Ide Brilian

1044 Kata
Dia tahu bahwa ini adalah tindakan nekat. Chandra tidak lagi mengenalinya dan lelaki itu nampak membencinya, perjanjian ini sudah pasti akan membawanya ke dalam sesuatu yang menghancurkan hidupnya. Akan tetapi, dia merasa sangat mencintai Chandra, baginya, Chandra telah terkunci selamanya dalam hatinya apapun yang terjadi dan dia akan melakukan segalanya untuk lelaki itu, karna kerinduannya untuk Chandra sederas tetesan hujan, dan cintanya sehangat mentari yang tidak pernah terganti. "Kelihatannya lo sangat percaya diri," komentar Chandra seraya mengambil dokumen dari hadapan Lily. Dia lalu membubuhkan tanda tangan pula di kolom pihak pertama, sementara Lily di pihak kedua. "Gue bakalan ngasih tahu kapan perjanjian ini akan dimulai, dan gue harap, lo bisa membuktikan cinta lo. Jangan mengecewakan gue, oke?" ucap Chandra dengan penekanan yang dia maksudkan sebagai penghinaan untuk Lily. Lily menatap Chandra dan rasa takut mulai menyambangi karena dia tidak bisa menerka kemana dia akan berakhir. Dia merutuki dirinya sendiri mengapa dia bersikap sesumbar seperti ini. Tidak bisakah dia hidup dalam ketenangan saja? Sekarang, semua hal bertambah runyam, apakah Chandra yang menjadi bintang di hatinya akan percaya pada cintanya? Atau Chandra tetap tidak akan pernah menganggapnya ada? "Lo nggak berubah pikiran kan?" tanya Chandra saat Lily terdiam. "Kalau lo mau mundur sekarang, gue masih ngasih lo kesempatan sekali lagi. Gue bakalan hancurin dokumen ini, dan menganggap nggak terjadi apa-apa di antara kita. Lo boleh ambil uang yang gue kirim." Chandra menatap Lily tajam. "Nggak, Pak." Lily menjawab lemah, kepalanya mendadak pening karena dia baru saja melemparkan dirinya sendiri dalam masalah, tapi dia tetap bertahan di sana. "Sialan! Lo bener-bener pengen nantangin gue? Gue bisa aja jadi iblis yang bikin lo takut dan lo bakalan nyesel." Chandra berkata keras menciptakan suasana dingin bagi Lily. "Sekarang, lo boleh pergi, gue rasa lo udah seneng kan sekarang? Ini semua yang lo pengen kan? Asal lo tahu aja, gue jarang ngabulin permintaan orang dan lo, beruntung kali ini." Chandra menatap Lily, menyunggingkan smirk yang membuat wajah itu terbingkai ketampanan yang membuat Lily semakin mabuk kepayang. "Baik, Pak, terima kasih, permisi." Lily berucap serak, dia memaksa tubuhnya yang terasa lemas untuk berdiri dan keluar dari ruangan Chandra, menyadari bahwa mulai hari ini, kehidupannya tidak akan pernah lagi sama. Chandra menatap pintu di mana Lily menghilang, merasa asing dengan kejadian barusan. Berbagai tanya melintas di benaknya, sebenarnya apa maksud sebenarnya yang tersimpan dalam diri Lily? Benarkah gadis itu mencintainya? Chandra tertawa kecut. Mencintainya demi uang dan kekayaan yang dimilikinya? Sudah banyak yang datang dan mengatakan mencintainya, tapi semua itu demi harta, kelancaran bisnis, popularitas, dan sebagainya. Singkatnya, setiap orang, bahkan yang menghampirinya atas nama cinta akan memanfaatkannya, dan Chandra berpikir bahwa Lily juga sama seperti orang-orang yang datang padanya. Atau, jika tidak, Lily sedang bersandiwara dan menjual jasa pada lawan bisnisnya, tapi ya...pada intinya sama, Lily mendekatinya untuk keuntungan semata. Chandra menghembuskan napas lelah, lalu mengambil rokok. Nikotin membuatnya lebih rileks dari pikiran-pikiran yang hilir mudik di otaknya. Bulatan bulatan asap tercipta saat Chandra menghembuskan asap rokok dari bibirnya. Bagaimanapun caranya, dia harus menaklukan Lily dan membuat gadis itu menyerah kalah, tidak peduli apapun niat gadis itu. Mengaku mencintainya