TJPP 42

1083 Kata
Myrin menyapu wajahnya kasar. Dari lekukan dan wajah pucat itu, Alvaerelle tahu kalau tunangannya sangat lelah. Penantian ini yang sudah ditunggu-tunggu oleh sang pangeran mahkota. Belum lagi, rasa malu yang diderita oleh laki-laki itu karena kesalahan akan menuduhnya sebagai pembunuh sang tunangan. Sekarang dia harus mengumpulkan bukti agar Gaylia dapat tertangkap. Namun bukti yang seperti apa yang akan berhasil membuatnya ketakutan? Mantel itu mungkin sudah dibuang, tidak mungkin seorang Gaylia akan menyimpan barang yang akan memberatkan dirinya. Jadi harus ada cara lain untuk mengungkapkan kebusukan saudaranya yang kejam itu. Pasti ada satu celah. Mengapa Gaylia harus membunuh orang yang akan menjadi ratu di masa depan. Cinta? Kebencian? “Ketika kamu berpikir, wajahmu aneh, Alvaerelle. Apa yang sedang kamu pikirkan?” celetuk Ayred di sampingnya. Alvaerelle pun menengadah, menatap laki-laki yang memanggilnya. “Tidak. Aku hanya mencari jawaban. Kenapa Gaylia harus membunuh Soliana? Aku yakin, putri sebaik itu tidak akan memiliki musuh.” “Setahuku mereka tidak dekat. Jika dekat, aku pasti akan mengenalnya dengan baik. Soliana juga selalu diawasi, hanya di hari itu saja entah bagaimana dia pergi seorang diri,” jelas Myrin padanya. “Mencurigakan,” timpal Ayred. Melalui tatapan tajamnya, laki-laki itu menatap pada Myrin, “saat itu kamu ada di mana?” “Ada kekacauan di gerbang timur, aku harus mengatasi itu. Namun, tidak ada kekacauan yang diakibatkan kerajaan lawan. Sampai kami mencari tahu pun, tidak ada jejak dari elf gelap,” jelas Myrin seraya menopang dagu. Alvaerelle mencoba merangkainya menjadi satu kesimpulan. Gaylia adalah prajurit rendahan, sulit untuk mengawal Soliana. Satu-satunya alasan mengapa gadis itu membunuh Soliana hanyalah cinta dan keirian. Namun tunangan lama Myrin tidak sebodoh itu. Pasti ada sesuatu yang membuat gadis itu tidak dikelilingi oleh para pengawal. “Pangeran Myrin, apa pertunangan kalian ini dilakukan secara politik dan tanpa cinta?” tanya Alvaerelle penasaran. Laki-laki itu tidak menjawab dan malah Ayred yang mewakili. “Benar. Mereka tidak saling mencintai. Tapi apa hubungannya dengan ini?” “Aku akan menjelaskannya di akhir, Tuan Ayred. Lalu apakah ada orang yang Soliana sukai?” balas Alvaerelle dengan pertanyaan aneh lagi. “Tentu saja tidak!” seru Myrin lantang seolah tidak terima. “Kamu ini emosian sekali. Jangan-jangan Pangeran Myrin bertepuk sebelah tangan dengannya,” goda Alvaerelle yang dibalas dengan wajah aneh dari Myrin. Ah, Alvaerelle sangat suka saat-saat menggulingkan keadaan. Namun, saat ini dia harus memikirkan kembali tentang alasan Soliana bisa terbunuh dengan mudahnya. Jika saja ada petunjuk, dia akan lebih mudah menyeret Gaylia ke pengadilan. Ada satu cara nekat yang mungkin akan berguna, tetapi dia terlalu ragu kalau Myrin akan menyetujuinya. Tiba-tiba Leia menggigit bibirnya. Mengepalkan tangan yang entahlah gadis itu menahan apa di dalam pikirannya. Namun, Alvaerelle rasa pelayannya itu punya informasi lain. Informasi yang tidak dimiliki oleh seorang Ayred dan Myrin. Keduanya sama-sama memiliki keterbatasan karena pekerjaan dan jabatan. “Nona, aku pernah mendengar rumor di akademi. Bahwa Nona Soliana memiliki kenalan baik dari kerajaan lawan. Ini rumor yang buruk, sehingga banyak yang mencoba menggali. Lalu ada pula yang mengatakan jika seseorang pernah mengikuti Nona Soliana. Dia bertemu dengan seorang elf yang sangat berbeda daripada ras kita. “Aku memang tidak tahu kebenarannya. Ini bisa saja menjadi jawaban dari pertanyaan Anda. Karena rumor buruk itu, Nona Soliana tidak mungkin bertemu dengan terang-terangan. Bisa-bisa kenalan baiknya ini diringkus saat itu juga. Padahal mereka berhubungan baik,” tutur Leia dengan nada ketakutan. Alvaerelle mengangguk. Dia menemukan kesimpulan dari masalah ini. Soliana pasti dijebak. Dia sangat yakin. Atau bisa saja kenalan Soliana memang datang di saat yang tidak tepat dan menjadi rencana busuk dari Gaylia. Gadis itu tidak hanya ingin membunuh Soliana, tetapi menyebabkan hubungan kedua negara semakin membuuruk. Rumor itu menyebar cepat dan melihat waktu Soliana dan Leia yang berbeda di Akademi, itu pasti rumor paling lama. Jika dia melihat kedua laki-laki yang ada di kamarnya, dia dapat melihat pupil mereka membulat. Keduanya juga tidak tahu. Jelas. Jika seorang Soliana memberitahukan hubungannya pada mereka, dia tidak akan pernah diizinkan bertemu lagi. Jadi begitu ... rencananya mungkin tidak akan semudah itu untuk dilakukan. Hanya ada cara nekat jika ingin membongkar kedok Gaylia. Dan dia juga tidak bisa memberitahukan pada kedua laki-laki ini. Leia juga harus segera ke Akademi. Jika tidak, semuanya akan berantakan. “Aku rasa Gaylia membunuh Soliana dengan sangat terencana. Mungkin memang benar di hari itu temannya datang dan dengan sengaja Gaylia membuat kekacauan dan dia mengikuti Soliana untuk membunuhnya. Jika seperti ini kita tidak memiliki barang bukti,” jelas Alvaerelle ragu. Ayred mengembuskan napasnya, seolah tahu hal seperti ini akan terjadi. Dia lalu melihat ke arah Myrin, laki-laki yang paling menyedihkan di tempat ini. Tunangannya itu terlihat lebih kacau. Mungkin pembahasan tentang Soliana menjadi sensitif dan Alvaerelle bersumpah tidak akan membahasnya lagi. “Aku setuju dengan Alvaerelle, Myrin. Kematian ini terlalu terencana. Akan sulit bagi kita menjebak Gaylia atau mendapatkan barang bukti. Maka untuk itu, lebih baaik kita lupakan hal lama,” ucap Ayred. “Kamu gampang berbicara seperti itu, Ayred. Aku tidak. Aku tidak bisa mencintai orang selain Soliana. Tidak, Ayred. Orang yang bersalah harus dihukum. Akan aku buat Gaylia mengalami hal yang salah dan terpaksa melakukan kejahatan.” “Apa? Kenapa firasatku buruk,” gumam Alvaerelle yang lalu melihat pada tunangannya. “Jangan katakan bahwa pangeran akan membuatnya membunuh orang lain lagi.” “Tepat sekali, Alvaerelle. Aku tahu kamu punya hubungan yang buruk dengannya, bagaimana jika kamu membantuku?” tawar Myrin. Alvaerelle tidak menyangka jika Myrin memiliki rencana yang sama dengannya. Namun, jika begini apakah akan baik-baik saja? Terlebih Ayred terlihat sangat tidak suka. Laki-laki dengan rambut biru itu segera berdiri. Meninggalkan mereka semua dalam ketegangan. Lalu disusul oleh Leia. Pelayannya itu bilang dia akan berkemas untuk pergi ke Akademi. Tersisa mereka. Berdua. “Bagaimana?” tanya Myrin tidak mau kalah. “Pangeran, aku rasa Anda terlalu gegabah. Aku memang memikirkan rencana yang sama. Ini terdengar nekat. Tapi karena itu, aku tidak akan setuju begitu saja,” balas Alvaerelle tegas. “Lalu apa yang kamu inginkan? Kekayaan? Kamu sudah menjadi tunanganku, itu tidak perlu dipusingkan lagi.” Alvaerelle mengembuskan napas. “Bebas darimu adalah hadiah yang besar. Aku tahu kamu pun tidak akan menyetujinya, Pangeran. Jadi aku hanya meminta, bebaskan aku dari Keluarga Zinsastra dan biarkan aku memiliki nama baru.” “Hanya itu?” tanya sang tunangan ragu.. “Ya, aku tidak bisa menggunakan nama Alvaerelle Zinsastra. Aku ingin mengubahnya. Hanya ini saja. Untuk menjadi pasanganmu, aku akan berusaha sebaik mungkin meski kita tidak saling mencintai,” balas Alvaerelle dengan bangga dan dia tahu kesepakatan ini pasti akan disetujui oleh laki-laki itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN