"Selamat pagi, Wina!" sapa Safia, sukses mendongakkan kepala wanita cantik yang sekarang wajahnya terlihat pucat. Menelan ludah kasar, Wina memperhatikan bergantian antara Safia dengan Safiq. Wina sungguh geram dan dia merasa telah dipermainkan. "Apa maksud semua ini?" tanyanya dengan wajah mengeras dan tatapan membunuhnya. Safia malah terkekeh. Kali ini Safia tidak ingin terintimidasi oleh siapapun. Apalagi hanya seorang Wina. Safiq telah memperingati agar dia tidak menjadi wanita lemah lagi. Safia yang sekarang adalah wanita yang memiliki kekuasaan dan tak ada satu orang pun yang boleh menginjak-injak harga dirinya. Sudah cukup Safia menjadi dirinya sendiri selama dua tahun ke belakang. Dan Safia yang sekarang adalah putri serta salah satu pewaris dari keluarga Raharja. "Kenapa Win? T