karena mengincar harta, atau menjual jasa demi menghancurkan bisnis keluarga Gouw atau merusak reputasi Jeremiah Gouw yang hendak mengikuti kontestasi politik dalam pemilihan Gubernur Ibu Kota, atau hal lainnya, Chandra bertekad akan membuat Lily menyesal dengan keputusannya. *** Keluarga Wisanggeni yang memiliki bisnis klub malam memiliki banyak karyawan yang bisa dikerahkan bergerilya secara senyap untuk mendapatkan informasi akurat. Karena itu, Chandra menemui Jeje untuk meminta bantuan mencari tahu soal Lily, gadis polos nan biasa saja, tapi sanggup membuat pening kepalanya oleh berbagai asumsi yang berkeliaran di otaknya, menebak sebenarnya siapakah Lily dan apa tujuannya. Karena itu, Chandra menyempatkan diri mampir ke apartemen hunian Jeje, karena Jeje bilang, dia sudah mendapatkan info sangat lengkap tentang Lily. "Gimana? Lo nemuin sesuatu yang mencurigakan dari dia?" tembak Chandra langsung saat masuk ke apartemen hunian Jeje. "Bentar, gue urusin Monggu dulu." Jeje bilang begitu sambil memanggil-manggil anjing poddle miliknya, lalu memberi anjing itu makan, sementara Chandra mendudukkan diri di sofa sambil mengamati kesibukan Jeje. "Jadi, gimana?" tanya Chandra lagi saat Jeje sudah selesai mengurusi anak bulunya. "Santuy, Bro. Lo kayanya ngebet banget sama cewek satu itu. Jangan-jangan nih ya, lo naksir dia." "Naksir dari Hongkong! Dia tuh, cewek gila paling aneh." "Tapi lo suka kan?" Chandra membuang muka. "Soalnya, kalau lo nggak suka, buat apa deh, lo repot-repot nyuruh gue cari tahu soal dia sampai ke akar-akarnya." "Gue nyuruh lo cari tahu soal dia karena gue heran sama dia. Dia bilang, dia cinta sama gue. Bullshit." "Lho apa salahnya dia cinta sama lo? Bukan perbuatan kriminal juga." "Ck! Gue nggak percaya, dia pasti ada maksud tersembunyi. Selama ini, cewek-cewek yang deketin gue rata-rata manfaatin gue doang. Gue curiga dia dibayar sama musuh bebuyutan nenek gue atau bokap gue buat ngerusak reputasi keluarga gue." "Hm...masuk akal juga...tapi...setelah gue cek and ricek, dia beneran bukan siapa-siapa, Bro." "Lo yakin?" Chandra masih tidak percaya pada keterangan yang dia dapat, bahwa Lily tidak terhubung dengan lawan bisnis keluarganya. "Sangat yakin. Gue udah cek ke panti tempat dia besar, kos tempat dia tinggal, bahkan gue bajak juga hpnya, semuanya clear." "Lo? Bajak hp dia?" Chandra bertanya agak terkejut. "Nggak ada rahasia di hpnya, selain, foto candid lo." Jeje tertawa. "Rada serem ya dia, kayaknya anaknya polos gitu, tapi dia semacam sasaeng gitu." "Sasaeng apaan?" tanya Chandra tidak mengerti. "Sasaeng itu sebutan buat orang yang nguntit idola mereka dan ngambil foto idola mereka diam-diam, terus kadang jual foto-foto itu, padahal itu privacy, kebanyakan fotonya diambil pas para idola itu ngabisin waktu di luar jadwal kegiatan mereka." "Tapi gue bukan idol." "Tapi bagi cewek itu, lo idol dia. Apalagi, lo adalah orang pertama yang having s*x sama dia, pasti dia makin ngebucin ke lo." "Omong kosong!" "Yeu, dikasih tahu juga!" Jeje melempar cushion sofa ke Chandra yang dihindari lelaki itu. "Terus, apa rencana lo?" "Nggak tahu." "Aha! Gue ada ide!" Jeje berseru seolah ada lampu baru saja menyala di kepalanya. "Apaan?" "Lo kan mau nikah nih? Gimana kalau lo jadiin aja tuh cewek partner lo sebelum lo nikah. Anggep aja lo latihan tinggal bareng gitu? Kan kapan hari, lo bilang kesulitan menyesuaikan diri sama kehidupan bersama setelah nikah. Ya udah, sekarang lo latihan aja dulu!" seru Jeje dengan penuh keyakinan, menganggap idenya brilian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN