CH.8 I got You

1867 Kata
“Woii, ngapain nelpon kalo ga ngomong!” teriak Oman membuat fokus Rasyid buyar. “Dimana lu?” tanya Rasyid. “Di luar ada pesta,” kata Oman. “Aku tahu, kamu lagi di pesta Mr. Johnson kan?” ucap Rasyid yakin. “Ada di dekat tangga Bro, menepi dari keramaian dan kenyataan,” kekeh Oman yang langsung membuat Rasyid jengah dan menutup telponnya. Rasyid mencari Reno dan Asmara yang tadi sedang berbincang tapi entah keduanya kemana, dia sudah tak menemukannya lagi. Rasyid berjalan ke tangga untuk menemui Oman. Dia melihat pria itu sedang asyik mengoperasikan tabletnya dan sesekali melihat ke arah tamu undangan. “Ngapain lu?” tanya Rasyid ingin tahu. Oman masih fokus dengan peralatan di hadapannya. “Nyobain alat baru lah, deteksi wajah hanya dari rekaman cctv dan foto,” kata Oman. Rasyid ingat kejadian kemarin di lobi dengan Asmara, apa dia seharusnya nanya kepada Oman soal itu. Tapi belum sempat dia mengatakannya, Rasyid mengurungkan niatnya. Dia tak ingin mendapatkan celaan dari temannya masalah ini. “Ga lihat Reno di sini?” tanya Rasyid membuat Oman menoleh dan bingung. “Bukannya tadi sama kamu,” kata Oman kembali menatap layar tabletnya dan tak lama dia melihat orang yang mereka bicarakan. “Lah ini orangnya sama cewek, harusnya kamu ga usah nanya dia kemana, pasti dia ga bakal jauh soal tepe-tepe sama hareem,” ledek Oman. Rasyid melihat wanita yang muncul di sana, Asmara dan Reno sedang berbincang akrab dengan Reno. Tapi kenapa dia tak melihatnya. “Mereka ngobrol dimana sih?” tanya Rasyid penasaran dan merebut tablet Oman. Oman memperhatikan gerak gerik Rasyid yang tak biasa menurutnya. Sejak kapan Rasyid peduli soal siapa wanita yang diajak ngobrol sama Reno kecuali satu hal, dia ingin mengetahui adalah identitas wanita itu. “Mau aku cek namanya siapa?” usul Oman dan Rasyid mengangguk cepat. Tak lama dia sadar dan menengok ke arah Oman. “Cek apa?” Rasyid pura-pura tak paham. “Itu cewek yang diajak omong sama Reno, jangan-jangan kamu nanti kalah start sama itu bocah,” goda Oman tapi reaksi Rasyid nampak serius. “Buruan kalo gitu!” perintah Rasyid dan mengembalikan kembali tablet yang dia pegang. Oman langsung menyeleksi dan mengoperasikan tabletnya  untuk mengetahui identitas wanita itu. Saat yang bersamaan ponsel Rasyid berdering dan dia melihat nama Edgar di sana. “Gimana hasilnya?” tanya Rasyid to the point. “Tidak ada yang istimewa Bos, wanita biasa,” jawab Edgar tapi mendadak Rasyid jadi kesal. “Aku tahu justru karena dia biasa aja aku mau tahu, yang lengkap!” seru Rasyid langsung menutup telponnya. Oman yang mendengar seruan Rasyid menoleh, Rasyid memandang Oman tajam. “Ada info apa? Aku tahu dia wanita biasa, salah kalo aku mau tahu,” keluh Rasyid tapi langkahnya meninggalkan Oman yang bingung dengan tingkah absurd Rasyid. Lelaki muda itu merasa panas dan haus karena perdebatan dengan dua orang lelaki sebelumnya. Dia berniat mengambil minum, tapi niatnya diurungkan saat dia melihat bayangan Asmara melintas di dekatnya mengarah ke toilet. Tanpa berpikir panjang Rasyid langsung mengikuti arah Asmara pergi. Rasyid menunggu di selasar toilet. “Kenapa aku jadi kaya orang aneh sampe ngikutin dia gini banget,” gumam Rasyid seakan menyadari dia berubah jadi orang lain karena tingkah Asmara yang jutek kepadanya. Asmara berjalan keluar toilet, Rasyid menegakkan tubuhnya dan bersandar di tembok. “Apa kamu tidak terlalu cepat memutuskan untuk menikah dengan lelaki seperti dia,” Rasyid menyadari jika dia membuka topik yang salah. Tapi karena gengsi tak mungkin dia membatalkan begitu saja. Asmara menghentikan langkahnya. “Maaf, apa saya mengenal Anda Tuan?” ucap Asmara pelan tapi tatapannya tak ramah. Rasyid cukup kaget dengan reaksi Asmara yang tak mengenali dirinya. “Kamu tak tahu siapa diriku?” tanya Rasyid mendadak jadi penasaran. Asmara menggeleng yakin, Rasyid dibuat kesal menahan amarah dengan tingkah Asmara. “Apa wajahku sulit diingat untukmu?” selidik Rasyid. Asmara hanya menghela napas. “Aku tak pernah merasa bertemu denganmu jadi jangan sok akrab denganku, Tuan,” kata Asmara santai. Deg. Rasyid bungkam, terkejut dengan apa yang dia alami, apa wanita ini mabuk atau hilang ingatan, kenapa dia bilang dia tak pernah bertemu denganku sedangkan kemarin dia berterima kasih kepadanya dengan senyuman indah yang membuat dirinya jadi gila macam ini. “Tak kusangka memorimu sungguh lemah,” Rasyid mengatakan dengan sikap tak kalah arogan. Jujur saja, Rasyid gemas sekali dengan tingkah Asmara dan ingin  dia gigit bibir itu. “Lagipula, setahuku lelaki yang berpendidikan dan tahu sopan santun tidak akan mencampuri urusan orang lain seenaknya seperti dirimu,” kata Asmara tegas dan dia berlalu pergi dari hadapan Rasyid. Mata tajam itu tak lepas memandang kepergian Asmara. “I got you Baby, and I’m sure you’ll back to me,” kekeh Rasyid dengan perasaan campur aduk. Rasyid bergegas mengikuti langkah Asmara setelah menyadari jika wanita itu tak bisa disepelekan begitu saja. Dia melihat Asmara ada di area parkir. Rasyid menelpon Edgar, “Satu menit ke parkiran sekarang!” perintah Rasyid. Asmara sudah pergi dari sana dan mobil yang Rasyid minta belum datang. Reaksinya luar biasa kesal saat Edgar datang. “Apa kamu menaiki mobil siput kenapa lama sekali dari parkiran ke sini!” seru Rasyid. Edgar hanya diam, dia tak tahu bagaimana harus menjawab kekesalannya bosnya. Karena selama ini Rasyid akan semarah ini jika menyangkut hal yang besar dan penting. Apa dia melewatkan sesuatu yang penting? “Maaf Bos, banyak mobil yang antri keluar,” jawab Edgar tak penting. “Kejar mobil itu,” ucap Rasyid dan Edgar memandang ke depan tak ada mobil yang melintas. “Warna dan plat mobilnya Bos?” tanya Edgar yang bersiap dengan tablet miliknya untuk melacak keberadaan mobil yang dimaksud. Rasyid diam, kenapa dia tak melihat nomor plat mobil itu ya. Astaga, ini bener-bener ga bisa dibiarkan kehadiran Asmara membuat dirinya hilang fokus dan kinerja otaknya macet. Dia menghentakkan tubuhnya di jok mobil dengan keras dan menjambak rambutnya. Edgar yang sadar jika bosnya sedang dalam kondisi tak stabil mencari cara agar kondisinya membaik. “Kita bisa cek dari namanya Bos,” kata Edgar. Rasyid langsung menyebutkan satu nama dengan keras. “Asmara, Edgar, harusnya aku tadi tahu dimana Asmara tinggal, kenapa kamu lama sekali!” keluhnya dengan suara lantang. Edgar paham situasinya, jadi ini mengenai seorang wanita, tapi bukankah wanita itu adalah wanita yang diminta bosnya untuk diselidiki. Jadi sehebat apa wanita itu sampai bisa membuatnya bosnya jadi abnormal macam ini. Edgar kembali membuka file yang sempat dia baca sekilas mengenai Asmara. Dia melajukan mobilnya ke alamat yang tertera di sana. Sekitar tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. “Ini rumah adiknya Nona Asmara, Bos,” ucap Edgar yang membuat Rasyid langsung mendongak dan menengok keluar. “Kamu yakin?” tanya Rasyid dan Edgar mengangguk yakin. Rasyid memandang rumah sederhana itu. Jika dilihat dari luar, rumah ini hanya seluas halaman rumahnya saja. Edgar benar, wanita itu terlalu biasa untuk dirinya, tapi dia tak bisa berbohong jika Asmara sudah mendominasi pikirannya dan dia harus mencari tahu kenapa hal itu terjadi. “Apa yang harus saya selesaikan Bos?” tanya Edgar membuat Rasyid heran. “Selesaikan apa?” tanya Rasyid. Edgar mengerutkan dahinya, “Bukankah Bos mencari Nona Asmara untuk menyelesaikan suatu masalah dengannya,” timpal Edgar. “Hemm, kamu benar, masalah otakku yang mulai bermasalah semenjak dia muncul di hadapanku,” kata Rasyid pelan. Edgar menggaruk tengkuknya. “Saya ga ngerti Bos,” balas Edgar. Rasyid terkekeh sumbang. “Kita pulang aja,” kata Rasyid menyamankan duduknya dan menyandarkan kepalanya. Edgar yang sudah bersama Rasyid sejak remaja, baru kali ini dia melihat tingkah Rasyid yang tidak dia mengerti dan tak biasa. Pengawal Rasyid itu jadi berpikir, apa bosnya mengalami gegar otak atau semacamnya sampai dia mengalami hal aneh ini? Dika duduk santai di sofa ruang tengah, suara berisik dari pintu depan apartemen membuatnya paham siapa yang datang dan tak minat untuk menengok. “Kamu kemana aja sih tadi?” semprot Rasyid membuat Dika memicingkan matanya bingung dan melirik Edgar yang hanya menaikkan bahunya. “Sejak kapan kamu kepo soal urusanku,” kata Dika santai, Rasyid memalingkan wajahnya nampak menyadari keanehan tingkahnya. “Aku ketemu sama teman lama dari Singapore makanya aku ga ikut kalian ke pesta, ada masalah?” tanya Dika kemudian. Rasyid berlalu dengan mulut penuh omelan yang tidak didengar jelas oleh keduanya. Dika menatap Edgar menuntut jawaban. “Kenapa sama Rasyid?” tanya Dika yang dirasa tingkah bosnya itu yang mendadak absurd beberapa hari ini. “Bos sudah berlaku aneh sejak ketemu sama Nona Asmara,” kata Edgar membuat Dika mengerutkan keningnya. “Asmara, who?” tanya Dika merasa aneh dengan nama itu. Edgar mengambil tablet yang ada di tasnya dan menunjukkan kepada Dika. Asisten Rasyid itu menatap seksama wajah, senyuman kecil muncul di bibirnya. “Jadi dia yang membuat Rasyid jadi abnormal,” kekeh Dika. “Ini kan cewek yang kemarin bikin keributan di sini, kamu sudah cek secara menyeluruh siapa dia?” selidik Dika dan Edgar mengangguk. “Okay, kita tunggu aja apa yang bakal Bos Ar Madin lakukan soal ini,” kekeh Dika berlalu dari hadapan Edgar dan mengambil minuman di kulkas lalu masuk ke kamarnya. Rasyid yang sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur masih terbayang mengenai apa yang terjadi di pesta koleganya itu. Dia menyunggingkan senyum konyol tanpa dia sadari. Teringat jika Oman dan Edgar sedang mencari informasi soal Asmara, dia mencari tabletnya dan melihat apa yang sudah mereka dapatkan. “Edgar benar, tak ada yang istimewa darinya kecuali caranya melihat dan meremehkanku,” ucap Rasyid masih membaca beberapa lembar file mengenai Asmara. “Pernah berhubungan dengan Andi Sanjaya. Apa itu Andi pengusaha yang penuh trik itu? Atau hanya nama mereka saja yang sama,” gumam Rasyid. Dia melihat beberapa foto yang terlampir di file itu dan dia cukup terkejut karena lelaki yang pernah jadi kekasih Asmara memang Andi, orang yang sama dalam bayangannya. “Jadi circle yang dia miliki sebenarnya sudah ada di kalangan atas, tapi kenapa hidupnya masih sangat sederhana, apa dia orang yang pelit?” kembali Rasyid mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang dia kemukakan. Rasyid membaca setiap data dan informasi yang tertera di sana dan berhenti di salah satu cerita mengenai pengalaman pribadinya. “Tidak ada yang mustahil di dunia ini termasuk dengan apa yang kita inginkan dan cita-citakan. Salah satu hal yang tidak bisa ditebak adalah perasaan.” Rasyid membaca kalimat itu dengan nada yang dibuat-buat. “Sesuatu yang mustahil akan menjadi luar biasa jika kamu melibatkan perasaan dalam setiap tindakanmu, bukan hanya logika dan mindset yang keras. Perasaan suka, perasaan rela dan perasaan tanggung jawab dalam menyelesaikan apa yang kamu mulai.” Pria itu masih membaca apa yang tertulis di profil Asmara. “Prinsip yang menarik, semoga saja apa yang dia tuliskan ini memang benar,” ucap Rasyid. Dia meletakkan tablet dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Edgar. “Suruh orang untuk mengawasi kegiatan Asmara mulai sekarang, laporkan padaku mulai besok setiap hari jam 10 pagi. Paham!” perintah Rasyid yang langsung menutup telponnya tanpa menunggu balasan dari Edgar. “Aku akan bertanggung jawab untuk memulai merebut hatimu Asmara.” ***** I got you Baby, and I’m sure you’ll back to me  : Aku mendapatkanmu Baby, dan aku pastikan kamu akan kembali kepadaku. Author kasih subtitle buat yang ga sempet translate,,hehehehe
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN