Joyce

1840 Kata
Perempuan cantik itu bertubuh tinggi dengan tubuh yang proposional sehingga membuatnya tampak sangat sexy walau hanya mengenakan kemeja dan celana panjang. Rambutnya yang ikal sebahu terurai indah. Langkahnya yang percaya diri membuat semua orang melirik padanya. Dia Joyce. “Selamat siang, saya bisa bertemu dengan pak Geno?” tanyanya ramah pada secretaris lantai 8 dimana pada Direksi dan GM berkantor di perusahaan pak Herman. “Oh, dengan ibu Joyce ya? Silahkan pak Geno sudah menunggu di dalam,” ucap sang resepsionis ramah dan segera mempersilahkan Joyce untuk mengikutinya ke dalam. “Joyce!” pekik Geno senang saat ia melihat seseorang masuk ke dalam ruangannya. Tanpa sungkan Joyce langsung berlari memeluk Geno erat. Ia tampak bahagia bisa bertemu dengan mantan kekasihnya sekaligus sepupu jauhnya itu. “Kamu tambah cantik,” puji Geno jujur sambil mengelus wajah Joyce lembut. Mendengar pujian Geno, Joyce kembali memeluk Geno erat. “Aku kangen kamu,” bisik Joyce penuh rindu. Geno hanya bisa membalas pelukan Joyce sesaat lalu mengajaknya duduk disofa. “Kenapa gak pernah pulang? Aku sengaja tinggal dirumah tante Nurina supaya bisa ketemu kamu. Tapi kamu gak pernah ada. Apartemen kamu dimana Gen? Aku mau tinggal sama kamu aja disitu,” pinta Joyce manja dengan suara lembutnya yang menggoda. Geno hanya bisa menatap wajah cantik cinta pertamanya itu. Ia tak pernah menyangka bahwa cinta pertamanya jatuh pada sepupu jauhnya sendiri. Hubungan mereka yang putus nyambung menandakan bahwa keduanya sulit untuk berpindah hati. Sampai akhirnya beberapa tahun yang lalu, akhirnya mereka memutuskan untuk benar-benar putus karena Joyce merasa butuh cinta yang lain selain cinta dari Geno dan menjalin hubungan dengan pria asing. Tapi tak lama kemudian mereka berpisah dan Joyce ingin kembali pada Geno dan berjanji bahwa ia akan kembali ke Indonesia setelah study S2 nya selesai. Kini ia benar-benar sudah kembali dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia walau seluruh keluarganya sudah tak ada yang menetap di Jakarta. Apalagi Joyce sudah seperti menantu dirumah keluarga Geno dan dua keluarga itu berharap Geno dan Joyce kali ini benar-benar meresmikan hubungan mereka dengan pernikahan. Geno hanya bisa menatap Joyce dalam-dalam sambil memainkan rambut perempuan cantik tersebut. Perempuan ini selalu pintar merawat dirinya. Berbeda dengan Marina yang sembrono dan ceroboh, Joyce terlihat jauh lebih elegan dan smart. Bukan tanpa alasan Geno mengajak Joyce untuk bertemu di kantornya. Project baru yang tengah ia kerjakan memerlukan beberapa partner kerja yang kompeten dan link yang bagus untuk membantu Geno mengembangkannya. Ada dua nama orang yang bisa ia percaya untuk bisa membantunya, apalagi pak Herman sangat leluasa memberikan kebebasan pada Geno untuk memilih partnernya. Salah satu nama itu adalah Joyce yang ada di hadapannya saat ini. Perempuan ini sangat cerdas dan memiliki link yang luas dan dengan background keluarganya yang mapan membuat Geno yakin ditangan Joyce project barunya ini akan berkembang dengan baik. Satu lagi adalah Will. Pria itu adalah kompetitornya sejak ia kuliah dulu dan kini Will tengah menjadi pemimpin di sebuah perusahaan industri yang lebih niece, sehingga Geno membutuhkan kemampuan Will yang bisa membuka banyak peluang pasar di product tersulit apapun. Selain itu, dengan adanya Will, Geno yakin dirinya akan terus waspada karena Will adalah lawan yang tangguh sehingga ia akan terus terpacu untuk selalu creative dan maju. Kini ia akan membujuk Joyce untuk ikut bergabung walau tak mudah untuk Geno. Karena selain pekerjaan, Joyce adalah seseorang yang sangat mengerti tentang diri Geno. Ia sangat tahu apa yang Geno inginkan. Dan tentu saja hal itu bisa merusak rencana Geno untuk membuat Marina jatuh cinta padanya jika ia tak bisa mengendalikan perasaannya pada Joyce, begitupun sebaliknya. Dan saat ini Geno tak bisa mengatakan pada Joyce kalau dirinya telah menikah dengan Marina, karena ia tak ingin keluarga intinya tahu dan membuat kekacauan. “Aku mengajakmu bertemu untuk menawarkan pekerjaan Joyce. Aku butuh kamu diperusahaan ini untuk membantuku karena menurutku hanya kamu yang mengerti aku dan bisa menerjemahkan apa yang aku inginkan,” ucap Geno serius sembari meremas jemari tangan Joyce. “I’m listening,” jawab Joyce serius dan menatap Geno dalam. *** Marina tengah menyiapkan makan siang untuk Geno dan mengisi kotak makan itu sangat penuh. Ia merasa puas karena semur daging yang ia buat rasanya sudah sama persis dengan masakan sang tante saat mereka menikah di losmen. Sudah seminggu ini sejak tangan Geno cedera, Marina setiap hari mengantarkan makan siang untuk suaminya atas permintaan Geno. Pria itu sangat tahu bagaimana memanfaatkan keadaannya yang cedera agar bisa membuat Marina terikat padanya. Niatnya untuk membuat Marina jatuh cinta membuatnya berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan perhatian istrinya. Geno sadar, Marina adalah perempuan yang labil dan kesepian. Hanya dengan perhatian dan kasih sayang ia bisa mendapatkan cinta dari Marina dengan mudah. Apalagi saat ini pak Herman tengah membuatnya sibuk dengan project baru yang harus membuat Geno menunjukan pada pak Herman bahwa ia layak untuk mendapatkan posisi direktur yang ia incar saat ini. Geno sadar, kepercayaan pak Herman tak bisa dibeli hanya dengan kata-kata manis, menurut atau sampai menikahi anaknya sekalipun. Pak Herman akan selalu membuatnya berpikir keras dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membuat yang terbaik. Seluruh jajaran direksi pak Herman terdiri dari orang-orang kompeten dan ahli dibidangnya. Yang membuat Geno selalu kagum pada mertuanya, pak Herman bisa mengendalikan para direksinya yang luar biasa dan membuat mereka loyal. Tugas Geno saat ini adalah menunjukan kemampuannya dalam bekerja dan menjadi suami yang baik untuk Marina. Tentu saja pekerjaan ini sangat menyita waktu Geno. Ia seolah tak ada waktu lagi untuk bertemu dengan Marina selain saat subuh dan tengah malam saat ia pulang. Itu sebabnya Geno meminta Marina untuk mengantarkannya makan siang setiap hari agar mereka memiliki waktu untuk bertemu dan Geno bisa mengawasi kegiatan Marina. Apalagi mengetahui Henry yang tak putus asa untuk menghubungi Marina dan Marina sendiri seolah tak ingin segera mengakhiri hubungan mereka. Geno sadar bahwa beberapa tahun ini Henry adalah dunianya untuk Marina. Pria itu benar-benar membuat Marina tak bisa lepas darinya karena selalu ada saat ia dibutuhkan. Marina baru saja sampai ke lantai 8 saat sang sekretaris Geno mengatakan bahwa Geno tengah meeting dengan seseorang. “Loh, bukannya ini jam istirahat makan siang? Apa mereka gak ada break untuk makan siang kah?” tanya Marina heran. “Tamunya baru datang 30 menit yang lalu. Saya infokan dulu aja kalau mbak Marina datang ya,” ucap Fitri sang sekretaris. “Gak usah fit,” ucap Marina cepat tapi Fitri sudah keburu menekan interkom dan memberitahu Geno bahwa ada Marina datang berkunjung. “Suruh masuk Fit,” terdengar suara Geno menyuruh Marina masuk. “Silahkan mbak, ditunggu pak Geno di ruangan.” Mendengar hal itu Marina segera membawa tas berisi makanan siang yang ia buat ke dalam ruangan kerja Geno. Alangkah terkejutnya Marina saat ia melihat ada wanita cantik tengah duduk berdekatan dengan Geno tampak begitu akrab dan intim. “Sini Marina,” panggil Geno saat melihat Marina masuk dan segera berdiri menyambut. Marina segera merapikan rambutnya dengan tangan sesaat dan menepuk pipinya agar tidak pucat karena ia tak berdandan sama sekali dan hanya mengenakan kaos dan celana jeans. “Maaf mengganggu, aku hanya ingin mengantarkan makan siang,” ucap Marina gugup saat melihat Joyce yang berdiri dengan anggun dan cantik seolah mengintimidasi penampilan Marina saat itu. “Perkenalkan ini Joyce dan ini Marina kekasihku.” Joyce yang mendengar ucapan Geno tampak terkejut dan mematung sesaat lalu menatap Marina dalam. Begitu pula Marina, mendengar nama Joyce disebut ia menjadi teringat akan telepon seorang wanita pada Geno beberapa waktu lalu yang Geno akui sebagai mantan kekasihnya. “Hmm, silakan dilanjutkan meetingnya. Aku pamit dulu ya mas,” ucap Marina cepat dengan kikuk lalu segera berjalan meninggalkan ruangan. Ada perasaan tak enak dihati Marina tapi ia tak tahu itu apa. “Marina! Tunggu Marina!” panggil Geno tiba-tiba berada di belakang Marina untuk berhenti. Marina pun menoleh dan melihat Geno menjinjing tas makan siang berisi kotak makan siang untuknya. Tiba-tiba perasaan Marina merasa sedih, karena ia merasa Geno akan mengembalikan tas yang berisi makan siang itu padanya. “Kenapa langsung pergi?” tanya Geno sedikit terengah-engah. “Mas Geno kan lagi sibuk,” jawab Marina pelan. “Ayo,” ajak Geno tiba-tiba menyuruh Marina mengikutinya. Marina berjalan pasrah mengikuti Geno yang sepertinya akan mengantarkan nya turun. Tapi Marina hanya bisa membulatkan matanya bingung saat Geno mengajaknya ke pantry. “Aku belum makan siang, ayo suapi aku. Aku lapar sekali menunggumu,” ucap Geno sambil meletakan tas makan siang Marina diatas meja. “Kamu mau makan siang disini?” tanya Marina bingung. Geno mengangguk tanpa ragu sambil mengambil sebuah mug dan mengisinya dengan air dingin. “Hari ini kita makan siang disini ya, soalnya diruanganku masih ada tamu,” ucap Geno tanpa ragu duduk salah satu kursi dan menunggu Marina membuka kotak makan siang itu. Dengan ragu Marina pun membuka kotak makan siang itu dan duduk dihadapan Geno. Wajah Geno terlihat sumringah saat melihat lauk yang dibawa Marina dan tak sabar untuk mencicipinya. “ Tolong potongkan kentangnya sekalian, itu daging apa? Iga bukan? Kalau iga pasti akan lebih enak lagi” ucap Geno tampak cerewet minta disuapi. Marina pun menyuapi Geno dengan pandangan tak menentu sampai akhirnya ia tak sengaja memotong kentang dan meleset sehingga kentang itu meluncur mengenai kemeja Geno dan membuat kemeja itu penuh dengan noda kuah semur. “Ya ampun! Maaf, mas gak sengaja!” pekik Marina kaget sekaligus takut dan segera mengambil tissue dan membersihkan kemeja Geno. “Sudah, biarkan saja, ayo suapi aku lagi,” pinta Geno acuh dan meminta Marina kembali menyuapinya. Melihat sikap Geno, Marina malah meletakan sendok makan dengan gusar dan menatap suaminya kesal. “Kenapa ditutup? Aku belum selesai makan,” “Lebih baik kamu kembali keruangan Mas, kasian tamunya harus menunggu lama jika kamu berada disini untuk makan siang karena terpaksa. Aku gak apa-apa kok,” ucap Marina perlahan dan menatap Geno dalam. “Joyce gak apa-apa kok kalau aku tinggal sebentar untuk makan siang sama kamu. Kamu lebih penting, apalagi kamu udah bikinin aku semur daging yang enak ini,” ucap Geno santai seolah tak terjadi apa-apa. Marina hanya diam dan membereskan kotak makan siangnya. “Cukup basa-basinya, kembalilah ke dalam. Aku tahu selama seminggu ini mas Geno berusaha untuk dekat denganku. Apapun alasannya, tenang saja mas, aku tak akan mengganggu tujuanmu,” bisik Marina perlahan. “Aku sungguh-sungguh Marina, tak ada maksud untuk basa-basi semua ini.” “Mas…” “Kenapa Mar? Kamu ingin bertanya soal Joyce? Iya, dia Joyce sepupu jauhku dan juga mantan kekasihku. Aku yang mengundangnya untuk datang kesini karena aku menawarkan pekerjaan padanya. Aku butuh dia untuk membantu project baru pak Herman. Aku tahu kemampuannya.” Marina diam dan terus membereskan kotak makan tanpa berani menoleh kearah Geno. “Aku tulus ingin disuapi sama kamu untuk makan siang, bukan karena menutupi sikapku dan Joyce. Aku sudah berjanji untuk meminta cintamu sedikits demi sedikit tapi kali ini boleh aku meminta sedikit kepercayaan darimu untukku Marina?” bisik Geno sambil memeluk Marina dengan sebelah tangannya. Marina hanya diam, di dalam hatinya ada perasaan lega dan nyaman dipeluk oleh Geno. Melihat Marina hanya diam Geno segera menciumi pipi dan kepala Marina sayang. “Aku hanya minta sedikit saja Marina, percayalah padaku.” Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN