TJCPP 46

1102 Kata
Alvaerelle mengangguk. Refleks tangannya menarik cangkir dan meminumnya. Padahal dia jelas mengetahui jika isi di dalamnya sudah kosong. Namun, karena Myrin yang mendekatinya rasa gugup itu kian bertambah. Elf menyebalkan ini tidak tahu ingin melakukan apa, jadi Alvaerelle sendiri bingung harus bertindak apa. Lalu secara tiba-tiba, laki-laki itu menarik wajahnya. “Aku bertanya-tanya kepada diri sendiri,” gumamnya. Karena jarak yang terlalu dekat, dia dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh laki-laki tersebut. Belum sempat dia menanyakan, Alvaerelle kembali dibuat bungkam karena Myrin semakin menarik dagunya agar naik. “Padahal jika aku suruh para laki-laki mengganggumu, mereka pun pasti tidak akan tertarik dengan wajah pas-pasanmu ini,” balasnya. “Kau menyebelakan,” ucapnya agak gagap, karena pegangan Myrin cukup menyakitkan, tetapi dia tidak bisa mengucapkannya langsung pada sang pangeran. “Aku bicara fakta, Alvaerelle. Sekarang istirahatlah, besok selain Leia yang pergi, kamu juga harus menerima begitu banyak pendidikan dasar.” “Untuk apa aku belajar?” “Untuk apa? Tentu saja tunanganku harus berkualitas, tidak boleh turun level dari sebelumnya, yah walaupun dibandingkan dengan wajah dan tubuh, kurasa itu tidak dapat diperbaiki. Tapi soal kepintaran dan tata krama, wajib kamu pelajar lagi,” jelas sang tunangan setelah menarik tangannya menjauh. Laki-laki itu tersenyum sembari mengambil salah satu camilan di meja. Benar-benar mengesalkan! Jika saja Alvaerelle tidak sayang umur, dia akan langsung mencekik leher tunangannya. Bagaimana bisa pasanganmu mengatakan bahwa kamu lebih jelek dibandingkan mantannya?! Bukannya Alvaerelle tidak terima. Dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya, paras Alvaerelle ini sangat cantik. Dia sangat hebat. Kurang apalagi? HISH! Lama-lama memikirkannya membuat dia mual. Jadi, setelah pangeran keluar dari ruangannya, dia baru bisa menghirup napas lega. Ah ... sekarang lelahnya bertambah. Alva akan segera tidur dan melepas satu-satunya teman baiknya di dunia baru ini. Lalu, dia harus bertahan sendiri. Meski sudah berbaring di atas ranjang, Alvaerelle masih memikirkan soal kematian Soliana. Bagaimana cara saudaranya itu membunuh? Jika ada televisi di zaman sekarang, mungkin akan terekam reka adegannya. Namun, sekarang hanya Tuhan yang mengetahui hal tersebut. Dia tidak peduli soal jodoh, dia hanya ingin hidup aman dan damai. Akan dia buktikan bahwa jodohnya bukan satu dari dua laki-laki yang gagal dalam melupakan mantan. Dia pasti menemukan jodohnya sendiri. Dan jelas itu bukanlah Myrin ataupun Ayred. Keduanya tidak cocok untuk Alvaerelle. Bangun pagi buta itu sudah terbiasa untuknya, tetapi dia sudah terlalu lama tidak melakukan itu. Sejak berada di dunia asing ini, pola tidurnya cukup terganggu, terutama ketika masuk ke kerajaan. Alvaerelle terlalu dimanjakan dan dia sendiri tidak menolak itu. Lalu, sekarang dengan keadaan mengantuk saja sudah cukup beruntung. Dia pada akhirnya bisa melihat Leia yang akan pergi ke akademi bersama Ayred. Eh? AYRED? Alvaerelle mengusap matanya cukup keras, dia kembali mengerjapkan dan hanya laki-laki dengan rambut biru saja yang ada di hadapannya. Sedangkan Myrin baru saja datang. “Kemarin aku masih melihatmu sebagai pelayan, sekarang kamu sudah jadi pelajar kembali. Aku sangat mengharapkan kontribusi besarmu di akademik dan dapat pergi ke menara putih secepatnya,” seru Myrin seraya menjabat tangannya. Leia tersenyum dan tersipu malu. Barulah dia menggenggam tangan laki-laki tersebut. “Saya akan berusaha semaksimal mungkin.” “Benar, Leia. Kamu harus segera ke menara putih. Aku akan menunggumu di sana, karena aku bosan melihat para elf yang konyol dan tidak bisa melakukan apa pun,” celetuk Ayred. Hanya Alvaerelle yang tidak mengerti. Memangnya menara putih itu apa? Dengan berani dia mengatakan, “Aku hanya bisa menyemangatimu, Leia. Terbanglah tinggi, kamu adalah orang yang sangat pekerja keras.” “Nona, tanpa Anda, saya tidak bisa melakukan ini. Saya akan berusaha dengan maksimal di akademi nanti,” ucap Leia penuh percaya diri. Alvaerelle menunduk. Ini benar-benar mengingatkannya pada masa lalu. Tiba-tiba saja dia merindukan Bibi Lin dan pegawai toko lainnya. Leia seperti cerminan dirinya. “Kamu mengingatkanku pada seseorang Leia. Tapi karena sesuatu dia tidak bisa melanjutkan cita-citanya.” “Anda bisa mengubah saya, jadi saya rasa Anda pun pasti bisa merubah takdir orang tersebut jadi lebih baik. Ohh ya, di akademik nanti, bolehkah saya bertukar surat dengan Anda?” tanya Leia dan dibalas dengan anggukkan. Kereta kuda telah menunggu dan sang fajar tidak mungkin berdiam diri saja menunggu lebih lanjut. Dia tidak bisa menahan Leia untuk tinggal lebih lama. Entah bagaimana Myrin tahu, laki-laki menggenggam tangannya dengan erat. Seakan memberinya kekuatan untuk melepaskan Leia lebih ikhlas. “Sekarang kamu yang harus belajar,” bisik Myrin menghancurkan kebahagiaannya sekejap mata. Alvaerelle hanya tersenyum. Ayred di hadapannya tidak membantu, justru hanya mendengarkan saja. Benar-benar. Padahal dia baru saja ingin tidur cantik di kamarnya lagi. Kenapa Myrin malah mengajaknya untuk belajar. Ayo, Alvaerelle, coba buat alasan. Sayang sekali, meskipun berusaha, dia tidak memiliki kemampuan untuk melawan perintahnya kan. Myrin mengembuskan napasnya. Seolah tahu apa yang di pikiran tunangannya, maka ia berkata, “Kalau begitu istirahat saja dulu. Nanti setelah jam 8, Ayred akan mengajarkan dasar-dasar Kebangsawanan untukmu. Untung saja Ayred juga yang dulunya mengajarkan Soliana.” “Apa ini benar-benar Pangeran Myrin yang sangat kejam bahkan mampu menyuruh para gadis untuk tidak menyerangku? Apakah ini adalah orang yang sedang menyamar?” ujar Alvaerelle sangat khawatir jika memang orang yang di hadapannya adalah orang lain. Myrin mendengus. Dia lalu mengacak rambut Alvaerelle, meninggalkannya tanpa sepatah kata apa pun. Sungguh sangat mengherankan. Namun, rasa kantuknya sekarang benar-benar menguasai, jadi Alvaerelle memilih untuk segera masuk ke kamar dan tidur dengan nyenyak. Namun pagi cepat sekali datang. Tanpa persiapan apa pun, suara nyaring dan tarik-menarik selimut dapat dia rasakan. Sinar matahari cukup menerangi wajah sehingga dia cukup terusik. Dia masih ingin beristirahat, tetapi beberapa orang menyerukan namanya, ralat, nama alvaerelle. “Tuan Putri, Anda harus bangun. Ini bukan waktunya untuk berleha-leha!” ujar seorang pelayan. Terpaksa Alvaerelle pun membuka mata dan melihat begitu banyak pelayan, ah mungkin lima terbilang sedikit di banding para pelayan yang mengurus kakaknya di keluarga Zinsastra ini. Namun, bagi seorang Alvaerelle maupun Alvaerelle yang tubuhnya sedang dia gunakan, ini sangat banyak. Biasanya saja hanya Leia dan itu pun sudah cukup. Bukankah dia sudah menyuruh Myrin untuk tidak berbuat seperti ini? Tapi perlakuan para pelayan ini cukup semena-mena, pikirnya. Alvaerelle segera beranjak dari tidurnya dan melihat dengan baik orang-orang yang ada di hadapannya itu. “Terima kasih sudah membangunkanku. Tapi bukankah ini masih terlalu pagi?” tanyanya baik-baik. Sayang sekali wajah para pelayan itu sangat tidak mengenakan. Mereka memang tidak menyukainya. Dan Alvaerelle tidak masalah dengan itu, jadi dia hanya tersenyum menanggapi mereka. “Putri angkat seperti kamu seharusnya tahu diri bukan menjadi malas karena sudah keluar dari keluarga Zinsastra,” balas salah satunya sarskastik. Alvaerelle hanya tersenyum. Tidak ingin membalas. Setidaknya sekarang. Dia yakin ada yang lebih layak dia pertahankan. Dan itu adalah misinya. Penderitaan ini tidak akan berlangsung lama.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN