TJCPP 43

1045 Kata
Alvaerelle tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah 180 derajat ketika dia menyetujui kerja sama dengan Myrin. Oke, dia memang membenci Gaylia dan keluarga Zinsastra. Melalui tubuhnya yang sekarang, keluarga itu sudah menyiksa sosok Alvaerelle. Menekan batin bahkan memaksakan kehendak yang tidak benar. Andai saja dia tidak berada di tubuh ini, mungkin sosok Alvaerelle yang sebelumnya tidak akan bisa melihat dunia dengan kepala dan tubuh yang terputus. Gaylia mencintai Myrin sepenuh hatinya. Dan Alvaerelle tahu betul jika cinta itu memang membutakan seseorang. Sehingga saat ini Gaylia sebenarnya sudah terbutakan. Dia rela membunuh temannya, Soliana. Dia juga rela membiarkan Alvaerelle yang mengambil hukumannya. Namun, sekarang kejahatan itu akan segera berakhir. Alvaerelle akan pestikan jika dia tidak lagi akan membiarkan Gaylia berkeliaran. Dirinya ang sekarang sudah berbeda dengan yang dulu. Ngomong-ngomong, Alvaerelle penasaran. Dia hampir melupakan tentang kedua peri yang muncul kemarin. Ke mana mereka? Dia bahkan tidak tahu. Walaupun seorang elf diberikan kemampuan untuk mendengar lebih jauh, tetapi Alvaerelle tidak dapat mendengar apa pun dari tempatnya sekarang. Padahal jelas-jelas mereka ada dan nyata. Nyata. Dia tidak mungki salah lihat. “Nona, sebenarnya aku khawatir,” ujar Leia di sampingnya. Alvaerelle melihat ke arah cermin, di mana elf yang merupakan pelayan pribadinya sedang menyisir rambut hitam panjang yang dia milik. Alvaerelle lalu membalas, “Kamu akan baik-baik saja, Leia. Aku tidak akan melibatkanmu. Lagi pula, sebentar lagi kamu akan pergi ke akademi. Dan di hari itu, biar aku yang mendadandanimu.” “Justru karena aku tidak berada di sisi Anda. Aku khawatir, Gaylia akan akan melakukan hal-hal gila lagi. Ini bukan pertama kalinya kita berhadapan dengan Gaylia yang marah,” ujar pelayan pribadinya lagi. Ah, Alvaerelle yang sekarang tidak mengalami seperti tang ada pada ingatan Alvaerelle lama. Dia memang sering ditindas, tetapi bukan berarti tidak melawan. Alvaerelle yang dahulu selalu mencari cara agar dirinya bisa hidup dengan damai dan tenang. Tidak memikirkan bagaimana caranya kabur atau sebagainya. Namun sosok baru ini tidak demikian. Alvaerelle memiliki pemikiran tersendiri dalam mengatasi masalah. Dia hanya ingin kebebasan. Zinsasatra adalah kutukan yang paling menyebalkan. Sehingga rasanya dia ingin menghabisi satu per satu rang menyebalkan di keluarga itu. Menyebalkan? Tentu saja sangat menyebalkan. Dia semangat senang karena ternyata Leia juga memikirkan tentang dirinya. Tidak hanya tentang kabar, melainkan keselamatan juga. Dia ingin membuktikan dunia yang dia hadapi sekarang tidak akan sepelik di kehidupan modern. Alvaerelle meyakini jika dirinya dapat menghentikan masalah yang ada dalam diri Alvaerelle ini. Lalu tidak perlu menikah juga dengan Myrin. Dia adalah wanita bebas. Wanita yang sangat mencintai kebebasan. “Leia. Andai saja kamu laki-laki, aku akan memilihmu menjadi pasanganku,” ujar Alvaerelle bergurau pada pelayannya. Perempuan itu tersenyum. “Anda tidak perlu memujiku, Nona. Bukankah sudah menjadi hal biasa jika seorang pelayan mengabdikan dirinya kepada majikannya? Dan aku hanya melakukan hal itu.” “Kamu tidak lagi menjadi pembantuku. Kelak, setelah keluarga Zinsastra hancur, mari kita menjadi kakak dan adik angkat. Kamu tidak perlu melindungiku, karena aku yang akan melindunginmu, Leia,” balas Alvaerelle dengan tenang dan sangat meyakinkan. “Anda pandai berkata-kata. Padahal keluarga bangsawan tidak mengajarkan Anda secara maksimal hanya karena status keluarga yang Anda miliki. Aku sangat beruntung bisa ikut dengan Nona,” balasnya. “Apakah itu berarti kamu pernah menyesal ikut denganku ke mari, Leia? Jujurlah!” Gadis dengan telinga panjang itu menggeleng. Senyumnya yang manis menenangkan hati Alvaerelle. Tidak salah membebaskan gadis itu. Gadis itu mungkin akan menjadi tangan kanan seseorang atau malah memiliki tangan kanannya sendiri. “Aku awalnya ragu, tapi sejak aku memutuskan untuk ikut dengan, Nona. Aku selalu mensyukuri keindahan dan kebaikan yang diturunkan untukku,” balasnya. Alvaerelle ingin bicara lebih lama, tetapi ketukan pintu itu membuatnya menoleh. Memiliki telinga elf ternyata membuatnya belum terbiasa dengan kesensitifan yang dimiliki olehnya. Leia segera bergegas pergi ke pintu dan membukakannya. Dilihatnya seorang elf dengan rambut biru muda itu berjalan mendekat dengan tergesa. Ayred terlihat lebih pucat tidak tahu karena apa. Padahal Alvaerelle kira dua laki-laki itu akan baik-baik saja. Ternyata tidak. Sepertinya pertarungan kemarin benar-benar membuat keduanya sakit. Namun, selain itu ada makhluk kecil yang dapat dilihatnya dan menjadi pusat perhatiannya sejak tadi. Ya, Alvaerelle melihat salah satu dari peri kemarin. “Alvaerelle, ada yang ingin aku tanyakan tentang Soliana dan Gaylia. Bukannya aku tidak percaya ... tapi,” ucap Ayred terpotong. Alvaerelle hanya mengembuskan napasnya. Lagi-lagi nama gadis itu. Nama yang membuatnya berada di tempat ini. Gaylia sangat meresahkan. Dia berharap jika saudara Alvaerelle itu segera diberi sanksi atas kesalahan yang telah dia perbuat saat ini. Menyebalkan sekali karena elf tidak tahu diri itu masih berkeliaran bahkan terang-terangan tidak suka dengannya. Alvaerelle juga tidak suka, dia berani melawannya. Dia bukanlah Alvaerelle yang dulu, bukan pengecut lagi. Tapi meski begitu, dia juga tidak begitu tahu tentang masalah Soliana dan Gaylia. Akan menjadi mencurigakan jika Ayred tahu tentang kebohongannya. Jadi dia harus mencari alasan lain, sebelum pertanyaan aneh-aneh muncul dari elf hebat satu itu. “Tuan Ayred. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya ingin meminta Anda untuk keluar. Nona sedang ingin beristirahat hari ini terutama setelah kemarin Anda dan pangeran mahkota saling berhadapan. Saya rasa Tuan Ayred pun pasti mengerti apa yang saya maksudkan,” ucap Leia mewakili. Hebat! Ayred menoleh pada pelayannya. “Maaf, Nona Leia. Sayangnya aku perlu memastikan. Apa kamu benar-benar yakin jika Soliana dibunuh oleh Gaylia?” Alvaerelle diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Dia yakin betul saat itu dia melihat mimpi ketika tubuh ini berhadapan langsung dengan Gaylia yang menangis sambil memeluk barang bukti. Lantas mengapa Ayred tiba-tiba meragukannya? Jika Myrin, tunangan gilanya itu, dia tidak akan terlalu terkejut. “Aku takut ini menjadi salah paham. Oh Dewa Agung, mengapa Anda membuatnya serumit ini,” gumamnya. Peri yang sedari tadi berdiri di belakang Ayred hanya menatap iba. Tidak tahu harus melakukan apa. Dia lalu menyentuh pipi Ayred hingga membuat elf laki-laki itu pun menoleh. “Kamu?” “Hai, Tuan Ayred. Masih mengingatku?” balas peri kecil tersebut. “Tentu aku ingat,” balas Ayred. “Kalian saling kenal?” Alvaerelle tahu seharusnya dia tidak angkat bicara, tetapi dia justru berbicara. Peri itu menoleh. “Tentu saja! Aku adalah peri cinta yang menghubungkan antara kamu dengan dia! Aku harap kamu juga mempermudah pekerjaanku setelah aku mengatakannya. Aku tidak mau zzassaalb kena hukuman jika kami tidak bisa menjodohkan kamu dengan Tuan Ayred ataupun Tuan Myrin.” “Hah?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN