CH.30 Intervene

1670 Kata
Tiga hari Rasyid di Indonesia, tidak ada keinginan darinya kembali ke Dubai. Meskipun dia tahu Asmara sudah pulih dan kembali bekerja. Di malam hari dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan Edgar di penthousenya untuk mempelajari banyak hal soal gerak gerik Marques. Ponsel Edgar berbunyi saat mereka sedang berdiskusi, Rasyid mengangguk dan dia pergi ke dapur untuk mengambil air dingin. Entah kenapa sejak melihat Asmara malam itu di rumah sakit. Hasratnya untuk bertemu banyak wanita dan bermain di club malam tak terlalu dia rasakan. Rasyid kembali ke ruang tengah dan Edgar menatapnya bingung. “Ada masalah apa?” tanya Rasyid paham arti tatapan itu. “Devio baru saja mengantar seorang wanita yang selama ini bersamanya dan wanita itu Sinta, mantan istrinya Tuan Aldo,” kata Edgar dan Rasyid berdecak. “Aku tahu kenapa diulang lagi,” keluh Rasyid. “Devio mengantarkan perempuan itu ke Semarang yang selama ini jadi tempat pertemuan mereka, bukan karena tugas seperti yang selama ini diketahui oleh Nona Asmara,” kata Edgar. Rasyid masih diam menganggap itu tak spesial. “Tapi sebelum itu, mereka berdua sempat datang ke rumah sakit ibu dan anak. Dari informasi pihak rumah sakit, Sinta memeriksakan kandungannya yang berusia enam minggu,” kata Edgar cepat namun jelas dalam satu tarikan napas. Rasyid tak tahu apa karena efek air dingin atau memang berita ini yang begitu mengejutkan sampai dia merasakan kepalanya berdenyut. “Dan pernikahan Devio dengan Asmara lusa, tidak ada tanda-tanda pembatalan atau apapun justru semua orang sibuk mempersiapkan semuanya,” tambah Edgar saat tahu bosnya tak berkomentar. Rasyid menghempaskan tubuhnya di sofa, menjambak rambutnya kesal. Sekarang apa yang harus dia lakukan, tetap dengan egonya tak peduli atau mengatakan semuanya kepada Asmara yang resikonya dia mungkin tidak mendapatkan simpati Asmara. “Atur pertemuan sama Devio setelah dia kembali dari Semarang sebelum acara pernikahannya terlaksana,” perintah Rasyid dan Edgar mengangguk paham. Kekesalannya justru memunculkan ide untuk melibatkan diri dalam kehidupan mereka berdua. Sebagai sesama lelaki dia harus tahu apa isi otak lelaki tak bermoral itu. Satu hari menjelang pernikahan Asmara, Rasyid mendapatkan informasi jika Devio akan menggelar acara makan bersama teman-teman kantornya di salah satu kafe. Kesempatan ini yang digunakan Rasyid untuk datang ke sana. Awalnya dia akan datang sendiri tapi Dika mengabari jika dia akan ke Indonesia, karena itu dua lelaki penuh pesona ini datang bersama dengan setelan kasual yang sukses menarik pengunjung kafe. “Lu tahu, ini bukan tipeku banget yang kudu sksd sama orang ga penting kaya mereka,” bisik Dika ketika dia melihat target yang mereka maksud ada di sana. “Aku ga nanya pendapatmu,” ketus Rasyid melangkah mendekati gerombolan pria yang ada di salah satu sudut kafe. Rasyid berpikir jika Devio mengadakan pesta lajang besar-besaran tapi sepertinya hanya acara makan biasa. “Permisi, ini bukannya meja yang dipesan oleh Ridwan ya,” ucap Rasyid membuat Dika bengong dengan kata-kata absurd sahabatnya ini. Semua lelaki menoleh dan menatap Rasyid tapi kemudian melirik ke Devio selaku tuan rumah acara. Devio menggeleng, “Ini sudah saya pesan atas nama Devio dari minggu lalu, mungkin meja yang lain bukan di sini,” jawab Devio polos. Rasyid hendak menjawab ucapan Devio tapi ada seorang teman Devio yang mengenali Rasyid. “Anda bukannya Rasyid Ar Madin ya,” ucap pria yang mengenakan kaos hitam membuat Rasyid merasa jalannya terbuka lebar untuk masuk dalam jamuan mereka. “Apa kita pernah bertemu, maaf jika saya lupa dengan Anda,” ucap Rasyid sopan. Dika yang biasanya ingat pernah bertemu siapa saja juga tak mengenali pria tersebut. Pria itu tersenyum dan menjulurkan tangannya memperkenalkan diri dan dari mana dia mengenal Rasyid. Keduanya terlibat obrolan singkat yang akhirnya Indra menawarkan diri untuk bergabung setelah ijin dengan Devio. Rasyid tentu saja tak menolak kesempatan yang sengaja dia tunggu ini. “Jadi kalau boleh tahu ini ada acara apa ya Pak Devio?” tanya Rasyid sok sopan. Devio menggeleng, “Panggil Devio aja, paling kita seumuran kan?” pinta Devio dan Rasyid mengangguk. “Devio akan menikah besok, jadi dia ngadain pesta lajang sederhana,” jelas Indra membuat semua orang tertawa dan disisipi candaan khas lelaki. “Selamat atas pernikahanmu Dev, pasti dia wanita yang beruntung karena Anda orang baik,” ucap Rasyid menekankan kata baik dengan tatapan tajam dan Rasyid mengacungkan gelasnya. Devio hanya tersenyum samar dan mengangguk. Rasyid mulai memancing perkara dalam pesta ini. “Biasanya pesta lajang itu ada bagian calon pengantin menceritakan hal luar biasa yang ingin dia capai bersama calon istrinya atau mungkin apa yang sudah dia lakukan dengan calon istrinya, bener ga?” pancing Rasyid membuat riuh suasana di sana. Devio yang ditantang macam itu sedikit kikuk karena sebenarnya dia sendiri bingung apa yang sudah dia lakukan kepada Asmara, calon istrinya. “Bener, aku pernah liat Devio menggandeng calon istrinya, body goal banget,” ucap salah satu temannya membuat Rasyid mengerutkan dahi. Devio malah bingung dengan apa yang diucapkan temannya. “Kapan kamu melihatku, kenapa tidak menyapa?” tanya Devio bingung. Rasyid menyimak karena rasanya ini topik yang menyenangkan. “Aku melihatmu saat di Semarang, kalian berjalan bersama dan memeluk pinggangnya. Bukannya aku ga nyapa, tapi aku khawatir salah orang karena postur tubuh berbeda dengan yang pernah kamu bawa ke kantor. Sadarnya kalo itu kamu pas posisi miring, tapi aku mau nyapa kamunya udah pergi jauh,” pengakuan temannya membuat wajah Devio pucat. Rasyid mendengarnya sambil menikmati kentang goreng dan jus yang ada di hadapannya. “Apa dia dua orang yang berbeda?” tanya Rasyid kepada temannya itu setelah menelan makanannya. “Bukan, mereka orang yang sama, hanya saja dia sedikit merubah penampilannya,” potong Devio cepat sebelum yang lain berasumsi macam-macam. Semua orang nampak percaya dan mengangguk paham. “Berarti kemarin yang kamu antar ke rumah sakit itu ya calon istri kamu?” teman yang lain ikut berkomentar. Devio berpikir kapan dia dan Asmara pergi ke rumah sakit, tapi dia ingat jika dia menjemput Asmara di rumah sakit setelah wanita itu sakit. “Ah ya, dia sakit asam lambung dan aku menjemputnya setelah mendapat perawatan,” jawab Devio. Rasyid langsung memotong pembicaraan itu, “Berarti saat dia periksa kamu ga ada dunk, kalo cuma jemput aja,” skak Rasyid yang mendapat tatapan tak mengerti dari teman-temannya yang lain. “I-iya karena saat itu aku tak bersamanya dan aku tahu dari temannya jika dia sakit, mungkin karena dia kesakitan jadi tak sempat menelponku,” kilah Devio. “Tapi yang aku lihat beberapa hari lalu itu kamu di poli spesialis, kebetulan aku juga anter istriku ke sana,” timpal temannya yang melihatnya waktu itu. Bingo. Rasyid menarik satu sudut bibirnya, sepertinya dia harus mengakhiri basa basi ini. “Sebenarnya yang kamu nikahi besok itu siapa sih? Seakan kita tadi membicarakan dua orang wanita yang berbeda,” sindir Rasyid. Hening. “M-ma-maksudmu apa?” tanya Devio terbata, tapi dia bisa merasakan keringat dingin keluar. Rasyid hanya tersenyum santai. “Dari cara kamu menjelaskan calon istrimu dan calon istri yang dikatakan teman-teman kamu itu seperti dua wanita yang berbeda, atau calon istrimu memiliki dua kepribadian?” tanya Rasyid. Yang lain diam dan saling pandang tak mengerti, Dika yang sedari tadi ada di belakang Rasyid ikut jadi penonton tak dibayar. “Apa diantara kalian ada yang pernah ditunjukkan fotonya yang mana calon istri Dev?” pancing Reno kepada yang lain dan kompak mereka menggeleng. “Kalian juga tak pernah dikenalkan dengan baik calon istri Dev?” tanya Rasyid kembali dan seakan ada alat otomatis yang membuat kepala mereka bergerak untuk menggeleng. “Kalau memang begitu kalian seharusnya bertanya kepada Dev, ini pernikahan pertama atau kedua baginya, bisa saja yang kalian sebutkan itu istri pertama dan yang besok ini istri kedua,” kata Rasyid santai. Semuanya langsung menatap Devio tajam karena setahu mereka ini pertama kalinya Devio menikah. Devio yang mendengar itu emosi, mendekati Rasyid dan mencengkram kerah bajunya. “Aku sedang baik hati mengajakmu makan, kenapa kamu jadi memperkeruh suasana,” geram Devio. Dika yang ikut mencengkram lengan Devio berseru, “Kamu ga tahu dia siapa, jangan coba-coba menyakitinya,” ancam Dika. Semua orang berusaha melerai mereka tapi Rasyid yang mendapat intimidasi di sini tak merasa takut sedikitpun. “Kenapa kamu harus emosi jika yang aku katakan tidak benar, emosimu ini menunjukkan jika memang ada dua wanita  dalam hidupmu,” kata Rasyid santai dan menimbulkan bisik-bisik dari teman-temannya yang lain. “Atau malah kamu menyembunyikan salah satunya demi keuntunganmu saja,” kekeh Rasyid makin memancing emosi Devio. “Siapa kamu sebenarnya dan apa maumu!” teriak Devio sampai beberapa pengunjung menoleh kepada mereka. Dika melerai mereka tapi Rasyid mengatakan jika asistennya itu tak perlu khawatir karena Devio tak akan menyakitinya. “Kamu tak perlu tahu aku siapa, tapi seharusnya kamu berhati-hati dengan dirimu sendiri. Bangkai yang kamu sembunyikan itu suatu saat akan tercium dan menghancurkanmu sampai ajal menjemputmu,” tegas Rasyid. Semua orang terhenyak dengan apa yang Rasyid katakan. Devio kaget dan melemahkan cengkramannya. Kesempatan ini digunakan Rasyid untuk mendorong Devio dan lepas dari cengkramannya. “Apa maksudmu?” lirih Devio. Rasyid merapikan bajunya dan menatap Devio tajam. “Jika seorang lelaki tak bisa setia dengan pasangannya itu hanya ada dua kemungkinan. Lelaki itu serakah atau dia tak pernah merasakan kehilangan,” kata Rasyid bijak. “Dan lelaki yang menyakiti hati seorang wanita itu dengan cara selingkuh, sama dengan lelaki pengecut yang tak pantas hidup di dunia ini. Balasannya hanya kehidupan yang penuh derita dengan pasangan barunya atau kematiannya sendiri,” kata Rasyid semakin menusuk. Devio menggelengkan kepalanya tak senang mendengar hal itu. “Enggak, enggak mungkin seperti itu. Kamu sengaja menakutiku kan?” kekeh Devio. Rasyid menarik sudut bibirnya dan mendekati Devio hingga dia bisa berbisik di telinga pria itu. “Jika Tuhan tak memberikanmu balasan, maka aku yang akan memberikanmu balasan karena berani selingkuh dari Asmara. Kamu tinggal pilih setia dengan Asmara atau anak dalam kandungan selingkuhanmu itu yang celaka karena tindakanmu sendiri,” bisik Rasyid penuh ancaman. Rasyid memundurkan tubuhnya, dia melihat tubuh Devio menegang dan tatapannya kosong setelah Rasyid mengatakan hal itu. “Pesta lajang yang menarik Dev, senang bertemu denganmu sampai jumpa di lain kesempatan,” pamit Rasyid dengan senyum penuh ancaman.  *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN