"Kamu merasa bersalah dan ingin melarikan diri?” Ratih berbalik dan menatap Tengku Ammar dengan wajah kesal. “Aku memang miskin. Aku memang pernah akan dijual. Tapi kamu tahu sendiri malam itu adalah pertama kalinya bagiku tidur dengan lelaki. Berhentilah menghinaku. Jika kamu rasa hubungan ini hanya menimbulkan banyak masalah bagimu, kita masih punya jalan keluar. Kita masih bisa bercerai.” Mata Ratih sudah berkaca-kaca. Namun Tengku Ammar bahkan tidak tergerak. “Siapa yang memberimu hak untuk bicara masalah perceraian?” Tanyanya dengan wajah muram. “Aku memang tidak punya hak. Dalam hubungan ini aku hanya dibayar. Aku hanya ingin memberimu jalan keluar.” Airmatanya sudah tumpah. Dia merasa sangat kesakitan. Meski dia hanya seorang pembantu yang miskin, tapi setiap manusia tetap pun