TJCPP 45

1062 Kata
Alvaerelle menyesap teh yang diberikan Leia, ini bisa jadi teh terakhir buatan pelayannya itu. Karena bagaimana pun, pelayannya akan pergi ke akademi dan dia tidak melarang. Ya, dia tidak melarang karena dia sendiri yang menyuruh Leia untuk turut mengejar ilmu pengetahuan dan cita-citanya. Ah, dia jadi ingat bagaimana perjuangannya dulu untuk masuk ke universitas. Seandainya dia masih hidup di sana, apakah sekarang dia akan sibuk dengan tumpukan soal, esai atau malah makalah seperti yang dia dengar dari senior-seniornya di kampus. Alvaerelle pun mengembuskan napasnya. Dia menoleh ke atas sambil melihat tanaman hijau di sana. Kehadiran Rychell memperumit segalanya. Dia tidak mengerti kenapa harus dirinya yang dijodohkan. Oke, bukan dia, tapi sekarang dialah yang menempati tubuh ini. Berinteraksi dengan dua makhluk yang menyebalkan. Bahkan salah satunya menjadi tunangannya sekarang. “Nona, apa Anda ingin menambah tehnya?” tanya Leia di sampingnya. Alvaerelle menggeleng. “Tidak perlu, Leia. Bukankah seharusnya kamu beristirahat? Besok kamu akan berangkat.” “Justru karena aku akan meninggalkan Nona. Aku masih tidak tenang, karena itu artinya Anda akan sendirian. Keluarga Zinsastra pun pastinya tidak ingin mengirimkan pelayan karena mereka sendiri tidak tahu kan,” jelas Leia padanya. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Bukankah kamu tahu kalau aku memiliki kelinci yang bisa berubah jadi monster? Dia akan menjagaku,” jawab Alvaerelle tanpa ragu sedikit pun. “Kelinci itu bisa melindungi Anda layaknya pengawal, tetapi Anda tetap memerlukan bantuan ketika menyisir rambut, menggunakan korset ataupun baju yang super tebal saat perjamuan atau pesta. Kelinci Anda tidak akan bisa mengurus semua itu!” ujarnya. Alvaerelle mendengus. Dia memang tidak memikirkan sejauh itu. “Leia, aku harus bilang berapa kali? Kamu tidak erlu mengurusi hal-hal seperti itu. Tenang saja aku akan baik-baik saja.” “Nona, maaf karena aku terlalu mengkhawatirkan Anda,” balas pelayannya. “Kelak, kamu harus mencari tuan yang lebih baik daripada keluarga Zinsastra. Dengan kepintaranmu sekarang, aku juga berharap kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih hebat dari sekarang,” jawab Alvaerelle. “Ucapannya benar, Leia. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan tunanganku, dia akan baik-baik saja selama ada di istana. Aku memiliki terlalu banyak pelayan yang menganggur, jadi dia akan baik-baik saja,” ucap Myrin. Alvaerelle menoleh karena mendengar suara berat dari sana. Sang pangeran datang tanpa diundang. Lagi pula istana ini memang miliknya. Dia tidak dapat berbuat apa pun, bahkan protes. Menyebalkan. “Pangeran Myrin! Hormat saya,” ucap Leia buru-buru memberikan penghormatan, tidak seperti Alvaerelle yang sibuk menyesapi tehnya lagi. Tadi baru saja bertemu Ayred, kenapa sekarang harus Myrin. Kami menjodohkan kalian. Ah sial. Kata-kata itu teringat lagi olehnya. Dia benar-benar ingin menghindari laki-laki itu sekarang. Tapi bagaimana? Apa dia pura-pura sakit saja? Karena entah kenapa dia yakin jika Myrin pun akan menanyakan soal Soliana. Jika dia tidak salah, Soliana adalah tunangan pertamanya dan sesuai ucapan Rychell, laki-laki ini terikat oleh masa lalu. “Leia, bisakah kamu tinggalkan kami berdua? Kamu harus beristirahat karena pagi-pagi buta, kereta kudamu akan datang,” celetuk Myrin dan itu menyebalkan. Dia memang ingin Leia beristirahat, tetapi bukan berarti meninggalkan dirinya bersama Myrin saja. Dan lagi, Leia menurut! Semakin membuat dia sebal saja. Matanya hanya memandang ke arah Leia berjalan meninggalkannya. Dia sungguh ingin menahan gadis itu agar menemaninya. Namun, dia juga sadar, mau sampai kapan dia berlindung di punggung Leia kika berhadapan dengan Myrin? Sekarang dia benar-benar harus belajar mandiri, teritama dalam menghadapi laki-laki batu seperti tunangannya. Mari Alvaerelle ingat-ingat. Apa yang akan dibicarakan oleh Myrin pasti berhubungan dengan sang mantan, Soliana. Seperti ketika Ayred datang ke kamarnya. Ah, dia belum mengetahui banyak bagaimana Gaylia membunuh Soliana. Dan kenapa juga gadis itu membunuh sahabatnya demi tahta? Jika begitu, seharusnya sekarang Gaylia berada di sini, tidak peduli sudah membunuh atau tidak. “Hei, kamu mendengarku atau tidak?” ujar Myrin sehingga membuatnya segera menoleh. Alvaerelle meneguk saliva, dia tidak yakin dengan ucapan Myrin apa. Yang jelas berhubungan dengan Soliana. Tapi apa yang di katakannya. Sungguh dia takut jika asal menjawab. “Maaf yang mulia. Aku lupa.” “Lupa?” balas Myrin penuh kebingungan, “apa kamu tidak salah menggunakan kalimat?” “Ah, aku .... aku tidak menyimak. Ada hal lain yang aku pikirkan tadi,” ucap Alvaerelle dengan tenang. Dia lalu mengembuskan napas sebelum akhirnya menarik cangkir teh ke mulutnya. Myrin pasti kesal. “Jika bukan karena suasana hatiku sedang baik hari ini, aku sudah membuatmu tersiksa, Nona. Baiklah, aku hanya ingin menanyakan berapa banyak pelayan yang kamu butuhkan selama Leia tidak ada di sini?” tanya Myrin kepadanya. “Soal itu ... aku tidak memikirkannya sama sekali. Memangnya berapa banyak pelayan yang dibutuhkan untuk mengurus seorang putri, Pangeran Myrin?” “Dulu Soliana meminta sedikitnya 10 pelayan untuk mengurus dirinya saja. Aku justru bingung bagaimana kamu bisa bertahan hanya dengan Leia. Keluarga Zinsastra tidak kekurangan dalam ekonomi, jadi cukup mengherankan. Seolah mereka memang yakin aku akan menghukummu,” jelas Myrin. Alvaerelle mendengus. “Mohon maaf, Pangeran. Jika aku tidak salah ingat, Anda sendiri memang bertujuan itu pada awalnya bukan? Bahkan saya baru menginjakkan kaki di sini saja, sudah harus menerima tamparan keras dari Anda.” “Tidak bisakah kamu melupakannya?” Myrin geram, tetapi Alvaerelle hanya tersenyum sambil menyesap teh yang sudah kosong itu. “Juga berhentilah berpra-pura kalau kamu sedang minum teh. Memangnya teh itu bisa terisi secara otomatis?” Tangan Alvaerelle bergetar. Dia pelan-pelan menarik cangkirnya menjauh dan membenahi dirinya. “Bukannya aku tidak mau melupakan. Tapi karena itu juga aku dimusuhi oleh hampir seluruh kaum gadis. Dan kamu pun mengizinkan mereka menyerangku. Jadi aku tetap harus memikirkannya.” “Aku akan mencabut ultimatum itu. Sekarang status kamu adalah saksi yang harus dilindungi. Jadi ....” “Jangan ubah apapun,” potong Alvaerelle, “akan lebih berbahaya bukan, jika pangeran tiba-tiba mencabut ultimatum. Soliana juga akan lebih mudah curiga. Sebaiknya kita biarkan seperti ini saja. Aku juga tidak lemah.” “Bilang saja kamu ingin menggunakan kelinci sebagai pengawalmu,” balas Myrin dan Alvaerelle tersenyum mendengarnya. “Jadi Anda tidak perlu khawatir, Pangeran.” Myrin mengembuskan napas lega. Namun tidak sampai di sana, laki-laki itu mendekat ke arah Alvaerelle sambil tersenyum. “Jika kamu dalam bahaya, panggil aku.” Alvaerelle mengangguk. Refleks tangannya menarik cangkir dan meminumnya. Padahal dia jelas mengetahui jika isi di dalamnya sudah kosong. Namun, karena Myrin yang mendekatinya rasa gugup itu kian bertambah. Elf menyebalkan ini tidak tahu ingin melakukan apa, jadi Alvaerelle sendiri bingung harus bertindak apa. Lalu secara tiba-tiba, laki-laki itu menarik wajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN