Saat ini mereka semua masih berada disana, mereka tampak masih ditempat mereka makan. Sekarang ini Saga masih saja terlihat hancur sekali. Tak ada kebahagiaan di dalam raut wajah tampan yang dimiliki oleh Saga itu.
"Sayang kamu tidur ya sekarang, istirahat dulu ya." ujar Mama Saga.
"Mama, Saga ga bisa tidur Mah." ujar Saga terdengar sangat menyedihkan saat ini. Bahkan Saga juga terlihat sangat memprihatikan juga.
Mama Saga tidak bisa memberikan komentar apa pun begitupun juga dengan Papa Saga. Apalagi dua teman Saga yang juga tidak bisa berkomentar banyak karena mereka pun juga bingung jika Saga mengatakan hal itu. Mereka ikut sesak ketika mereka merasakan hal itu, saat ini bahkan sepertinya udara di dalam d**a mereka sangat tipis dan sebentar lagi habis.
Mereka kini melihat Saga tampak masuk ke kamarnya, ia kini hanya duduk di balkon kamarnya sembari melihat foto dari Arga. Sama seperti tadi malam, ia melakukan hal yang sama pada pagi menjelang siang hari ini.
Sementara itu sekarang ini Adara masih ada di makam Arga, ia masih berbicara sendiri seolah-olah ia sekarang ini sedang berbicara dengan Arga. Hari semakin siang, tapi Adara masih enggan untuk pergi dari sana sekarang. Hari-hari berat memang belum terlewati sampai sekarang, lagi pula wajar saja karena ini baru hari kedua kematian dari Arga. Wajar jika mereka masih bersedih. Wajar jika kesedihan itu masih tampak nyata dalam wajah mereka.
"Bentar lagi hujan ham, gua ga mau kalo Adara sampai sakit." ujar Alex. Abraham mengangguk, ia pun juga tak mau jika Adara semakin sakit karena pada dasarnya sekarang ini pun Adara juga masih sakit, ia masih sangat sakit.
"Saya akan bujuk Adara untuk pulang, atau ada yang mau mencoba membujuk mungkin?" tanya Abraham dan mereka bertiga kompak menggelengkan kepala mereka. Bukannya mereka tidak ingin membujuk, hanya saja mereka takut jika nanti mereka lebih ke memaksa Adara tersebut.
"Kita bukannya ga mau Ham, tapi kita takut kalo nanti kita ga bujuk tapi malah maksa Adara. Saat-saat kayak gini kita percaya sama Lo Ham. Lo bisa bujuk Adara sebaik mungkin daripada kita." ujar Dean kepada Abraham itu. Abraham pun kini tampak mengangguk dan sekarang ini Abraham tampak sudah mulai maju dan ikut jongkok di dekat makam Arga tersebut dengan Adara. Mereka sekarang bersebelahan, Adara tampak menatap Abraham sebentar. Setelah itu ia mengalihkan pandangan ke nisan anaknya itu, Arga.
"Hallo Arga, kenalin nama Om, Om Abraham. Om yang akan jagain Mama kamu meskipun kamu akan selalu ada di hati Mama kamu. Om Abraham janji kalo Om akan terus jaga kamu ya sayang. Om akan terus jagain Mama kamu mewakili kamu. Sekarang Arga maunya apa?" tanya Abraham yang mana kini seolah-olah Abraham juga sedang mengobrol dengan Arga.
Hal itu mampu membuat perhatian Adara juga sedikit teralihkan ke Abraham. Ia menatap Abraham dengan mata yang kini berkaca-kaca juga.
"Oh apa? Arga mau sekarang Mama pulang ke rumah ya? Karena mau hujan? Okay ini Om sampaikan ke Mama ya." ujar Abraham menjawab pertanyaan yang telah ia buat sendiri itu. Ia pun kini tampak melihat itu lagi.
"Tuh kan Adara, kamu denger kan. Arga mau kamu pulang, istirahat soalnya ini udah mau buka . Arga ga mau kalo kamu kehujanan nanti terus kamu sakit deh. Dia ga mau kayak gitu ya Adara." ujar Abraham tersebut.
"Sekarang kita pulang ya, kita pamit sama Arga. Besok kita kesini lagi. Gimana?" tanya Abraham masih mencoba untuk membujuk Adara tersebut.
Ia harus berhasil membujuk Adara dengan cara halus agar Adara tidak takut kepada dirinya. Adara sekarang ini tampak senang mendengar apa yang baru saja dilayakan oleh Abraham tersebut.
"Beneran ya kita besok kesini lagi kan Abraham? Kamu janji ya? Sama Kakak juga boleh?" tanya Adara terlihat senang, ia pun kini menatap Abraham lalu menatap ke arah Alex, Dean dan juga Aksa tersebut saat ini. Aksa sekarang tampak mengangguk juga. Ia mewakili Dean dan juga Alex saat ini.
"Boleh dong Adara, besok kakak juga bakalan ikut lagi nemenin kamu buat ketemu sama Arga ya sayang." ujar Dean tersebut dan Adara mengangguk, ia terlihat sangat sumringah karena sudah dijanjikan seperti itu.
"Kalo gitu sekarang kita pamit yuk sama Arga. Arga, Om Abraham, Mama, Om Alex, Om Dean sama Om Aksa pulang dulu ya sayang. Biar nanti Mama Adara ga kehujanan." ujar Abraham tersebut, dilanjutkan oleh Adara.
"Iya Arga, Mama sekarang pulang dulu ya. Mama janji kalo besok Mama bakalan datang lagi nemenin kamu lebih lama ya sayang. Sekarang Mama pulang dulu ya Arga." ujar Adara tampak berpamitan. Mereka pun sekarang sudah berpamitan dan saat ini mereka tampak pergi dari makam, mereka pergi menuju ke rumah Adara. Rumah yang juga sebenarnya mereka tempati sekarang karena Abraham jelas ada disana untuk menjaga dan mengobati Adara. Sementara untuk Dean dan Aksa memang juga sudah beberapa hari tinggal disana. Mereka ingin menemani adiknya itu dalam masa keterpurukan.
Bahkan mereka juga tidak berangkat kerja, semua pekerjaan dan meeting mereka berikan kepada sekertaris dan bawahan mereka yang mengerti project tersebut. Mungkin ini terdengar sangat tidak profesional, tapi jujur saja merrka benar-benar sangat kehilangan dan lagi pula mereka itu juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini.
Mereka juga masih sedih akan kehilangan yang terlalu cepat dan sangat tiba-tiba. Arga dan kenangan yang akan selalu ia kenang dengan damai. Mereka masih berada di perjalanan menuju ke rumah Adara pada saat ini. Sementara itu, sekarang babysitter dari Bian tampak sudah datang kesana. Anya masih belum makan dari tadi, begitu pun juga dengan Alga yang saat ini masih setiap di balkon. Bahkan makanannya sama sekali tidak disentuh Alga.
Anya rencananya ingin pergi menemui Saga saat ini, ia ingin berbicara terlebih dahulu kepada Alga jika ia ingin pergi. Ia tidak berharap Alga akan mengantarkan dirinya, yang penting Alga tahu kemana dirinya pergi saat ini.
"Mami mau kemana Mih, kok pakai tas?" tanya Bian tersebut, Bian tadi memang tidur tapi ia bangun dalam beberapa saat yang lalu, ia terbangun. Kini ia menanyakan hal itu karena Maminya itu mengambil tasnya sendiri.
"Mami mau pergi sebentar ya sayang, Bian sama Mbak dulu ya nanti. Okay? Ingat ya kalo mau cepat sembuh Bian harus apa?" tanya Anya itu.
"Inget dong Mih. Kalo Bian mau cepat sembuh Bian harus makan yang banyak, terus nurut sama dokter, istirahat yang cukup sama minum obat juga. Iya kan Mah? Hehhehe." ujar Bian dan Anya pun memberikan jempol ke Bian. Setelah itu ia pergi ke Balkon terlebih dahulu untuk berpamitan kepada Alga.
"Alga, aku mau pamit. Aku mau ketemu sama Saga. Aku mau nyoba minta maaf lagi sama Saga." ujar Anya dengan benar-benar serius saat ini. Ia pun kini mulai ingin pergi karena Alga sama sekali tak menjawab apa pun. Bahkan Alga juga masih diam, ia tak beranjak sama sekali dari sana saat ini.
"Gua ikut." ujar Alga dengan singkat tapi membuat Anya tampak terkejut. Karena jujur saja ia sama sekali tidak punya pikiran bahwa Alga akan ikut.
Alga pun masuk duluan, ia tampak sedang berpamitan kepada Bian sekarang. Alga tampak memeluk dan mencium anaknya tersebut dengan penuh kasih dan sayang. Setelah sudah kini giliran Anya yamg berpamitan kepada Bian, mereka berdua sudah berpamitan dan ssat ini mereka berdua tampak keluar dari ruang rawat inap Bian. Mereka pun sekarang ini menuju ke parkiran untuk mengambil mobil Alga. Kini mereka tampak sudah berada di parkiran dan mereka pun sudah keluar dari rumah sakit tersebut sekarang.
Mereka menuju ke rumah Saga yang mana juga merupakan rumah Alga. Rumah yang sudah lama ditinggali oleh Anya dan Bian juga, rumah keluarga kedua bagi Anya dan Bian. Namun sekarang Anya menghancurkan keluarga itu. Anya seperti orang yang tidak tahu cara berterimakasih sekarang ini.
"Kalo kamu belum siap ketemu sama mereka kamu boleh kok nanti di mobil aja Alga. Biar aku aja yang masuk." ujar Anya saat sedang di dalam itu.
"Nya, Lo sadar ga? Orang yang tadi Lo sebut mereka itu tuh keluarga gua Nya. Orang yang ngebesarin gua dari kecil, orang yang juga Nerima Lo apa adanya bahkan ngurus Lo juga waktu gua masih terbaring koma Nya. Lagi pula gua ga bisa terus menerus lari Nya. Gua harus datang, gua harus kesana karena kalo ga gua sama aja pengecut Nya. Gua ga mau kalo selain disebut dengan kesalahan gua juga disebut sebagai pengecut." ujar Alga tersebut.
Ya Alga, dan itu semua penyebabnya adalah aku. Seseorang yang numpang hidup di keluarga kamu selama sebelas tahun lebih. Aku minta maaf Alga. Aku benar-benar ga tau kalo semuanya akan jadi serumit ini. Andai aja aku tahu, aku ga akan buat semuanya jadi begini. Batin Anya tersebut itu.
Kini mereka berdua masih berada di perjalanan, mereka berdua saat ini masih sama-sama pucat dengan mata yang juga berkantung saat ini. Pucat sekali wajah dari mereka berdua, karena mereka juga belum makan tadi. Serta mata yang berkantong itu mereka miliki karena mereka yang memang tidak tidur dengan teratur tadi malam dan kemarin malam. Mereka terpaksa begadang karena faktanya mereka memang tidak bisa untuk sekadar tidur.
Sekarang ini Saga masih menatap foto Arga. Ia bahkan meminta Sultan dan Zean untuk mengeprint foto mereka tersebut dan mereka pun saat ini sedang mengeprint, lebih tepatnya Sultan yang saat ini mengeprint hal itu. Sementara untuk Zean sekarang tampak masih disana menunggu Saga.
Saga masih setia dengan kekalutannya saat ini, ia benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana sekarang setelah ia kehilangan anak yang ia sayangi. Zean masih menatap Saga, sebenarnya ia tidak bisa begini, ia tidak bisa melihat Saga yang terus menerus seperti ini. Hatinya juga terasa tergerus. Rasa bersalah kian muncul dan kian bertambah sampai sekarang ini. Sungguh ia benar-benar tidak bisa menahan diri, ia kini diam-diam sudah menangis sendiri ketika dirinya itu melihat temannya menjadi seperti sekarang ini.