Lalu Bagaimana Selanjutnya?

1023 Kata
“Rasya, apa yang sekarang akan kamu lakukan?” Bianca yang mencarinya ke kantor. Kemudian Rasya merasa kapalanya sangat sakit. Seperti ada yang meledak begitu saja mendengar pertanyaan dari Bianca. Mereka berdua yang sudah berkhianat, tapi seolah beban itu dibebankan kepadanya. Baik Rasya maupun Bianca sama-sama salah pada masalah ini. Dia tidak akan menjadi seperti sekarang kalau seandainya Bianca juga tidak menggodanya. “Bee, kasih aku Waktu untuk mikir bisa?” Rasya masih ingin waktu untuk berpikir bahwa semua akan bisa selesai dengan kepala dingin. Rasanya mereka berdua memang benar-benar sudah mengkhianati Faraz. “Sya.” “Bee ... apa kamu tahu perasaan aku sekarang?” Bianca melipat kedua tangannya di depan d**a lalu dia duduk di sofa. “Rasya, aku mau kita berdua yang menikah. Bukan aku dan Faraz.” “Apa yang kamu lihat dari aku?” “Kamu perhatian, kita bisa omongin ini sama orangtua kamu.” “Kita ngomong ke orangtua aku? Artinya kita memang cari gara-gara, Bee. Kamu udah lamaran sama, Faraz. Tiba-tiba sekarang seperti ini. Ya aku menyesal udah nyakitin dia.” “Kita sama-sama saling suka, kan?” “Aku tau, tapi nggak gitu juga, Bee. Kita kalau mau nikah harus punya pertimbangan. Faraz, kasihan dia.” Sekarang keduanya malah pergi ke apartemen untuk menenangkan pikiran. Jauh sebelum ini terjadi sebenarnya Bianca juga ingin mengakhiri hubungan dengan Faraz dengan alasan bahwa Faraz yang terlalu sibuk dengan dunianya. Namun bagi Rasya, itu memang kadang tidak masuk akal mengenai alasan bosan tersebut. Memang ujian menuju pernikahan itu sangatlah berat. Banyak yang berhasil melewatinya, ada pula yang gagal melewatinya. Juga begitu dengan pemikiran Rasya mengenai Bianca sekarang ini. “Sya.” “Hmmm?” Pria itu bersandar lalu mematikan rokoknya. “Aku lagi nggak pengen bahas hal-hal mengenai Faraz dulu, Bee.” Yang jelas Rasya masih ingin sekali untuk lebih tenang sekarang ini. Tanpa memikirkan masalah orang lain. Atau lebih tepatnya dia yang menjadi sumber masalah itu. “Bee.” Rasya berusaha menarik rokok yang baru saja dinyalakan oleh Bianca. Jujur saja kalau dia juga terkejut melihat Bianca yang merokok sekarang. “Sejak kapan kamu begini?” “Sejak Faraz sibuk ninggalin aku sama pekerjaannya. Aku kadang pusing, butuh didengarkan. Sekarang ada kamu, malah semuanya ambyar seperti ini. Aku bingung, satu sisi aku nggak bisa sakiti Faraz. Satu sisi aku juga cinta sama kamu.” Tapi bagi Rasya, tidak ada cinta yang akan membawanya pada pernikahan. Karena pernikahan adalah pengecualian bagi Rasya yang ingin sekali hidup sendi dan bebas. Dia masih belum ingin menyakiti hati siapa pun juga. Dia masih ingin bersenang-senang. Tanpa melibatkan perasaan. “Kita pernah sepakat kalau kita tidak akan pernah melibatkan perasaan, Bee. Dan aku sudah punya keputusan itu sebelum kita berhubungan.” Mana mungkin Bianca mau jika Rasya berkata seperti itu. “Sya, kamu tahu kan. Waktu kita pertama kali melakukannya waktu itu, aku perawan.” “Dan aku sudah pernah bilang, jangan mengharap lebih. Apalagi sampai jenjang pernikahan. Aku sudah pernah pastikan kita hanya punya hubungan tanpa ikatan. Kamu juga tahu hal itu, sayang.” Bianca menghampiri Rasya kemudian naik ke atas paha pria itu. “Aku yakin bisa buat kamu jatuh cinta sama aku.” “Aku butuh sek* dan kamu tau itu.” “Iya.” Bianca memulai aksinya untuk menyentuh d**a Rasya. Tangannya membuka kancing kemeja pria itu. “kalau kita lanjutkan, nanti kamu bakalan hamil gimana?” Tidak peduli dengan ucapannya Rasya. Yang dia yakini bahwa Rasya bisa jatuh cinta padanya nanti. Karena tidak rela sudah menyerahkan perawannya untuk Rasya. “Bee. Kamu yakin?” Tidak ada jawaban, namun Bianca sudah bertelanjang bulat. “Aku nggak bakalan kontrol diri aku.” Bianca tidak peduli, sekarang Rasya sudah membawanya ke tempat tidur. Meremas dad*nya dan mulai menghisap putin* payudar* Bianca. Tubuhnya yang indah, b****g sintal. Serta desahan Bianca yang memang sangat menggoda. “Aku nggak bawa kondom.” Bianca mengangguk dan sudah paham dengan itu. Dia membuka celana Rasya, matanya sayup namun ingin tetap menikmati hari ini dengan Rasya. “Kamu mencintaiku, Rasya. Hanya aku yang ada di hati kamu.” Wanita itu kemudian mengulum kejantanan Rasya. Dia mulai untuk melakukannya dengan sangat lihai dengan mulutnya. Rasya hanya perlu berbaring sambil menikmati setiap jilatan dan juga kulumannya Bianca. Menikmati tubuh Bianca seperti wanita yang sudah-sudah. Ya, dia memang tidak ada niat untuk menikah. Lagi pula untuk memuaskan diri, ia bisa membayar seorang wanita. Begitu mudah baginya untuk satu hal itu. Sial Rasya hampir saja mengumpat karena dia memang sangat menikmati setiap sentuhannnya Bianca. Bleeesss Rasya melihat Bianca sudah naik di atasnya dengan Penyatuan mereka. Ya jelas saja Bianca sudah cukup longgar baginya, dia yang sudah menyentuh Bianca berkali-kali. Tidak peduli tentang obat kuat yang kadang membuat Bianca berteriak karena penuh kenikmatan. Juga karena Bianca memang sangat pandai memuaskan dirinya di atas ranjang seperti ini. “Boleh di dalam?” tanya Rasya yang dijawab dengan anggukkan oleh Bianca. “Kamu tahu, aku kadang selalu bayangin diri aku memang lagi goyang gini di atas kamu.” Bisa-bisanya Bianca mengajaknya mengobrol saat dia sedang menikmati hubungan badan ini. “Bee,” melihat Bianca sudah terlihat cukup lelah. Ia kemudian memegang dad* wanita itu. Lalu dia langsung mencium nya kemudian menghisapnya untuk memancing puti*ngnya keluar. “Aaaaahhh.” Desahan itu membantu Rasya untuk semakin b*******h lagi. Kemudian dia langsung pindah posisi. Bianca sekarang ada dibawahnya sambil menyilangn kakinya di punggung Rasya. “Ooooh, s**t. Kamu nikmat sekali sekarang, Bianca.” Rasya membalik tubuh Bianca kemudian menusukkan juniornya dari belakang. “Rasya.” Bianca mengarahkan tangan Rasya ke dad*nya kemudian pria itu meremasnya dari belakang. Rasya tahu bahwa ini sebentar lagi Bianca akan mencapai puncaknya. Dengan sangat cepat dia menghujam Bianca lalu mengeluarkan juniornya sampai cairan bening keluar dari milik Bianca cukup banyak. Rasya mengulanginya lagi sampai beberapa kali dan akhirnya dia menembakan s****a di dalam rahim Bianca. “Mungkin ketika kamu hamil aku akan memikirkan tentang pernikahan itu.” Rasya melihat Bianca masih kelojotan karena karena hujaman Rasya barusan. Saat dia mengeluarkan juniornya, ada sisa s****a yang keluar dari kewanitaan Bianca. “Aku harap ini akan merubah pikiran aku bahwa kamu akan segera hamil, Bee.”  Tekan love ya. Biar rajin update cerita ini. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN