Saga pun akhirnya pergi juga dari sana meskipun harus ditarik terlebih dahulu dan dipaksa oleh Sultan dan Zean tersebut pada saat ini. Mereka sudah ada di dalam mobil, Zean menggunakan mobil Saga dan sementara Saga bersama dengan Sultan pada saat ini. Mereka sudah keluar dari makam.
"Adara sudah ya, Saga sudah pergi. Adara tenang Adara, udah ga papa. Jangan nangis di dekat makam Arga dong, nanti Arga sedih ngeliat Mamanya nangis karena dia." ujar Abraham kepada Adara tersebut, masih memeluknya.
Tak lama kemudian tangis Adara berangsur-angsur mulai mereda, kini ia pun sudah melepas pelukan itu dan dirinya saat ini melihat ke arah makam Arga. Ia pun mendekat dan mulai berbicara pada nisan Arga, berharap Arga akan mendengarkan keluh kesahnya. Ia berharap sekali bisa seperti itu nanti.
"Arga, Mama datang sayang. Maaf ya tadi Mama nangis di depan kamu, Mama ga maksud buat kayak gitu sayang. Itu semua Mama lakukan karena Mama sayang sama Arga. Mama ga mau dia datang kesini sayang." ujar Adara yang di dengar oleh Abraham, Alex, Leo dan juga Brian yang disana.
Mereka tampak benar-benar prihatin dengan kondisi psikis dari Adara itu. Mereka sangat ingin Adara cepat sembuh dan bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Alex yang paling ingin adiknya sembuh dengan cepat karena ia sangat merindukan adiknya tersebut. Ia menyesal, andai saja ia datang lebih cepat.
Andai saja Alex mengetahui tentang hal itu lebih cepat, ia akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan agar nyawa Arga tetap terselamatkan.
Sementara itu saat ini di Rumah Sakit, Alga sedang menyuapi makan Bian. Bian tadi merengek ingin Papinya yang menyuapi dirinya, awalnya Anya takut karena sepertinya Alga sangat lelah. Alga juga tadi malam tidur di luar atau di balkon kamar jadi terasa sangat dingin sekali dirinya tersebut tadi itu.
"Enak ga makanannya?" tanya Alga kepada Bian sembari masih menyuapi Bian yang kini tampak makan dengan senang karena ada Alga juga.
"Enak karena yang nyuapin Papi heheh, sebenarnya ini ga enak Pi. Pahit banget Pi ga enak." ujar Bian kepada Alga yang mana menbuat Alga saat ini tersenyum. Anaknya ini benar-benar sangat lucu, bahkan lucu sekali juga.
Alga kini mengacak-acak rambut Bian yang mana Bian sangat lucu dan saat ini Bian juga ikut tersenyum. Papa dan anak itu benar-benar sangat mirip. Alga dan Bian masih disana sementara itu Anya baru saja masuk ke kamar inap Bian karena sebelumnya ia pergi ke kantin untuk membeli makanan.
Saat masuk ia diperlihatkan pemandangan yang membuat hatinya bergetar, ia sangat terharu melihat Bian dan Papanya sekarang sedang bermain dan saling melempar senyum. Anya harus berusaha agar Alga memaafkan dirinya karena bagaimana pun juga ia harus menikah dengan Alga. Ia tidak mau kebahagiaan Bian saat ini terganggu atau pupus karenanya.
Sabar ya Bian, Mama pasti bakalan usahain kok buat keluarga impian Bian yang berisi Mama, Papa dan Bian akan segera terwujud. Doain Mama ya Bian supaya Mama bisa mendapatkan maaf dari semua orang atas kesalahan yang Mama lakukan. Batin Anya.
"Mami udah kembali?" tanya Bian saat ia melihat ada Anya disana itu.
"Iya sayang Mami udah kembali, wah Bian makannya banyak ya. Nah gini dong makannya banyak biar Bian cepat sembuh ya." ujar Anya tersebut sembari mendekat ke arah Bian. Bian tampak mengangguk dengan patuh juga.
"Iya Mih. Makanannya sebenarnya ga enak, Bian ga suka tapi karena yang nyuapin Papi jadi Bian suka deh hehehe." ujar Bian kepada Anya tersebut.
"Iya sayang, tapi kalo udah sembuh makan sendiri ya. Harus makan sendiri pokoknya ya. Ga boleh bergantung sama Mami atau pun Papi. Okay ya sayang? Karena Bian sekarang udah makan, jadi sekarang Bian harus minum obat biar cepat sembuh ya sayang." ujar Anya kepada Bian tersebut saat ini.
"Iya Mih, siap deh hehehe." ujar Bian menjawab ucapan Maminya tersebut dan sekarang ini Maminya itu memberikan beberapa obat yang harus diminum oleh Bian. Sekarang ini Bian tampak benar-benar senang sekali.
Tentu Anya tidak ingin menghilangkan kebahagiaan dari Bian saat ini. Ia tidak ingin jika nantinya Anya membuat tawa bahagia Anya itu menghilang. Ia sangat tidak mau jika hal itu terjadi kepada dirinya dan juga kepada Bian.
Tuhan, aku cuman minta kalo keluarga kecil ini tetap akan ada hingga masa yang akan datang. Sekarang ini, besok atau lusa dan selamanya aku ingin keluarga ini tetap seutuh ini, apakah bisa Tuhan? Batin Anya tersebut.
"Alga, tadi aku udah beliin kamu makan di kantin. Kamu bisa makan sekarang biar aku yang jaga Bian dulu." ujar Anya mengatakan itu ke Alga.
"Oke. Bian, Papi makan dulu ya sayang." ujar Alga kepada Bian dan Bian juga mengangguk. Alga sekarang tampak keluar ke balkon, ia memakan makanan yang tadi di belikan oleh Anya tersebut. Kini ia masih makan disana.
Alga saat ini tampak memikirkan bagaimana keadaan Saga dan juga Mama serta Papanya. Jujur saja ia masih mematikan handphonenya karena ia benar-benar masih belum bisa jika harus mendapatkan info kondisi mereka. Ia masih merasa bersalah dengan keluarganya itu, ia masih belum sanggup untuk melihat wajah mereka yang pastinya masih sangat sedih kehilangan Arga. Maka dari itu Alga memilih untuk mematikan handphonenya lebih dulu.
Pikirannya berkelana memikirkan apakah adiknya pagi ini bisa makan atau tidak, apakah adiknya itu bisa makan atau tidak. Jika adiknya tidak bisa makan bagaimana ia sekarang bisa makan. Ia tidak mungkin bisa makan seperti ini sekarang. Ia pun hanya melihat makanan yang tadi di beli oleh Anya.
Ia tak nafsu makan sekarang. Sementara Anya yang sedang mengurus Bian itu sesekali juga tampak melihat ke arah Alga tersebut. Ia benar-benar sedih menatap Alga yang sampai sekarang belum mau makan makanan yang tadi ia beli. Entah kenapa alasan Alga tidak memakan itu tapi yang ia lihat sekarang punggung Alga sangat lesu. Ia terlihat benar-benar lesu sekali.
"Mami, besok kalo udah sembuh Bian boleh kan beli es krim yang banyak? Bian mau makan sama Mami terus sama Papi juga sambil ngeliat kartun heheheh." ujar Bian kepada Anya tersebut, Anya tampak mengangguk saat ini.
"Iya sayang boleh kok sayang. Tapi harus sembuh dulu ya kami sayang. Pokoknya harus sembuh dulu baru boleh beli es krim, terus kue dan yang lainnya ya sayang." ujar Anya dan diangguki oleh Bian tersebut pada saat ini.
"Sekarang Bian tidur dulu ya sayang, biar cepat sembuh kan harus banyak-banyak istirahat juga kamu." ujar Anya dan kini Bian mengangguk lagi. Bian pun sudah tiduran, Anya tampak melihat ke arah Bian yang sudah tidur dengan cukup pulas. Ia benar-benar sangat lega karena Bian sudah tidur.
Saat ini tinggal Anya yang ada di ruangan itu sembari melihat punggung Alga. Lagi-lagi ia masih takut jika dirinya harus mendekati Alga dalam kondisi seperti ini. Ia tidak bisa melakukannya, ia tidak bisa mendekati Alga karena ia masih takut jika saja nanti Alga akan marah lagi kepada dirinya. Ia pengecut.
"Gua harus gimana sekarang, Ga gua kangen sama Lo yang selalu bisa perhatian sama gua. Tapi sekarang kayaknya gua ga bisa lagi dapatin perhatian itu. Cuman aku benar-benar lega karena kamu ga ikutin Bian dalam masalah kita. Makasih karena udah mau perhatian sama Bian." ujar Anya.
Kini Anya memakan makanannya meskipun ia sendiri juga tdiak nafsu makan, tapi mau bagaimana lagi jika ia tidak makan, ia nanti akan sakit juga. Ia tidak mau sakit, masih ada beberapa hal yang harus ia lakukan saat ini. Masih banyak beberapa hal yang harus ia selesaikan. Ia juga harus menjaga Bian, ia tidak mau Bian melihat dirinya sakit. Ia tidak akan sanggup akan itu.
Sementara itu sekarang Saga tampak marah-marah di jalan kepada Sultan karena Sultan telah membawa dirinya pergi dari makam Arga padahal Saga masih ingin ada disana. Saga masih ingin bersama dengan anaknya itu. Namun ya mau bagaimana lagi, ia tidak bisa melakukan hal tersebut saat ini.
"Lo kenapa bawa gua pergi dari sana. Gua masih pingin disana, gua mau nemenin Arga. Lo semua ga ngerti gimana rasanya jadi gua." ujar Saga itu.
"Sorry Ga, tapi ini masalahnya tadi Adara ngamuk-ngamuk sama Lo. Ga, gimana pun juga kita juga harus mikirin psikisnya Adara ya Ga. Kalo tadi Lo masih ada disana psikisnya bener-bener bisa down. Jangan mBrian Adara buat nerima Lo dalam waktu dekat ini Saga. Adara butuh waktu buat itu. Adara harus pulih dulu, dia harus sembuh." ujar Sultan memberi pengertian.
"Tapi gua ga bisa nunggu selama itu Tan. Adara harus tahu kalo gua ga ada keinginan sama sekali buat kayak gitu. Gua ga ada keinginan buat bikin Arga meninggal. Toh gua Papanya, Papa kandungnya dan ga mungkin gua menginginkan anak gua sendiri meninggal. Lo tau itu " ujar Saga tersebut.
"Iya kita tahu Saga, okay kalo gitu seengaknya biarin sampai Adara tenang dan kalo Lo mau ngobrol sama dia jangan sampai buat dia marah-marah. Kalo pun dia ga mau ngomong sama Lo, jangan pernah dipBrian ya Saga. Please, kita semua mau yang terbaik buat Lo dan Adara." ujar Sultan.
Saga saat ini tampak mengangguk, ia pun sekarang akan mencoba untuk sedikit bersabar agar semuanya tidak menjadi semakin rumit. Sultan kini membawa Saga pulang ke rumah karena Mama dan Papa Saga pasti sudah sangat khawatir. Mereka juga pasti khawatir karena Saga memang belum makan. Kini mereka pun sudah ada disana, mereka ada dirumahnya.
"Astaga Saga, kamu kenapa pergi ga bilang-bilang sayang. Harusnya kamu bilang biar dianter sama Sultan atau Zean tadi." ujar Mama Saga itulah.
"Maaf Mah, Saga tadi ga bilang-bilang. Saga cuman mau ke makam Arga dan nemenin Arga mah." ujar Saga tersebut yang kini berada di dalam pelukan Mamanya. Kini Mamanya menyuruh Saga untuk mandi dan berganti baju.
Setelah mandi dan berganti baju mereka bertiga diminta untuk ikut sarapan bersama, meskipun ini sudah agak siang untuk dibilang sarapan juga. Namun mereka tetap makan, Mama dan Papa Saga pun juga sama sekali belum makan saat ini. Karena tadi mereka sangat khawatir kepada Saga.