Pembuktian yang Sia-sia

1214 Kata
Tidak jauh dari tempat Chandra berada, seorang gadis tengah termangu menatap kosong layar televisi yang memberitakan kasus mega korupsi. Pikirannya sangat sibuk—bukan karena memikirkan kasus korupsi yang merugikan negara begitu besar, tapi karena keputusan yang baru saja diambilnya, menandatangani dokumen kesepakatan yang diberikan Chandra tanpa membaca isinya lebih dulu hanya demi membuktikan cintanya pada Chandra yang jelas tidak peduli terhadapnya. Lily berulangkali membuang napas, berharap waktu bisa diulang dan dia akan memperbaiki keputusannya. Sayangnya, semua sudah terlambat sekarang, dia baru saja membaca isi dokumen yang dia tanda tangani dan dia yakin bahwa dia bisa saja mati saat menjalani kesepakatan bersama Chandra. Lily tidak pernah menyangka Chandra akan menuliskan aturan kesepakatan yang cukup mengerikan bagi Lily, tapi salahnya sendiri, dia menandatangani dokumen itu begitu saja tanpa membaca dan melewatkan kesempatan terakhir yang Chandra tawarkan untuk membatalkan kesepakatan. Dalam dokumen itu, tertera bahwa dia dan Chandra akan tinggal bersama selama enam bulan, tugasnya adalah menuruti semua perintah Chandra, termasuk melayani lelaki itu di ranjang. Semakin Lily mengingat isi dokumen yang dia tanda tangani, dia semakin takut. Bagaimana bisa dia melemparkan diri dalam masalah hanya demi pengakuan cinta? Itu adalah hal yang sia-sia karena Chandra pasti tidak akan pernah menganggapnya, hal yang lelaki itu lakukan hanya mengambil keuntungan semata darinya sebagai pelampiasan nafsunya. Rasa sedih menyergap Lily begitu saja. Perasaan cinta yang tulus dari hatinya dibalas oleh penghinaan oleh Chandra, meski, itu juga bukan salah Chandra. Lelaki itu sudah memberikannya kesempatan, tapi dia tetap bersikeras berada di sana, untuk sebuah pembuktian yang sia-sia. Lily mencintai Chandra, bahkan dia bertahan saat Chandra mengatakan bahwa dia bisa saja menjadi iblis yang menakutinya, bertahan dengan pendiriannya dan merasa yakin dia bisa melaluinya. Sayangnya, sekarang pendapat itu berubah setelah dia membaca dokumen yang dia tanda tangani, ternyata, dia tidak seberani yang dia kira. Akan tetapi semua sudah terlanjur terjadi, enam bulan akan menjadi waktu yang menentukan antara Lily dan Chandra. Apakah Chandra akan berhasil melumpuhkan cinta Lily? Ataukah, Lily yang akan berhasil membuat Chandra terjangkit cinta padanya? Pikiran Lily melayang, andai saja dia tidak nekat dan menerima saja uang yang Chandra berikan, tidak memaksakan diri dengan alasan idealis bahwa dia mencintai Chandra dengan ketulusan, bahkan dia rela ditiduri Chandra begitu saja. Dia juga seharusnya tidak perlu mengelak bahwa dia sama saja dengan wanita lain di luaran sana yang sering menemani Chandra di ranjang. Hal yang perlu dia lakukan hanya menerima bahwa dia dan wanita-wanita yang sering bersama Chandra, sama saja. Karena dia ataupun wanita-wanita itu hanya akan menemani Chandra sesaat, lalu Chandra akan melupakan mereka. Dilupakan adalah peristiwa yang menyakitkan, dan Chandra telah melupakannya. Lily mengingat Chandra sejak pertama kali dia melihat Chandra lagi setelah dua belas tahun berpisah, tapi Chandra, sama sekali tidak mengenalinya, menoleh saja tidak, dan Lily baru menyadari bahwa jurang tak kasat mata yang memisahkan dirinya dengan Chandra menganga begitu lebar dan dalam, nyaris sulit disebrangi. Oleh karena itu, hal yang bisa dia lakukan hanya menjadi pemuja rahasia dalam diam, hingga malam itu. Malam di mana dia dan Chandra berada dalam gelora asmara yang meruntuhkan akal sehatnya. Air mata mengalir membasahi pipi Lily begitu saja, hatinya terasa sakit, karena dia benar-benar tidak bisa melupakan Chandra dan melakukan apapun agar Chandra menoleh padanya dan mengingatnya. Sekarang, impiannya terwujud, sayangnya, Chandra hanya menjadikannya pemuas nafsu semata. Mungkin, keinginannya memang terlampau berlebihan, bagaimana mungkin dia bisa bersama Chandra, yang berasal dari keluarga kaya, sementara dirinya gadis miskin yang bahkan tidak memiliki keluarga. Lily menghapus air matanya, berusaha tegar. Ini adalah jalan yang telah ia pilih, dan tidak seharusnya dia menyesal sekarang. Dia harus bertanggung jawab terhadap keputusannya, dia sendiri yang menawarkan diri pada Chandra, menolak uang yang Chandra berikan dan membuat lelaki itu marah dengan ungkapan cintanya. Entah mengapa Chandra marah saat Lily mengatakan mencintai lelaki itu, mungkin, Chandra menganggap Lily adalah wanita miskin kasta rendah yang sama sekali tidak layak bersamanya, kecuali menjadi pemuas nafsunya. Besok, saat matahari bersinar menandakan hari baru, maka kehidupan Lily akan berubah. Dia akan melewati hari-hari yang tidak pernah dia bayangkan, tinggal bersama Archandra Gouw, seperti mimpi yang menjadi nyata, dekat dengan Chandra, tapi di sisi lain, dia mempertaruhkan jiwa dan raganya di tebing kehancuran saat bersama Chandra. Tidak ada yang menjamin Chandra akan memperlakukannya dengan baik bukan? Memikirkan itu semua, Lily benar-benar merasa takut. Dia ingin berdoa, tapi lalu keraguan menyambangi, pertanyaan terbersit dalam otaknya, apakah doanya akan didengar? Sedangkan dirinya telah melakukan sebuah dosa dengan alasan cinta yang didambakannya sekalipun cinta itu hanya fatamorgana belaka. Tidak ada jalan kembali bagi Caily Eden, dia harus berhadapan dengan Archandra Gouw. Pertempurannya dengan Chandra akan dimulai, apakah dirinya yang akan memenangkan cinta ataukah Chandra yang akan berhasil memusnahkan perasaan yang Lily miliki? *** "Lo udah urus semua?" tanya Chandra pada Ben pagi itu. "Sudah, Bos." "Lily juga?" "Lily?" Ben menghentikan apa yang sedang dia lakukan. "Gue kan udah bilang, bikin appointment buat dia general check up." "Oh, itu sih udah." "Lo udah ngasih tahu di buat check up?" "Udah, Bos...." Lalu Ben menatap Chandra dengan ragu-ragu. "Ngh...kenapa Lily harus general check up ya Bos? Dia mau Bos pindahin ke divisi lain?" tanya Ben yang merasa khawatir jika Lily akan menggantikannya sebagai sekretaris. Memang, secara akademik, Ben tidak mungkin terganti, apalagi oleh Lily yang pendidikannya jauh di bawah Ben, lagipula Ben adalah karyawan yang direkomendasikan khusus oleh Connie, tapi belakangan Connie lebih banyak menghabiskan waktu di luar negri dan segala keputusan perusahaan diambil oleh Chandra. Ben tahu, Chandra sudah lama ingin memecatnya dan bisa saja saat ini adalah waktu yang tepat menjalankan idenya. Chandra menatap Ben. "Gue bakalan ngasih tahu lo, tapi, lo harus jaga rahasia ini baik-baik, atau lo gue pecat." Ben mereguk saliva. "Gue punya kesepakatan sama dia." "Ke-sepakatan?" Ben bertanya tidak mengerti. "Gue pernah bilang kalau gue nggak bisa hidup bareng orang lain, tapi Nenek minta gue nikah sama Hannah akhir tahun ini. Lo tahu kan, gue benci tinggal sama orang lain selama jangka waktu lama dan pernikahan akan ngebuat gue tinggal bareng Hannah dalam jangka waktu panjang, jadi gue memutuskan untuk latihan." "Latihan?" Ben kembali mengeluarkan ekspresi keheranan. "Gue perlu latihan tinggal bareng seseorang dalam waktu cukup lama, dan orang itu harus bisa menyesuaikan diri sama gue." "Apa orang itu Lily?" "Unlucky her." "Gue nggak tahu kenapa dia bisa sebodoh itu, dia udah ngebuat gue benar-benar marah dan dia patut dihukum." "Tapi, Bos, Lily bukan cewek yang bisa memenuhi kualifikasi latihan sebelum Bos nikah!" "Shut up, Ben! Gue nggak butuh saran lo. Memenuhi kualifikasi atau enggak, itu keputusan gue!" "Tapi apa Lily mau?" "Ck! Tanyain aja orangnya! Gue nggak maksa dia. Gue udah tanya berulangkali sama dia tapi dia tetep mau tinggal sama gue sesuai kesepakatan. Ben, lo udah lama jadi sekretaris gue, gue tahu, di belakang gue, lo menghujat gue, tapi, lo juga tahu, gue bukan orang b******k yang memaksakan kehendak gue. Dia sendiri yang mau terlibat dalam kesepakatan itu dan gimana nanti gue ngejalaninnya, itu urusan gue. Paham Ben?" "Tapi Bos...." "Sekali lagi lo ngomong, lo nggak usah masuk kerja lagi! Seleseiin aja kerjaan lo dan urusan Lily biar gue yang atur." Chandra berkata dengan suara rendah, membuat Ben tahu bahwa Chandra hampir kehilangan kesabaran. Hal terbaik bagi Ben adalah menutup mulut dan hengkang dari hadapan Chandra secepat yang dia bisa. "Maaf Bos. Kalau gitu, aku keluar dulu." Ben segera keluar dari ruangan Chandra sebelum Chandra lebih murka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN