"Apa lagi? Apakah menurutmu aku bersekongkol dengannya?" Tengku Ammar mengangkat alisnya. Ratih menggigit bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa, namun kurang lebih itulah maksudnya. Tengku Ammar mendengus dan mengulurkan tangan untuk menyentuh kepalanya. Ratih segera mengibaskan tangannya dengan kesal dan berkata, "Sudah kubilang jangan sentuh kepalaku, rambutku berantakan." "Kupikir kamu hanya seekor anak kucing yang sedang marah," dengus Tengku Ammar. Ratih tidak dapat menemukan kata-kata untuk membantah. Tengku Ammar menghela napas dan berkata, " Jangan tanyakan pertanyaan membosankan seperti itu lagi kedepan. Itu hanya membuang-buang waktu. Kalau aku memang tertarik padanya, menurutmu apakah kamu akan ada disini sekarang?" Ratih tahu bahwa apa yang dikatakannya masuk akal. N