TJCPP 40

1070 Kata
“Ah!” Keduanya bergumam, lalu memperhatikan Alvaerelle yang akan menarik selimut dan baru menutupi sebagian tubuhnya. Myrin lebih dahulu menahan tangan Alvaerelle yang akan menarik selimut lebih tinggi lagi. “Ada yang harus aku bicarakan denganmu. Jadi tunda tidurmu.” “Tunangan macam apa yang membuat pasangannya tidak bisa beristirahat? Tidak bisakah kamu menunda percakapanmu itu?” balas Ayred yang tidak mau kalah mendapat perhatian dari Alvaerelle. “Lalu apa bedanya denganmu? Bukankah kamu juga ke mari karena ada yang ingin dibicarakan dengan tunanganku.” Gadis dengan rambut hitam di antara warna terang itu pun mendengkus. Berhenti sebentar, mereka kembali berdebat lagi. Jika mereka berada di rumah sakit tempatnya tidur, sudah pasti akan diusir oleh petugas keamanan. Sayangnya di tempat ini para pengawal tidak aan berani membawa kedua orang ini pergi. Secara keduanya memegang kedudukan yang sama besarnya. Kepala Alvaerelle sangat pusing, dia sudah tidak mengerti lagi bagaimana harus membuat dua orang di dekatnya ini berhenti bicara. Tahukah mereka kalau perbincangan mereka sudah membuat orang sakit sepertinya makin menderita? Sudah tidak bisa berjalan keluar, malah dibuat stres dengan perbincangan tidak penting dan tidak dimengerti. Lalu tiba-tiba ada sebuah ide yang terlintas di benaknya. Dia tidak perlu repot-repot melerai mereka. Ada makhluk yang lebih mampu dalam hal itu. Jadi dia memberikan aba-aba pada kelinci berekor merah di sana. Tentu kelinci yang tengah melompat-lompat di kamarnya pun menghampiri lagi sang pemilik. Segeralah dirinya memeluk monster imut tersebut. Namun, entah bagaimana Ayred menyadari rencananya, laki-laki itu menggunakan sihir dan membuat peliharaannya melayang di udara. “Tuan Ayred, apakah ada yang bisa kubantu?” tanya Alvaerelle, mengabaikan sang tunangan yang menatapnya garang. “Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu dan memastikan orang ini tidak lagi menindasmu, Alvaerelle,” jelas Ayred yang lalu mengalihkan pandangannya pada kelinci yang melayang. “Jika saja kamu tidak menjinakkan kelinci ini, mungkin aku dan Myrin harus berhadapan dengan monster mengerikan lagi.” “Alvaerelle! Ini benar-benar keterlaluan! Kenapa kamu mengajak bicara Ayred lebih dulu ketimbang tunanganmu ini?” amuk tunangannya meledak-ledak. “Aku baru tahu kalau Pangeran Myrin Elpentor yang terhormat bisa meledak-ledak seperti itu. Apa jangan-jangan Anda cemburu?” balas Alvaerelle iseng dan menyembunyikan tawanya di balik punggung tangan. Ayred ikut tertawa hingga meneteskan air mata. Sedangkan Myrin hanya bisa memajukan bibirnya, dengan pipi memerah sampai pada ujung-ujung telinganya. Sepertinya bagi seorang pangeran yang selalu menjaga sikapnya, pasti sangat memalukan karena meledak-ledak seperti ini. Walau begitu, Alvaerelle memang mengiyakan kesalahannya. Harusnya dia mengajak Myrin bicara lebih dahulu sebelum mengajak bicara Ayred. Terutama sikap laki-laki itu menyebalkan jika tidak diladeni. “Jadi Pangeran, apa yang bisa aku bantu untukmu? Apa Anda memerlukan orang untuk memperdebatkan ucapanmu lagi?” Alvaerelle tersenyum palsu, membiarkan laki-laki itu untuk tenang dan tidak mengamuk jika dia menunjukkan wajah yang tidak mengenakan pada sang tunangan. Myrin mendengkus. “Aku perlu bicara serius denganmu dan aku rasa Ayred juga tidak akan menyesal setelah mendengar ini. Kamu bilang, kamu bukan pembunuh tunanganku.” “Jadi kamu kemari hanya ingin membahas kematian Soliana? Myrin, menurutku sudah waktunya kamu berhenti memikirkan dia. Kamu membuat Soliana tidak tenang di atas Langit,” balas Ayred dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya. Seolah tidak mau membahas. Tidak seperti