TJCPP 37

1092 Kata
Bohong jika Alvaerelle tidak penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Ayred beberapa saat lalu. Dia juga tidak mendapat jawaban pasti dari Leia. Gadis itu tidak menyembunyikan apa pun tentang hal itu, tetapi lebih tidak yakin dengan informasinya sendiri. Ayred sendiri tutup telinga dengan rasa ingin tahunya yang begitu tinggi. Tidak ada hal lain yang bisa Alvaerelle lakukan. Lalu dari kejauhan, dia mendengarkan seseorang tengah memanggil-manggil nama tunangannya. Oh, apakah laki-laki itu ada di sekitar sini? Dia tidak tahu betul, tetapi Alvaerelle sangat penasaran. Sehingga dengan tertatih dirinya bangkit dari kasur. Untung saja Leia sedang menyiapkan makanan, jadi dia bisa lebih leluasa. Tidur seharian itu membuat tubuhnya terasa lebih berat dari sebelumnya. Menjadi seorang elf membuatnya mendapatkan beberapa keuntungan seperti memiliki kepekaan suara yang lebih dari orang lain. Sehingga dia cukup yakin kalau orang-orang di luar sana sedang memanggil Myrin Elpentor, putra mahkota kerajaan ini dan sekaligus tunangannya. Namun, dia hanya tidak tahu di mana laki-laki itu berada dan seberapa jauh jaraknya dari tempat dirinya berada. Ya, apa pun itu, Myrin tidak mungkin ke tempat di mana Alvaerelle berada. Setidaknya dia berpikir begitu sampai tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya dan refleks dia buru-buru ke tempat tidur. Namun, sebelum berhasil tertangkap, Alvaerelle justru kehilangan keseimbangan berkat kaki yang terluka sebelumnya. Dia pasti jatuh, dan ini akan menambah waktu istirahatnya. Namun ternyata dia salah. Seseorang justru dengan cepat menarik tubuhnya dengan cara memeluk. “Kamu sudah gila ya?” ucap laki-laki yang berada di belakangnya. Mata Alvaerelle pun membelalak. Dia kenal betul pemilik suara berat itu. Satu-satunya yang paling dia benci dan sangat ingin melihatnya begitu menderita. “Bukankah kamu memang ingin melihatku menderita? Lepaskan aku dan biarkan saja tunanganmu ini terjatuh dan pada akhirnya mendekam di dalam kamar untuk waktu yang lebih lama,” balas Alvaerelle ketus. Tidak ada bagusnya berbicara baik-baik dengan laki-laki yang satu itu. “Aku tidak seburuk itu!” “Kamu bahkan lebih buruk dari itu jika aku kembali melihat ke masa yang telah lalu. Pertama, datang kamu memberikan para pengawal tingkat rendah yang membuat aku berakhir nyaris mati tertangkap bandit. Kedua, kamu membiarkan semua orang menindasku dan kemarin kamu meninggalkanku di hutan,” balas Alvaerelle lebih panjang. Entahlah, ini mungkin karena dia sedang datang bulan dan ingin marah-marah. Terlebih, memang laki-laki yang tengah memeluknya ini sangat menyebalkan. Laki-laki itu mendengus. “Jangan bicarakan itu dulu. Aku tahu beberapa di antaranya salah, tetapi itu pantas bagi seorang pembunuh seperti dirimu, Nona Alvaerelle Zinsastra.” Kali ini Alvaerelle yang mengembuskan napas. Bukan karena pernyataan yang diberikan kepadanya. Justru satu-satunya yang membuatnya khawatir adalah pelukan Myrin. Ini tidak baik untuk jantungnya. Dia tidak suka bagaimana jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya. Dia juga tidak mengerti alasan apa yang membuat perasaannya tidak tenang. Dia ingin segera lepas, tetapi tenaga laki-laki ini lebih kuat daripada yang dia duga sebelumnya. “Apakah kamu bisa diam? Bagaimana jika kamu benar-benar jatuh?” ucap laki-laki itu kepada Alvaerelle. Tentu saja gadis dengan rambut cokelat itu pun segera mendengus. “Bagaimana bisa aku diam sementara kamu malah mendekapku semakin erat? Lepaskan aku, Pangeran. Lepaskan! Jangan mentang-mentang tidak ada penjaga dan pelayanku yang mengawasi, Pangeran Myrin jadi seenaknya!” ancam Alvaerelle yang sudah sangat kesal. Sementara Myrin hanya bisa membuka mulutnya. Dia ingin melepas pegangan, tetapi kaki gadis itu masih tidak dalam keadaan baik. Jadi dia terpikirkan cara lain yang mungkin akan berhasil untuk mencegah mulut gadis itu mengucapkan hal-hal yang lebih aneh lagi. Dengan cepat, Myrin pun menangkupkan tangannya di bawah lutut gadis itu, lalu membopong ke kamar. Tentu saja, ketimbang dengan dekapan, membopong tubuh lebih parah bagi Alvaerelle. Dia ingin menelan ludahnya sekarang juga. Bagaimana caranya untuk lepas? Memberontak! Apa dia perlu memberontak saja agar laki-laki ini buru-buru melepaskannya. Oke ini sangat buruk. Hanya ada mereka berdua dan Myrin tengah membopongnya ke kasus. Dia sangat tidak suka hal ini. Bagaimana pun yang seharusnya terjadi, dia tetap tidak senang dengan cara ini. Tanpa diduga-duga, Myrin tidak memperlakukan Alvaerelle dengan baik. Bahkan laki-laki itu siap melempar gadis itu ke kasurnya. Sementara Alvaerelle yang tidak mau kalah pun mengalungkan dengan erat tangan pada pada leher laki-laki itu. Sehingga mereka berdua sama-sama terjatuh. Hanya tersisa lima sentimeter jarak antara bibirnya dan bibir Myrin. “Apa kamu sedang mencoba menggodaku, Alvaerelle?” tanya Myrin dengan pelan. Seolah-olah akan ada yang mendengarkan ucapan mereka. Sementara sang gadis tidak bisa mengatakan apa pun. Pipinya pun sudah memanas karena malu setengah mati. Bisa-bisanya dia dan Myrin tertinggal beberapa jarak saja. Perasaannya sangat-sangat tidak tenang. Lalu secara perlahan, Myrin pun memperpendek jarak mereka. Hal itu menimbulkan sengatan listrik pada d**a Alvaerelle. Ada sesuatu yang tergerak, tetapi dia tidak tahu apa pastinya. Bahkan sejujurnya dia terlalu cemas jika apa yang dipikirkan oleh Alvaerelle akan terjadi. Dia tidak berani menutup mata, tidak berani bergerak, bahkan bernapas. Napas Myrin bisa dia rasakan dengan jelas. Terasa hangat. Wajah itu pun mendekat dan perlahan Myrin memiringkan kepalanya. Ketika bibir mereka saling bertaut, Alvaerelle pun menutu matanya karena kaget. Dia juga baru akan mendorong laki-laki itu, tetapi tubuhnya tidak dapat bergerak. Jika dia ingat-ingat kembali, ini bukanlah ciuman pertamanya dengan Myrin. Namun, entah kenapa untuk yang sekarang tunangannya lebih mengerikan. Dia sangat takut, tubuhnya bereaksi tidak sewajarnya. Jujur dia ingin menangis lagi. Seperti apa yang dia lakukan sebelum-sebelumnya ketika Myrin tengah menciumnya. Perasaan itu semakin menguat ketika Myrin tidak kunjung melepaskan bibirnya. Alvaerelle ketakutan. Dia hampir kehabisan oksigen. Lalu beberapa saat, laki-laki itu pun menarik dirinya dan duduk dengan posisi yang tegap. “Sejak tadi kamu tidak bernapas. Ciuman macam apa itu?” sindir Myrin padanya dengan penuh kekesalan. Alvaerelle pun ikut duduk dan meraup oksigen sebanyak yang dia bisa. Setelah dirasa cukup, dia pun melihat kembali pada Myrin. “Aku tidak berciuman denganmu. Hanya kamu yang melakukannya, Pangeran Myrin.” “Kalau begitu kali ini lakukanlah dengan benar,” balas Myrin yang lalu mendekatkan dirinya kembali pada Alvaerelle. Debaran jantung yang tidak menentu, perasaan yang tidak dapat dia ketahui apakah itu. Myrin menarik dirinya, memaksa ciuman mereka sekali lagi. Namun, kali ini ada yang berbeda. Alvaerelle mencoba untuk menikmati. Setidaknya dia merupakan seorang tunangan. Laki-laki di hadapannya Dia tidak mau hanya karena menolak, keinginan untuk Leia malah dicabut kembali. Namun siapa sangka jika Myrin semakin menariknya lebih dekap. Memindahkan tubuhnya ke aras pangkuan laki-laki tersebut. Lalu mereka berciuman lagi dan lagi. Katakan saja Alvaerelle terlena. Tidak seharusnya dia tidak melakukan ini. Apa laki-laki itu baru saja menemukan inovasi baru dalam menindasnya? Dia jelas-jelas ingat, tunangannya tidak mungkin melakukan ini karena tidak ada cinta di antara mereka. Jika untuk berakting, Alvaerelle tidak melihat raja, ratu atau bangsawan penting. Kamar ini privasinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN