Simon Westenbroek terlihat kalut malam ini. Dia sama sekali tak bisa tidur malam ini. Penyebabnya: obrolannya dengan Sylvie siang hari barusan. Hati kecil berkata tak salah untuk mengatakan kebenaran tersebut ke Sylvie. Apalagi dia itu seorang pendeta. Pendeta itu juga bisa dibilang sebagai ahli spiritual, walau tak seperti dukun, paranormal, juga tabib--yang banyak berkeliaran di Hindia Belanda.
Yang ditakuti oleh Simon ialah akibat dari keberaniannya tersebut. Mengikuti kata hati nurani memang tak salah. Namun banyak bukti yang menyebutkan bahwa seringkali mengikuti hati nurani akan membawa seseorang ke penderitaan dan kematian. Di kitab suci, Stefanus mati hanya karena sekuat tenaga membela Yesus Kristus. Lalu, beberapa peristiwa yang terjadi, yang ia ketahui dari lingkungan sekitarnya.
Jaman itu, banyak sekali hidup misionaris dan penginjil, entah itu dari kalangan Kristen Protestan maupun dari Katolik Roma. Simon sering mendengar bahwa beberapa dari mereka sering mati karena memperjuangkan kebenaran dan mengikuti hati nurani. Salah satunya, ada isu yang mengatakan bahwa Santo Fransiscus Xaverius itu bukan meninggal karena sakit. Rumor mengatakan, beliau meninggal karena diracuni. Tak jelas siapa yang meracuninya. Hanya disebutkan seperti itu. Yah, mati diracun orang. Rumor lain mengatakan bahwa yang meracuni dari kelompok-kelompok tertentu yang kurang senang dengan cara Fransiscus Xaverius menginjili banyak orang. Para saksi mata tak ada yang berani mengonfirmasi. Mereka hanya bilang beliau mati karena penyakit di sebuah gubuk yang ada di daerah China.
Tak hanya itu, beberapa penginjil juga mendapatkan perlakuan yang sama. Salah satu temannya, Rick Mustenbroek malah tak jelas keberadaannya setelah tugas pelayanannya di ujung selatan Pulau Sumatera. Padahal bersama Rick-lah, Simon diutus untuk melayani di Hindia Belanda. Desas-desus mengatakan bahwa Rick dimakan binatang buas. Yang lainnya mengatakan, karena melawan pemerintah Hindia Belanda, Rick dilenyapkan dengan cara di luar kemanusiaan. Tak manusiawi masih lumayan. Ini jauh melebihi kata tak manusiawi tersebut. Ada yang bilang pula, meninggalnya Rick ada kaitannya dengan fenomena alam roh dan dunia supranatural. Saat sakaratul maut, mata Rick terlihat aneh. Begitu kata salah seorang pemimpin di gereja di mana Simon melayani.
Dua kasus dari banyak kasus mengerikan itulah yang menyebabkan Simon gelisah. Oleh pemimpin gerejanya, dirinya sudah diperingatkan untuk tidak salah kata dalam berkhotbah dan mengadakan kounseling. Salah-salah, tak hanya nyawa Simon yang dipertaruhkan, orang-orang terdekatnya juga. Mungkin maksudnya baik, tapi kebaikannya belum tentu dipahami dengan baiknya oleh orang lain. Ingat, dunia--terlebih di jaman itu--bukanlah tempat yang cukup ramah sebetulnya. Dunia ini terlalu dipenuhi oleh orang-orang fasik yang hanya ingin diikuti keinginan duniawinya. Juga, perlu diketahui juga tentang keberadaan organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok tertentu, yang sangat dibenci pihak Gereja Katolik Roma. Ada beberapa uskup di sana yang dengan lantang mengatakan bahwa organisasi-organisasi itulah para fasik yang sebenarnya. Di luarnya, terlihat bagaikan domba. Padahal aslinya, mereka itu kambing-kambing dengan tanduk seperti dua buah belati.
Ada yang bilang, cara kerja organisasi-organisasi tersebut sangat rapi, samar-samar, dan terorganisasi. Merekalah dalang dari beberapa kasus kriminal yang serba aneh dan misterius. Mereka telah menyusup ke mana-mana, yang hidup di bawah kata solidaritas. Beberapa peristiwa dunia, konon, ada yang mendalanginya. Organisasi-organisasi macam itulah dalang dari peristiwa-peristiwa besar seperti Perang Salib, Peperangan Napoleon Bonaparte, Peristiwa Penjara Bastille, Ekspedisi Mayflower, maupun Kemerdekaan Amerika Serikat. Bahkan organisasi dagang macam VOC saja, konon, yang membesarkannya adalah mereka. Perjanjian antara Inggris dan Belanda terkait penyerahan Hindia Belanda, juga karena peranan organisasi-organisasi terlarang, yang sangat dibenci oleh Vatican. Bahkan, saking bencinya, begitu mendengar orang-orang mereka berhasil menyusup ke dalam jajaran Gereja Katolik Roma, Paus dan beberapa petingginya langsung mengadakan pembersihan lewat sejumlah pengadilan inkuisisi. Santo Ignatius De Loyola terkena imbasnya. Ada isu yang mengatakan bahwa Ignatius De Loyola itu bagian dari mereka. Walau akhirnya terbukti, Ignatius De Loyola hanya tak sengaja bergaul dan terlalu bersentuhan dengan aktivitas-aktivitas yang sangat dilarang oleh kitab suci--salah satunya praktek sihir.
Di dalam negeri saja, sudah banyak terlihat aksi-aksi dari permainan organisasi-organisasi tersebut. Salah satunya, peristiwa meninggalnya Sisingamangaraja. Tak jelas Sisingamangaraja yang mana. Namun ada yang bilang, ada Sisingamangaraja yang meninggal dengan cara sangat b*****h. Ada kaitannya pula dengan teori konspirasi, yang berhubungan ke organisasi-organisasi terlarang tersebut. Konon, dari segala isu yang masuk ke telinga Simon, keluarga Van Weiderveld itu bagian dari organisasi-organisasi tersebut. Pak Robert memang penyumbang aktif di salah satu gereja kecil yang ada di tanah Sumatera. Tapi bukankah orang-orang mereka sering terlihat seperti itu? Yah, seperti kambing yang menyamar sebagai seekor domba. Serigala dan musang yang berbulu lembut seperti biri-biri.
Itulah yang ditakutkan oleh Simon. Dia memang orang biasa. Namun, konon, cara kerja mereka seperti seorang mata-mata. Telinga mereka ada di mana-mana, katanya. Tak jelas apa maksudnya. Yang jelas, sekarang ini Simon sangat ketakutan setengah mati. Apalagi beberapa hari ini, hampir sebulan setengah pula, banyak kejadian aneh yang berseliweran di sekitar Simon. Simon tak menafikan bahwa hal-hal supranatural itu betul-betul ada. Cara memantau secara batiniah atau pikiran itu bukan sekadar isapan jempol belaka. Begitulah cara kerja mereka untuk mengontrol dunia menuju harmonisasi dunia. Tujuannya: satu dunia, satu pikiran, satu visi, dan satu misi. Yang menyeleweng dan dianggap membahayakan mereka, akan disingkirkan bagaimanapun caranya.
Ini sudah kali kesekian Simon menundukan kepala dan berdoa. Tak terhitung sudah berapa kali kata "amin" terucap. Doa Bapa Kami dilantunkan beratus kali. Kitab suci dibolak-balik hingga nyaris tersobek-sobek tiap halamannya. Simon Westenbroek yang seorang pendeta, seorang penasihat spiritual, juga seorang wakil Allah di dunia, tengah dilanda kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan. Berlebihan? Mungkin. Tak beralasan? Pikirkan saja dulu, jangan asal tuduh seperti itu. Sebab, dunia bukanlah tempat yang sungguh aman. Dunia ini memiliki banyak misteri yang sangat berbahaya untuk dibuka, namun harus terbuka demi suatu misi maha mulia. Vatican dan beberapa gereja saja sangat kesulitan, apalagi untuk seorang pendeta di daerah terpencil yang saat itu masih banyak orang suka makan daging manusia hanya untuk mengumpulkan kesaktian.
Dari suatu tempat yang tak diketahui Simon (mungkin karena masih dibalut ketakutan, sehingga tak memperhatikan), dirinya sangat diperhatikan oleh Sylvie Van Weiderveld. Sylvie baru kali ini melihat ada seorang pelayan Allah yang sangat gelisah. Baru kali ini juga Sylvie mendapati Pak Pendeta Simon sangat kalut. Rupa-rupanya, Pak Pendeta Simon juga hanyalah seorang manusia biasa yang bisa sedih, cemas, dan takut. Sylvie merasa geli, mau tertawa, maupun kasihan yang bercampur menjadi satu.