tunangannya yang bersemangat dengan topik pembahasan ini. Jadi dia kembali melihat pada Ayred. Melalui sorot mata penuh dengan rasa sakit itu, Alvaerelle menggigit pelan bibir bawahnya. “Benar jika aku bukanlah orang yang membunuhnya. Aku tidak mengenal Soliana. Hidupku hanya dipenuhi dengan pekerjaan rumah layaknya pelayan.” “Lalu siapa yang membunuh Soliana? Katakan padaku dan biarkan aku yang memberikan orang-orang itu hukuman,” seru sang laki-laki yang menjadi tunangannya dengan bersemangat. Ini sangat mudah. Dia hanya perlu menyebutkan nama Gaylia. Namun, kenapa tubuhnya sangat bergetar, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Kenapa dia ketakutan di saat seperti ini? Padahal dia bisa terbebas dari ancaman keluarga Zinsastra. Hanya perlu meminta perlindungan. “Hentikan, Myrin! Jangan memaksa Alvaerelle untuk bicara. Tidakkah kamu lihat dia ketakutan?” ucap Ayred lebih tinggi dari sebelumnya. “Sebenarnya apa masalahmu, Ayred? Kita selalu mencari kebenaran tentang kematian Soliana, tetapi sekarang kamu malah menghentikanku untuk mengungkap siapa pembunuhnya,” jelas Myrin sangat marah. Keduanya saling memegang kerah baju satu sama lain. Mereka terlihat ingin saling memukul satu sama lain. Tidak-tidak. Dia harus menghentikan salah satunya, atau bahaya akan muncul. Alvaerelle mencoba bangkit dan melerai keduanya, tetapi kedua laki-laki itu tidak setuju. Justru keduanya membuat dia menjauh dan tidak bisa mendekat. Inikah kekuatan sihir? Bagaimana caranya dia menghentikan keduanya? “Jika kamu bingung, kamu bisa meminta bantuan kami. Benar, kan, Rychell?” ucap suara yang lembut. Refleks Alvaerelle pun menoleh dan mendapati seorang peri dengan sekuntum bunga mawar yang menjadi bajunya. Rambut merah muda seperti stroberi itu beraroma seperti mawar. Keterkejutannya membuat dia pun mundur beberapa langkah. Lalu peri lainnya dengan baju sebiru langit dan rambut seperti lautan pun muncul dari bunga mawar yang dibawa oleh Ayred. Peri itu terlihat lebih tenang ketimbang yang satunya. Bahkan terbang tanpa mengagetkan orang. “Oncith, kamu seperti biasa mengagetkan orang,” tegur peri biru itu yang lalu melihat pada Alvaerelle. “Ah, maaf karena kami muncul tiba-tiba. Tidak seharusnya kami muncul sekarang.” “Hehe. Aku tidak tahan. Kami harus kemari dan menyelesaikan misi, tetapi disambut dengan perkelahian. Jadi kami akan membantumu untuk melerai mereka. Ayo Rychell!” Peri biru itu terbang dengan cepat dan memegang peri merah. Alvaerelle tidak mengerti kenapa kedua peri itu sangat bertolak belakang. “Tenanglah dulu. Biarkan mereka menyelesaikan perdebatan ini. Tidak akan ada yang menang jika kita mengganggu.” “Hei, justru aku membantu agar tidak ada yang menang, Rychell,” ucap Oncith. “Jika begitu kamu akan menghambat misi ini,” bisik Rychell, tetapi melalui telinga elfnya, dia masih bisa mendengar suara kecil itu. “Tunggu-tunggu, jika kalian ingin membantu. Biar aku saja yang memutuskan. Bagaimana?” tawar Alvaerelle, “bantu aku melerai mereka. Aku hanya perlu kalian untuk menghilangkan penghalangnya. Selebihnya akan menjadi urusanku.” “Kamu setuju dengan Oncith?” tanya sang peri biru Alvaerelle menggeleng. “Tidak. Aku tidak setuju. Saat ini mereka berdebat karena aku tidak mampu bicara. Maka aku akan memberikan apa yang keduanya mau. Apa itu cukup meyakinkanmu?” Rychell, peri biru itu mengembuskan napas. “Baiklah. Kami akan membantu. Oncith aku akan pergi ke sana dan kamu di sini. Tolong lindungi dirimu Alvaerelle. Ini pasti akan meledak dan agak sakit jika mengenaimu.” Alvaerelle mengangguk. Dia tidak akan menghentikan keduanya. Seraya menahan tangan, dia mencoba untuk memberanikan diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN