10

1578 Kata
Entah Anya tidak tahu dengan pasti apakah bersama dengan Alga merupakan sebuah kenyataan yang pasti atau hanya sebuah angan-angan yang berhenti disini. Ia tidak akan tahu yang pasti ia akan memperjuangkan ini. Air mata Anya kini mulai turun tanpa suara,ia sedih karena saat ini dan entah sampai kapan ia hanya bisa memandangi punggung Alga saja tanpa bisa memegangnya, meraihnya ataupun memeluknya. Karena untuk berada di dekat Alga saja itu merupakan sebuah ketidakmungkinan yang akan terjadi. Aku sayang sama kamu Alga, aku ga mau kamu pergi. Batin Anya itu. Sekarang tampak Anya tidur di dekat Bian dengan ia terduduk, sementara itu Alga tampak masih belum bisa tertidur dengan tenang juga. Ia masih terjaga dalam gelapnya malam dan dinginnya angin malam yang membuatnya kini merasa lebih dingin. Namun rasanya hatinya masih dikuasai dengan bara api. Panas itu masih terasa di dalam harinya, ia masih marah. "Tuhan, kenapa harus Arga Tuhan? Dan kenapa harus Anya juga? Kenapa harus mereka Tuhan." ujar Alga tampak bertanya-tanya tersebut. Sementara Alga saat ini berada di balkon rumah sakit, berbeda dengan Saga yang saat ini juga sedang di balkon. Namun Saga berada di balkon kamarnya sekarang. Saga tampak menatap ke langit yang malam ini sedang bertabur bintang. Sepertinya langit itu ingin menghibur Saga yang sedang bersedih. Namun itu tidak ada gunanya sekarang karena dirinya memang sedang tidak bisa dan sedang tidak mau merasakan kebahagiaan yang fana. "Sayang, Papa kangen sama Arga. Andai aja Papa tahu kalo semuanya akan berakhir seperti ini Papa ga akan ninggalin kamu dan Papa bisa terus ada di dekat kamu. Papa sayang sama kamu Arga." ujar Saga sembari saat ini ia melihat fotonya bersama dengan Arga. Foto yang diambil oleh para asistennya saat Arga sedang bersama deengan dirinya. Foto yang saat ini sangat bernilai tinggi bagi Saga karena ia tidak akan mungkin bisa mengulangnya lagi. Arga telah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya. Foto-foto yang ada di handphonenya tersebut merupakan foto-foto terakhirnya bersama dengan Arga. Ia benar-benar menyesal kenapa ia tidak membuat banyak moment terabadikan saat bersama dengan Arga. Jika ia membuat banyak moment ia pasti akan lebih tenang daripada saat ini juga. Namun semuanya telah berlalu, apa-apa yang kini ia sesalkan tidak bisa lagi ia bangkitkan kembali. Ia benar-benar tidak lagi bisa memikirkan apapun. Kepalanya hanya berisi penyesalannya dan juga kenangannya dengan Arga. "Sekarang Papa ga tau lagi harus mencari bahagia kemana Arga. Kamu pergi secepat ini meninggalkan Papa dan Mama kamu pasti sekarang juga masih marah sama Papa. Entah apa Mama kamu mau maafin Papa atau enggak Papa juga ga tau Arga. Papa benar-benar tersiksa kehilangan kamu Arga. Kebahagiaan Papa pergi." ujar Saga lagi masih melihat ke arah handphone yang berisi fotonya bersama dengan Arga saat ada di Panti Asuan. Dalam beberapa saat Arga tampak terdiam, setelahnya ia pun melihat beberapa video yang ia punyai. Tentu video antara dirinya dan Arga, ia muai melihat satu persatu dari video itu hingga ia sampai pada video saat di kebun binatang bersama dengan Arga. Video itu sedikit panjang, ia pun menonton. "Om Saga, itu jerapahnya tinggi banget ya. Wahh selama ini Arga cuman liat di handphone atau di gambar aja. Baru