Chris Yang Terluka

846 Kata
Jeff dan Meliza sedang berbaring di atas ranjang, tubuh mereka memadu dengan penuh hasrat. Meliza menggigil ketika Jeff mencium lehernya, dan Jeff merasa tak pernah cukup dengan Meliza yang begitu menggoda. Mereka berdua seakan melupakan dunia di luar sana, termasuk Viyone, istri Jeff yang tengah berada di rumah sakit. Jeff yang terbuai dalam nikmatnya hubungan gelap dengan Meliza, hanya fokus pada wanita yang tengah ia rangkul saat ini. "Meliza, aku ingin kamu melahirkan banyak anak untukku," bisik Jeff pelan di telinga Meliza yang basah oleh keringat mereka berdua. "Tentu saja! Tapi, kamu harus menikahiku dulu. Setelah itu berapa pun anak yang kamu inginkan. Akan kuberikan," jawab Meliza dengan suara yang terputus-putus karena mendesah. Jeff tersenyum dengan puas, lalu ia menghentikan aksinya sejenak, dan menatap Meliza dalam-dalam. "Kenapa kamu tidak usir mereka? Seharusnya jangan membiarkan mereka pulang ke rumahmu," tanya Meliza penasaran. Jeff mengelus pipi Meliza dengan lembut, lalu menjawab, " Besok aku akan membuang semua barang mereka. Mulai hari ini tidak ada yang akan menganggu kehidupan kita lagi." "Baiklah!" ujar Meliza dengan tersenyum bahagia. Keesokan harinya, salju turun dengan lembut di California. Para warga mulai mengenakan pakaian tebal untuk melindungi diri dari dinginnya cuaca. Jalanan pun terlihat putih bersih oleh salju yang turun sepanjang malam. Di dalam ruang pasien, Chris menatap jendela dengan kening berkerut. "Sudah masuk musim salju, sepertinya aku harus mengambil lebih banyak pakaian tebal untuk mama," ucap Chris sambil menatap ke luar jendela, melihat salju yang turun menghiasi kota. "Mama ingin keluar dari rumah sakit, sudah lama di sini," ujar Viyone. "Mama, kata bibi dokter mama masih lemah. Kalau pulang, mama tidak akan sembuh. Lagi pula mama juga baru operasi, jadi jangan banyak bergerak dulu," jawab Chris dengan nada khawatir, berusaha meyakinkan Viyone untuk tetap tinggal di rumah sakit hingga benar-benar pulih. Viyone tersenyum, mengelus kepala Chris dengan penuh kasih sayang. "Baiklah, mama akan tetap di sini. Tapi, kamu jangan terlalu khawatir ya, Sayang! Mama akan berusaha sembuh secepatnya," ucapnya dengan lembut, membuat Chris merasa sedikit lega. "Mengenai pakaian tebal, Apakah kamu akan pulang sendiri?" tanya Viyone. "Iya, Ma, aku sudah hafal jalan. Aku akan naik taksi dan jemput pakaian. Jadi, Mama tunggu saja aku kembali," jawab Chris. "Chris, kamu harus hati-hati, ya!" pesan Viyone. "Baik, Ma. Sampai jumpa nanti!" jawab Chris yang beranjak dari sana. Jeff kini kembali ke rumah lama setelah beberapa hari tidak tinggal di sana. ia melempar koper berisi pakaian dari lantai dua hingga berjatuhan ke bawah. Tersebar pakaian wanita milik istrinya, Viyone, dan pakaian anak laki-lakinya, Chris, yang berserakan di tangga hingga ke lantai dasar. Tak lama kemudian, Chris tiba di rumah dan terkejut melihat pemandangan itu. Dia tidak mengerti kenapa ayahnya membuang pakaian mereka dengan cara seperti itu. "Papa, kenapa membuang pakaian kami?" tanya Chris yang berdiri di depan tangga. Jeff menatap Chris dengan dingin, lalu menjawab, "Baguslah kalau kau sudah datang, bawa pergi semua pakaian ini. Aku tidak ingin melihatnya lagi." Wajah Chris tampak bingung dan sedih. namun ia tidak berani menentang perintah ayahnya. Dengan perlahan, ia mulai mengumpulkan pakaian yang berserakan dan memasukkannya kembali ke koper. Jeff duduk di sofa ruang tamu dengan wajah muram. Dia merasa kecewa dengan kehidupan yang dijalani bersama Viyone dan Chris, sehingga ia memilih untuk meninggalkan mereka dan pindah ke rumah baru. Chris menatap ke arah Jeff yang duduk di sana dengam raut wajah yang kesal. Ia memberanikan diri menghampiri ayahnya itu. Dengan mata berkaca-kaca, Chris berkata," Pa, apakah bisa tolong jangan mengusir kami? Mama masih belum sembuh. Kalau kami keluar kami harus tinggal di mana," pinta Chris. Jeff menatap kesal pada anak itu dan menjawab," Wanita tidak ada hubungan dengan aku lagi. Aku akan menikah dan memulai hidup baru. Jadi, kalian cepat tolong pergi dari sini," ketusnya. "Mama sudah bersama Papa selama 6 tahun, apakah kenangan selama ini sama sekali tidak berarti?" tanya Chris. Jeff tertawa lucu mendengar pertanyaan Chris, ia pun tersenyum sinis dan menjawab," Kenangan? Kenangan apa yang harus aku ingat tentang kalian? yang satu wanita busuk yang hanya berpura-pura selama ini. yang satu lagi anak haram yang tidak tahu siapa ayahnya. Bagiku kalian hanyalah mimpi buruk." Chris merasa seolah dunia runtuh di hadapannya saat mendengar jawaban menusuk dari Jeff, ayah yang selama ini ia kagumi. "Apakah Papa tidak pernah mencintai mama?" tanya Chris dengan suara yang bergetar karena sesak hati. "Dulunya aku sangat mencintainya, bahkan karena cinta aku juga menerimanya dan juga anak kotor yang dia lahirkan ini. Karena setiap hari melihatmu aku menjadi muak dan jijik. Untuk apa kau hadir di kehidupan kami? Kenapa kau tidak mati di saat dalam kandungan atau kami gugurkan di saat itu. Seharusnya aku memaksa mamamu mengugurkanmu saja," jawab Jeff dengan nada penuh kebencian. Air mata Chris tak terbendung lagi, mengalir membasahi pipinya yang merah padam. Perasaan terluka dan kecewa bercampur menjadi satu di dalam dadanya. Chris merasa seperti boneka yang dipermainkan, hidup tanpa arti dan hanya menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya. Tubuhnya terasa lemas, seakan tak mampu menopang beban yang kian berat di hatinya. Chris ingin berteriak meluapkan rasa sakit yang tak terkatakan, namun suara itu tercekat di tenggorokannya. Sebuah pertanyaan bergelayut di benaknya: "Apakah ini semua salahku?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN