Ratih tidak merespon, dia mungkin sudah terbiasa dengan kata-kata kasar pria ini. Lagipula dia memang menikah dengannya karena uang. Dia juga tidak berharap pria ini akan memperlakukannya dengan baik. Namun setelah menikah, dia tau emosi pria ini naik turun, kadang hangat terkadang berubah dingin. "Aku ingin berbicara denganmu.” Ujar Tengku Ammar melihat Ratih hanya diam tidak merespon. "Ada apa?" "Minggu depan adalah hari pertemuan keluarga. Aku belum pernah secara resmi membawamu menemui tetua keluarga. Jadi minggu depan, Aku akan membawamu ke rumah besar sebagai Istriku." "Bukankah akan sangat merepotkan jika ingin mengantinya di masa depan?" Ratih bergumam tanpa sadar. “Apa katamu?” Tengku Ammar tidak mendengarnya dengan jelas. Ratih dengan cepat menggelengkan kepalanya. Setelah