lihat pertama kali ternyata tinggi banget. Eh itu gajahnya besar banget ya om." ujar Arga tampak senang sekali. "Iya dong, masih banyak lagi nanti hewan-hewan di depan sana Arga. Pokoknya Arga harus liat semua di jamin deh Arga seneng." ujar Saga itu. "Astaga Om Saga itu kelincinya lucu banget, ya ampun ada yang besar juga ya kelincinya. Lucu deh kayak Mama." ujar Arga lagi yang mana saat itu terlihat bahwa setelah mendengar Arga mengucapkan hal yang bersinggungan dengan Adara itu wajah Saga sedikit berubah pada saat itu. Saga pun sekarang tampak mempause video itu, ia sekarang mengusap air matanya yang entah sudah berapa liter ia keluarkan hari ini. Kini ia juga tampak memikirkan dan melihat kelinci itu, ya. Kelinci itu mirip dengan Adara. Baik kelinci itu maupun Adara sama-sama imut dan lucu, benar kata Arga. Sekarang Saga tampak melanjutkan apa yang ia lihat itu, ia memulai lagi. "Iya lucu kayak Mama kamu ya Arga." ujar Saga kepada Arga tersebut. Sekarang mereka tampak maju lagi, dan terlihat Arga begitu senang berada disini. Arga bahkan terlihat sangat semangat sekali berada di kebun biantang ini. Ia tampak melihat hewan-hewan yang sebelumnya hanya bisa ia lihat dari video atau dari gambar saja tapi sekarang ia sudah bisa melihatnya. Kini ia benar-benar sangat bahagia, saat ini Arga melihat ke arah Saga juga. "Om Saga makasih ya karena udah ngajak Arga kesini. Arga bahagia banget bisa pergi ke kebun binatang sama Om Saga. Om Saga baik banget sama Arga." ujar Arga tampak berterimakasih kepada Saga dengan tulus. "Sama-sama ya Arga sayang, Papa, ah maksudnya Om Saga juga senang bisa ada disini sama kamu. Om Saga senang karena bisa buat kamu bahagia disini. Kita bisa seru-seruan sekarang disini." ujar Saga kepada Arga saat itu. Dan dalam video itu juga terlihat saat Arga memeluk erat Saga sembari mengucap kata terima kasih terus-menerus. Saga saat ini sudah menangis lagi, ia benar-benar rindu akan pelukan dari Arga itu. Andai ia tahu bahwa secepat ini ia tidak bisa lagi merengkuhnya, saat itu ia akan memeluk Arga dalam waktu yang lama. Ia akan memanfaatkan sebanyak waktunya juga. "Aku sayang sama Om Saga. Om Saga orang terbaik yang pernah aku temui setelah Mama." ujar Arga kepada Saga dan Saga tersenyum saat itu. "Om juga sayang sama kamu, sayang banget." jawab Saga pada Arga. Setelah itu tampak mereka keluar dari kebun binatang dan video masih berlanjut, sekarang ini di luar kebun binatang Arga tampak memperlihatkan mukanya yang begitu cerah. Rasanya Saga tidak bisa melupakan wajah itu. "Om, besok kapan-kapan kesini lagi ya om. Tapi sama Mama, Om Saga mau kan? Boleh kan ya Om? Biar Arga yang ajak Mama. Terus kita bisa lihat binantang lagi disini sama Mama juga." ujar Arga kepada Saga saat itu juga. "Iya sayang, pasti kapan pun itu Om Saga bisa. Kamu bisa hubungin Om Saga kapan pun kamu dan Mama kamu bisa ya. Om Saga pasti bisa. Kamu tinggal bilang aja ya sama Mama kamu, pasti Om Saga akan selalu bisa kapan pun itu." ujar Arga tampak memgulang beberapa kata karena memang ia sangat senang. Ia tentu sangat bahagia karena Arga mengatakan hal itu. Kini Saga pun terlihat sangat bahagia, sangat kontras berbeda dengan Saga yang sekarang. Video itu pun selesai dengan kata-kata itu, mereka belum sempat mewujudkan hal itu. Mereka belum sempat membahas tentang itu tapi sekarang semuanya sudah hancur lebur tak tersisa, rencana itu hanyalah tinggal rencana yang tidak akan bisa terealisasi sampai kapan pun itu. Meski pun ia mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatan, serta kekayaannya tak akan ada yang bisa melawan takdir Tuhan dan juga tak ada yang bisa membalikkan waktu. Jika waktu sudah terjadi maka tidak bisa diulang kembali. Dan bom waktu di dunia Saga terasa sudah meledeka ketika ia kehilangan Arga. Saga sekarang masih melihat video yang lainnya dan jam di dinding saat ini menunjukkan pukul dua belas malam. Sudah pukul dua belas malam tapi Saga masih terjaga, ia masih belum bisa menutup matanya yang sudah sembab karena kebanyakan menangis. Saga masih terjaga di balkon kamarnya sembari melihat bintang-bintang yang bertaburan di Angkasa. "Arga, apa kamu ada di salah satu bintang diatas Nak?" tanya Saga entah pada siapa, mungkin pada angin yang berhembus dengan dingin malam ini. "Papa sayang sama kamu Nak, kamu harus percaya itu. Papa ga akan pernah melupakan kamu." ujar Saga lagi sekarang. Suaranya tampak semakin meninggi dan itu membuat Mama dan Papa Saga khawatir pada Saga. Mereka tadi sudah memanggil Sultan dan Zean untuk berada disini setidaknya untuk menjaga Saga agar tidak melakukan hal yang tidak-tidak pada dirinya. Sekarang mereka sudah datang, dan kini mereka juga bersama dengan Papa dan Mama Saga. Mereka ada di depan pintu kamar Saga yang memang tidak terkunci sedari tadi. Kini tampak Papa dan Mama Saga memberikan isyarat untuk mereka berdua, mereka berdua pun kini masuk ke dalam juga. Di dalam mereka bisa melihat Saga yang ada di balkon kamarnya. Sekarang Saga tampak menatap kosong ke arah langit bertabur bintang itu. Sultan dan Zean tampak mendekati Saga tapi sepertinya Saga tidak perduli akan kedatangan mereka, seakan-akan mereka berdua tidak ada disana. "Ga, udah malam. Masuk ya, angin malam ga baik buat Lo." ujar Zean. Masih tidak ada jawaban juga dari Saga. Saga masih membisu pada saat ini. "Saga, kalo Lo kayak gini terus, Lo bisa sakit Ga." ujar Sultan tersebut. "Terus kalau gua sakit eamng kenapa? Hidup gua udah hancur. Hidup gua udah ga ada artinya lagi kalo Lo mau tahu. Gua udah kehilangan semua, gua kehilangan anak kandung gua dan gua kehilangan kepercayaan Adara, orang yang gua cintai." ujar Saga yang terpancing karena pertanyaan Sultan. "Hidup Lo hancur? Perbaiki Saga. Perbaiki semuanya yang masih bisa di perbaiki. Dapatin maaf dari Adara dan tebus semua dosa-dosa di Adara dengan cara membahagiakan Adara. Lo bisa kan?" tanya Sultan lagi. Ia sedang mencoba mengembalikan sedikit semangat dari Saga sekarang ini. "Gua bisa dan gua akan melakukan hal itu." ujar Saga bersungguh-sungguh. Ia ingin sekali mendapatkan maaf dari Saga. Ingin sekali rasanya. "Kalo gitu, Lo ga boleh sakit. Lo harus tetap hidup Saga. Sekarang Lo masuk dan tidur. Lo harus jaga kesehatan, lagi pula Arga ga mau Papa nya kayak gini. Arga mau Papanya kuat." ujar Sultan pada Saga dan saat ini Saga masuk ke dalam kamar. Setelah itu Saga membaringkan badannya meskipun matanya masih belum bisa menutup sekarang, namun itu sudah membuat lega. Mereka semua tampak sangat lega karena pada akhirnya Saga sekarang mau untuk masuk ke kamar dan berbaring.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN