skripsi dalam keheningan. Clea fokus pada skripsi Argya, sedangkan Argya malah fokus pada perut Clea yang belum nampak besar karena umur kandungannya masih 2 bulan lebih. “Sudah, Argya. Kamu langsung daftar sidang saja biar cepat selesai,” Clea yang merasa garapan Argya cukup memuaskan, meminta Argya untuk mendaftar sidang hasil skripsi. “Apa tidak ada revisi lagi bu?” “Sudah bagus garapan kamu, daripada sebelumnya,” puji Clea sambil mengirim kembali file skripsi Argya. “Baik bu, terima kasih bu,” Argya berterima kasih dengan suara pelan hampir tidak terdengar. Semangat Argya seketika luntur karena ini akan menjadi pertemuan terakhir dengan Clea secara pribadi. Selanjutnya mereka akan bertemu di ruang sidang. “Bu, saya boleh megang perut ibu?” tiba-tiba secara refleks Argya berucap ingin memegang perut Clea. “Boleh,” sebenarnya Clea sedikit ragu untuk membiarkan Argya memegang perutnya, tetapi entah dorongan dari mana Clea langsung mengijinkannya. Tangan Argya terlihat bergetar ketika ingin menyentuh perut Clea, untuk pertama kalinya ia akan menyentuh calon buah hatinya. Rasa bahagia membuncah di dalam hatinya ketika telapak tangannya menyentuh perut Clea. Walaupun belum terasa pergerakan apapun, tetapi Argya dapat merasakan kehadiran anaknya di dalam sana. ‘Tunggu ayah ya nak. Ayah akan bekerja lebih keras lagi untuk menghidupimu dan bunda,’ batin Argya di dalam hati. Lelaki itu bertekad untuk segera menyelesaikan studinya dan memulai kehidupan yang baru. Kehidupan yang akan penuh dengan rasa tanggung jawab. Ketika tangan Argya menyentuh perutnya, entah mengapa Clea merasakan haru di dalam hatinya. “Terima kasih ya bu, sudah mengijinkan memegang,” ucap Argya dengan nada sedikit sungkan. “Saya juga terima kasih Argya, karena kamu sudah membantu saya selama ini. Terima kasih juga untuk lamaranmu waktu itu, tapi sepertinya saya tidak bisa menerimamu. Kamu masih muda Argya, kamu tidak seharusnya menanggung aib saya yang bukan tanggung jawabmu,” Clea mengutarakan semua yang ada di dalam hatinya. Wanita itu tidak ingin Argya suatu saat merasa jijik padanya ketika dia menerima lamaran Argya. ‘Andai kamu tahu kalau aku memang harus tanggung jawab terhadapmu, Clea,’ Argya membalas pernyataan Clea di dalam hati. Lelaki itu masih belum bisa mengutarakan rahasianya, ditambah posisinya saat ini yang tidak setara dengan Clea. Setidaknya dia ingin mengutarakannya ketika dia sudah menikahi Clea dan sukses. Mungkin saat rahasia itu dikatakan Argya, mereka sudah memiliki dua anak. Argya merasa tidak pantas mengakuinya saat ini. Argya hanya bisa menjanjikan sebuah rumah tangga yang tidak akan membuat Clea dan anaknya terpuruk. Dia akan usahakan hal itu. “Argya,” panggil Clea karena melihat Argya melamun. Argya tersadar dan berbicara dengan gelagapan, “iya bu?” “Kamu dengerin saya ngomong nggak tadi?” “Tentang saya yang harus mengurungkan niat saya menikahi ibu? Tidak bu, saya bertekad akan menggantikan sosok ayah untuk bayi ibu,” ujar Argya dengan tekad yang bulat. “Tapi Argya, saya-“ ucapan Clea terputus karena tiba-tiba saja Argya menciumnya. “Saya menyukai ibu. Saya mencintaimu bu Clea Rahmona Sapphire,” pernyataan Argya berhasil membuat pipi Clea memerah. Wanita itu tidak menyangka ada pria yang begitu berani mengungkapkan perasaannya hingga seintim ini. “Saya sudah-“ belum sempat Clea protes, Argya langsung menyumpal mulut Clea menggunakan mulutnya. Kali ini pergerakan Argya lebih berani, dia melumat bibir Clea dan mengabsen isi mulut wanita itu. Clea yang awalnya tidak ingin membalas entah mengapa mendapat dorongan untuk menerima semua perlakuan Argya terhadap tubuhnya. Mungkin ini karena bawaan bayi yang ada di dalam perut Clea. Bayi itu bisa merasakan keberadaan ayahnya. Tangan Argya menarik tengkuk Clea untuk memperdalam ciuman mereka, tangan yang lain digunakannya untuk menarik punggung Clea mendekatinya. Rasanya Argya ingin melakukan lebih dari ini, dengan lancangnya tiba-tiba tangan yang tadi menarik punggung Clea kini mulai masuk ke dalam baju Clea. “Bu, bolehkah?” tanya Argya setelah melepas sejenak pagutan mereka. Lelaki itu tidak ingin menjadi kurang ajar karena memanfaatkan suasana. Clea yang terengah-engah akibat ciuman panas Argya, mengangguk pelan dengan malu-malu. Entah mengapa wanita itu ingin Argya melakukan sesuatu terhadap dirinya. Lagi pula dia sudah tidak perawan lagi, kurasa tidak masalah membiarkan Argya mencicipi tubuhnya. Melihat Clea yang menyetujui untuk melakukan lebih, Argya tidak lagi membuang-buang waktu dan langsung mulai menggarap dosen cantiknya ini. Argya melepas baju bagian atas Clea dengan tergesa-gesa, lalu melepas pakaiannya sendiri dibantu oleh Clea. Meskipun ini bukan pertama kalinya Argya melihat tubuh Clea, tetapi lelaki itu tetap merasa takjub dengan keindahan tubuh wanita di depannya ini. “Ibu terlihat sangat indah,” puji Argya yang mulai menggerayangi tubuh Clea. Clea yang mendengar pujian Argya merasa sedikit malu, wanita itu hanya bisa merespon sentuhan Argya dengan desahan. Dia sangat takjub Argya bisa memuaskannya hanya dengan permainan tangannya pada tubuhnya. “Ki-kita pindah ke kamar yuk,” ajak Clea dengan malu-malu. Dia merasa seperti w************n ketika meminta hal ini kepada Argya. Tapi hasrat ingin berhubungan intim dengan Argya sangat kuat, apalagi dia sedang hamil. Kebanyakan ibu hamil memiliki hasrat seksual yang tinggi, mungkin Clea sedang berada di masa itu. Tanpa menanggapi ajakan Clea, Argya langsung mengangkat tubuh mungil Clea ke dalam pelukannya dan menggendongnya menuju kamar Clea. Wanita itu sedikit terkejut ketika Argya tiba-tiba mengangkatnya. Sesampainya di ranjang Clea, Argya menidurkan Clea di atasnya dan menindih tubuhnya. Kemudian Argya melanjutkan menanggalkan celana pendek Clea dan juga celana miliknya. Lelaki itu sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh Clea. Argya memanjakan Clea dengan melayani wanita itu dengan lembut. Ketika tubuh Clea sepenuhnya tanpa sehelai benang pun, Argya menciumi setiap inchi tubuh Clea. Ciuman Argya mendatangkan desahan pada mulut Clea, wanita itu benar-benar sudah tidak tahan ingin dinikmati Argya. Ketika ciuman Argya sampai di perut Clea, lelaki itu berbisik pelan di sana, “Halo sayang, ini ayah.” Bisikannya yang pelan tidak dapat didengar Clea. Setelah mengucapkan kata-kata itu Argya mengecup sekilas perut Clea. Argya terus mempermainkan tubuh Clea, sampai akhirnya wanita itu memohon agar Argya langsung ke intinya. “Pelan-pelan yah, Argya,” pinta Clea ketika Argya hendak memasukan miliknya. Clea takut penyatuan mereka akan mengganggu janin yang sedang dikandungnya. “Iya bu.” Akhirnya Argya memasukan miliknya dengan perlahan, lelaki itu menahan hasratnya yang ingin melakukan penyatuan dengan keras dan cepat. Dia harus memikirkan anaknya juga, tidak bisa egois mengikuti hawa nafsunya Setelah berhasil memasukan miliknya seutuhnya, Argya mulai menggerakkannya dengan pelan-pelan keluar-masuk milik Clea. Sedangkan Clea hanya menikmati setiap pergerakan Argya. Desahan Clea membuat Argya semakin terpacu untuk memasukkan miliknya. “Pelan-pelan, Argya!” tegur Clea ketika merasakan tempo pergerakan Argya sedikit lebih cepat. “Maaf bu,” lelaki itu merasa menyesal karena sedikit kelepasan mengeluarkan tenaganya. Suara decapan dan desahan memenuhi kamar Clea hingga akhirnya teriakan Clea menjadi pertanda bahwa mereka telah mencapai klimaks bersama-sama. Setelah lelah bertempur, keduanya memilih untuk tidur mengistirahatkan tubuh mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN