TJCPP 38

1097 Kata
Myrin menarik dirinya, memaksa ciuman mereka sekali lagi. Namun, kali ini ada yang berbeda. Alvaerelle mencoba untuk menikmati. Setidaknya dia merupakan seorang tunangan. Laki-laki di hadapannya Dia tidak mau hanya karena menolak, keinginan untuk Leia malah dicabut kembali. Namun siapa sangka jika Myrin semakin menariknya lebih dekap. Memindahkan tubuhnya ke aras pangkuan laki-laki tersebut. Lalu mereka berciuman lagi dan lagi. Katakan saja Alvaerelle terlena. Tidak seharusnya dia tidak melakukan ini. Apa laki-laki itu baru saja menemukan inovasi baru dalam menindasnya? Dia jelas-jelas ingat, tunangannya tidak mungkin melakukan ini karena tidak ada cinta di antara mereka. Jika untuk berakting, Alvaerelle tidak melihat raja, ratu atau bangsawan penting. Kamar ini privasinya. Dia jadi bertanya-tanya, kapan ini berhenti. Dia sudah tidak sanggup. Jika sekali lagi mereka berciuman, Alvaerelle akan lengah. Dia mungkin tidak akan dapat kembali melawan. Sial. Dia sudah sangat ingin mengakhirinya. Menjauhkan d**a bidang laki-laki di hadapan yang semakin mempersempit jarak di antara mereka. Namun, sesuai dugaannya, laki-laki itu lebih berat. Dengan tangan mungil tubuh Alvaerelle, dia tidak akan bisa melakukannya. Seraya memikirkan kembali apa yang harus dia lakukan, Alvaerelle pun menoleh, menghindari kedua bibir untuk bertemu. Tidak bisa lebih jauh dari ini. Dia tidak akan sanggup. Tentunya Myrin tahu keanehan itu, tetapi tidak menghentikan aktivitasnya. Justru dia menurunkan ciumannya. Entah sejak kapan pangeran mahkota itu berhasil membuat dirinya berada di bawah kungkungan. Berat. Sangat geli. Alvaerelle tidak bisa melakukan lebih jauh lagi atau dia akan masuk ke dalam kenikmatan sementara dari laki-laki ini. Alvaerelle tidak bisa. Dia tidak mau jika Myrin harus menandai seluruh tubuhnya, seolah benar saja jika dirinya milik Myrin seorang. Tidak-tidak. Persetan dengan status. Alvaerelle tidak menginginkan itu. “Tubuhmu lebih tegang dari sebelumnya. Kenapa?” tanya Myrin dengan tatapan tajam yang mengintimidasi dirinya. Alvaerelle tidak mau kalah, laki-laki itu tidak boleh menganggapnya sangat lemah. Karena dia bukanlah Alvaerelle yang sebenarnya, “Aku bukan milikmu.” “Ha.” Dengusan keras itu dapat didengar jelas melalui telinga panjangnya sebagai elf, lalu laki-laki itu justru tertawa terbahak-bahak. “Aku tidak menyangka akan mendengarnya dari dirimu.” “Aku berkata jujur. Aku bukanlah milikmu. Ingat kalau kamu membawaku kemari, mengubah statusku menjadi tunanganmu semata-mata hanya ingin menyiksaku,” balas Alvaerelle seraya dia menutupi bagian leher yang sempat dikecup oleh Myrin. “Aku hanya akan melakukan hal ini dengan orang yang kucintai dan menjadi suamiku.” “Jadi kamu tidak mencintaiku? Lantas mengapa kamu membunuh tunanganku, Alvaerelle Zinsastra!” Teriakan Myrin dan membuat tubuhnya bergetar. Takut. Mungkin lebih takut karena semasa hidup Alvaerelle tidak punya banyak keberanian yang ditunjukkan. “Aku tidak mencintaimu dan aku tidak pernah melakukan pembunuhan yang kamu tuduhkan, Pangeran Myrin. Mengapa aku perlu repot-repot membunuh seseorang yang sama sekali tidak aku kenal?” balas Alvaerelle lebih menggebu-gebu, tidak terkendali. Yang pastinya itu sudah terlihat tidak etis bagi seorang perempuan. Alvaerelle sangat ingin mengungkapkan kebenaran yang dia ketahui. Tanpa memedulikan keluarga Zinsastra. Namun, jika begini, nasibnya juga akan dalam bahaya. Bagaimana pun, ini sudah cukup lama sejak kematian tunangan Myrin dan dia terlihat seperti orang yang menyembunyikan semua ini. Refleks, air matanya pun jatuh. Baik di kehidupan lamanya dan saat ini, nasibnya sangat sial. Siapa yang akan memercayainya? Hanya Leia satu-satunya teman baik yang dia miliki di tempat ini. Andai dia bisa memahami alasan mengapa Myrin harus melempar segala kesalahan padanya. Tidak ada gunanya menangis, jadi dia segera menghapus air mata tersebut. “Apa benar kamu memang tidak mengenal tunanganku, Alvaerelle?” “Tentu. Selama ini aku selalu dikurung oleh Keluarga Zinsastra. Menurutmu bagaimana bisa aku mengenal seorang gadis bangsawan sepertinya?” tanya Alvaerelle yang membuat Myrin pun ikut memikirkannya. Memang tidak mungkin. Soliana, mantan tunangannya dulu adalah gadis yang jarang membaur dengan rakyat. Dia terlalu sibuk mengurus kerajaan, sebagai mana tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga bangsawan tinggi. Belum lagi, dia memang baru mengetahui kalau Zinsastra memiliki anak yang selain prajurit tingkat dua, Gaylia. “Kalau begitu siapa yang menjebaknya?” tanya Myrin antusias. Sepertinya laki-laki ini sangat penasaran. Bagaimana caranya Alvaerelle bisa terhindar dari ini? Namun, yang perlu dia syukuri adalah Myrin mencoba mendengarkannya. Tidak seperti sebelumnya, laki-laki ini mau membuka telinga ketimbang menyiksanya. Untuk itu dia sangat bersyukur. Meski di tidak yakin jika Zinsastra akan membiarkannya. “Aku tidak mengelak kalau Keluarga Zinsasatra tidak membunuh tunanganmu, Pangeran. Sejujurnya aku sudah ingin memberitahukannya kepadamu. Namun, mereka tidak akan melepaskanku,” jelas Alvaerelle. “Wajahmu sangat pucat.” Myrin tiba-tiba bangkit, membenarkan pakaiannya sedikit. “Maaf karena aku membuatmu banyak bicara di saat sakit. Sebaiknya kamu kembali beristirahat.” “Tapi bukankah kamu ingin mengetahuinya?” Myrin bergeming, ketika tangan mungil itu menahannya. Tidak bisa, dia harus meninggalkan tempat ini. “Lihatlah wajahmu. Aku seperti bicara dengan tahanan yang tidak punya kesempatan untuk hidup.” Alvaerelle membelalakkan mata. Begitu juga tidak ada lagi yang bisa tangannya genggam. Punggung tunangannya semakin menjauh. Harusnya dia bahagia, dia tidak perlu cemas. Kebenaran sudah dia katakan, bahwa bukan dirinya yang membunuh Soliana. Namun, kenapa dadanya begitu sakit. Ralat. d**a Alvaerelle Zinsastra. Sebenarnya apa saja yang sudah dialami oleh gadis ini? Kenapa dia terlihat sangat rapuh? Apa yang membuatnya harus setakut itu? Hentikan. Alvaerelle tidak bisa memikirkannya. Lebih baik dia menutupi wajahnya. Sampai Leia memasuki kamar dan menggoyangkan tubuhnya. “Nona, Anda tidak apa?” tanya pelayannya. “Badannya lebih panas dari yang aku duga. Leia, bisa kamu panggilkan tabib dan meminta obat? Aku akan memulihkan tenaganya lebih dahulu,” jelas seorang laki-laki. Entah siapa, tetapi suaranya lebih hangat dari Myrin. “Ah, baiklah, Tuan Ayred. Aku akan segera kembali!” Ayred, orang yang dipanggil oleh Leia itu pun menghampirinya. Memaksakan agar tubuh Alvaerelle kembali tidur dan tidak duduk. Ada bekas jejak mata yang dapat laki-laki itu lihat di pipi pucatnya. Perlahan tangannya mengeluarkan sihir dan mengobati gadis itu. “Sepertinya ada yang terjadi padamu dan Myrin. Tidak kusangka, dia sampai membuat dirimu sampai seperti ini. Kali ini aku sudah berjanji pada seseorang untuk melindungi dirimu,” bisik Ayred pada gadis yang ada di bawahnya. Alvaerelle perlahan membuka mata, melihat Ayred. Namun, dia tidak banyak berkata-kata. Selain mengucapkan terima kasih dan maaf. “Tidak perlu membantuku, Tuan. Aku akan baik-baik saja.” “Terakhir kali aku mendengarkan itu dari Soliana, dia mati mengenaskan. Aku tidak bisa membiarkan kejadian yang sama terulang kembali. Jadi, kamu tidak perlu merasa terbebani oleh diriku.” “Semua orang sepertinya sangat sayang pada Soliana. Namun, kenapa Tuan tidak menganggapku sebagai seorang pembunuh? Bukankah seharusnya Tuan juga tahu bahwa aku yang sudah membunuhnya?” “Jika kamu adalah pembunuhnya, pertemuan pertama kita tidak akan seperti itu. Kamu akan dengan mudahnya menghajar para bandit, atau malah mengorbankan Leia. Aku bisa melihatnya melalui matamu, Alvaerelle.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN