Arjuna tersenyum ke arah Arini, “Nah, begitu dong. Jangan pura-pura tidak membutuhkan uang. Saya yakin, kamu sangat memerlukan uang untuk biaya kuliah adikmu, karena Saya dengar beasiswa adikmu dicabut dari kampusnya.”
Arini menatap ke arah Arjuna dengan tajam, “Bapak kok bisa tahu, beasiswa adik Saya dicabut?, bukannya Saya mencurigai Bapak dibalik dari dicabutnya beasiswa adik Saya. Hanya saja, berita mengenai dicabutnya beasiswa adik Saya itu bukanlah untuk konsumsi umum dan bagaimana Bapak bisa mengetahuinya?” Tanya Arini dengan curiga.
Arjuna terbatuk mendengar pertanyaan dan pernyataan dari Arini. “Kamu salah dengar, Saya itu bukannya bilang beasiswa adikmu dicabut, tetapi seandainya beasiswa adikmu dicabut. Pendengaran kamu kurang tajam, sepertinya kamu harus pergi ke dokter THT untuk memeriksakan pendengaranmu itu.” Elak Arjuna, sambil duduk dan menyerahkan map yang berisikan perjanjian kerjasama untuk ditanda tangani oleh Arini.
Arini mengambil berkas tersebut dan membacanya, di situ tertulis kalau Ia akan memperoleh uang sebesar 2 juta rupiah setiap bulannya, selama Ia menjadi kekasih bayaran dari Arjuna. Ia juga harus menuruti setiap perintah dari Arjuna untuk bertemu atau pun untuk pergi dan datang ke suatu acara yang mengharuskan mereka tampil bersama
Perjanjian itu juga memuat, kalau Arin selama menjadi kekasihnya bayarannya, tidak boleh ada satu pun orang yang bekerja di perusahaan mengetahuinya. Perjanjian mereka ini bersifat rahasia dan tidak ada yang boleh mengetahuinya. Di situ juga tertulis, apabila selama menjalani hubungan pura-pura ini, dan terjadi perubahan dan perkembangan, akan dibicarakan oleh kedua belah pihak lebih lanjut lagi. Perjanjian itu juga memuat, kalau Arjuna boleh melakukan beberapa sentuhan kepada Arini.
Arini membaca bagian yang memperbolehkan Arjuna menyentuh dirinya, “Maksud dari kalimat ini apa, pak?” Tanya Arini tidak suka dengan bunyi dari kalimat tersebut.
“Kamu jangan terlalu baper, itu hanya sekedar sentuhan saja. Mana mungkin sebagai kekasih Saya tidak menyentuh kamu, yang dalam situasi normal tidak akan Saya lakukan. Mana mungkin Saya mau menyentuh wanita seperti kamu.” Tukas Arjuna.
Arini menundukkan wajahnya merasa terluka dengan kata-kata bos nya itu, tentu saja, mana mungkin bos nya mau menyentuh dirinya, yang hanya seorang wanita biasa saja.
“Syukurlah kalau begitu, Saya tidak perlu merasa cemas, Bapak akan bertindak macam-macam dengan Saya.” Jawab Arini dan langsung mendatangani surat perjanjian yang diajukan oleh Arjuna.
“Kapan perjanjian ini akan dimulai, Pak?” Tanya Arini.
“Wah, Kamu tidak sabaran sekali untuk menjadi kekasih bayaran Saya. Perjanjian ini berlaku mulai dari kamu menanda tangani surat perjanjian ini. Kamu juga jangan berharap, karena sekarang sudah menjadi kekasih pura-pura Saya bisa datang dan pulang seenaknya saat bekerja. Kamu tetaplah hanya seorang karyawati biasa saja.” Tegas Arjuna dan memerintahkan kepada Arini untuk segera kembali ke tempatnya bekerja.
Arini meninggalkan ruangan Arjuna dengan perasaan yang sedikit dongkol mendengar kata-kata bos nya barusan. Ia lalu menuju ke arah lift dan masuk ke dalamnya dengan perasaan yang sedikit takut.
Sesampai di lantai satu, Arini langsung berjalan menuju ke ruangannya, divisi finishing. Arini mendapatkan tatapan bertanya-tanya dari teman-temannya, kenapa Ia baru saja datang. Arini pun menjelaskan, kalau Ia tadi ada keperluan sebentar, sehingga minta ijin untuk datang terlambat. Memang benar, Arini sudah mendapatkan ijin untuk terlambat bekerja, karena bos nya sendirilah yang memanggilnya.
Sementara itu, di lain tempat. Andi berusaha meyakinkan pihak kampus, kalau dirinya tidaklah seperti yang dituduhkan oleh gosip yang beredar selama ini. Namun, pihak kampus belum dapat memutuskan secara langsung apakah beasiswa Andi akan dicabut atau tidak.
Mereka juga menunggu hasil verifikasi dari kasus yang menimpa Andi, apakah benar hanyalah gosip yang disebarkan untuk merugikan Andi. Untuk sementara pihak kampus hanya akan menunda beasiswa Andi saja.
Andi mengucapkan terima kasih, kepada Bapak yang bertugas menangani beasiswa mahasiswa, meski hanya dipending. Ia sangat yakin, kalau Ia akan memperoleh kembali beasiswanya.
Andi kemudian langsung masuk ke dalam kelasnya untuk mengikuti pelajaran pada hari ini. Andi kembali bersemangat mengikuti pelajaran, setelah menerima kabar yang sedikit melegakan dirinya dan Ia pun berharap agar segera mendapatkan kabar baik, beasiswanya dikembalikan.
Di lain tempat, Tari yang masih tidak bisa menerima penolakan dari Arjuna, hari ini akan datang kediaman keluarga Arjuna. Ia akan mendekati orang tua Arjuna untuk dapat meluluhkan hatinya dan membuat Arjuna menerima keputusan perjodohan mereka.
Mengenakan gaun berwarna merah muda dengan bandana menghiasi kepalanya, Tari sampai di rumah orang tua Arjuna. Ia mengemudikan sendiri mobil, yang merupakan hadiah ulang tahun yang ke delapan belas dari ayah nya.
Tari membawa tote bag di tangannya yang berisikan kue brownies buatannya. Senyum manis terkembang di bibirnya yang dipoles dengan pelembab bibir saja. Orang tua Arjuna dengan senang menyambut kedatangan Tari. Ibu Arjuna mengajak Tari untuk duduk-duduk di teras samping rumah, yang rimbun dengan bunga-bunga peliharaannya.
Mereka lalu duduk di bangku yang ada di sana. Ibu Arjuna langsung mengatakan kalau Ia akan membantu Tari untuk mendapatkan hati Arjuna dan akan meyakinkan Arjuna, kalau Tari lah jodoh yang terbaik untuk Arjuna. Tari merasa senang, Ibu Arjuna mendukung Ia untuk mendapatkan hati Arjuna.
“Kamu masih ingat saja, dengan kue brownies kesukaan Arjuna. Kenapa tidak kamu antarkan saja kue ini ke Arjuna langsung. Pasti Ia akan mau memakan kue ini. Begitu mobil yang dikemudikan olehnya sampai di halaman perusahaan milik Arjuna. Tari langsung mematikan mesin mobilnya.
Tari menatap pantulan wajahnya di kaca spion untuk melihat apakah ada yang kurang dengan penampilannya. Bedak dan pelembab bibir, di wajah dan bibirnya tidak luntur. Rambutnya pun masih tersisir dengan rapi.
Tari ke luar dari dalam mobilnya dan memasuki perusahaan Arjuna. Namun, Ia tidak dapat melenggang masuk dengan bebas. Seorang petugas keamanan menanyakan kepadanya, apa tujuannya dan siapa Ia, karena tidak sembarang orang masuk dengan bebas ke areal perusahaan.
Tari menjelaskan siapa dirinya, kalau Ia adalah putri dari sahabat bos nya dan Ia adalah calon istri dari pemilik perusahaan ini. Tari juga memperlihatkan foto dirinya saat bersama dengan keluarga Arjuna. Untuk lebih meyakinkan petugas keamanan itu, Tari kemudian menghubungi ibu Arjuna dan mengatakan kalau Ia dicegat oleh petugas keamanan di perusahaan Arjuna.
Ibu Arjuna meminta sambungan telepon via video dan Ia pun berbicara kepada petugas keamanan yang berjaga untuk membiarkan Tari masuk ke dalam perusahaan kapan saja.
“Maafkan kesalahan Saya, Nona. Silahkan Anda masuk ke dalam dan sekali lagi Saya minta maaf atas ketidak nyamanan yang sudah Anda rasakan.”
Tari hanya mengangguk saja dan langsung melangkahkan kakinya memasuki perusahaan, lalu menuju ke ruang kerja Arjuna.
Tari mengetuk pintu ruang kerja dan kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerja Arjuna. “Selamat pagi menjelang siang, kak Arjuna. Ini, Tari bawakan kue brownies kesukaan kak Arjuna,” ucap Tari sambil mengeluarkan kue brownies dari dalam goodie bag yang dibawanya.
“Ini Kak, kuenya, Ayo di akan dahulu.” Tawar Tari kepada Arjuna.
Arjuna mendongak dari berkas yang ada di tangannya dan dilihatnya kue brownies yang sudah tersaji di atas piring kertas. “Hmm, ternyata kamu masih suka kue kesukaanku,” ucap Arjuna, sambil mencomot kue brownies dan memakannya dengan nikmat.
Tari tersenyum, ternyata Arjuna sudah tidak marah lagi dengannya, “Kakak mau minum apa?, biar Tari buatkan di pantry,” ucapnya berusaha meluluhkan hati Arjuna melalui perhatian kecil.
“Tidak usah, terima kasih. Biar OB saja yang membuatkan minuman.” Arjuna lalu menekan tombol interkom yang terhubung ke bagian pantry dan Ia meminta untuk dibuatkan dua gelas teh panas.
“Sekarang katakan kepadaku apa maksud dari kedatanganmu yang sebenarnya. Kamu jangan berharap, kalau aku akan luluh hanya dengan perhatian seperti ini. Aku sudah punya kekasih dan tidak akan mengkhianati kekasihku.” Tutur Arjuna yang sontak membuat hati Tari yang tadinya merasa berada di awang-awang dengan penerimaan Arjuna dan kini malah harus terjun bebas ke dasar dengan kata-kata tidak berperasaan Arjuna.
“Jangan menangis!, Aku tidak akan mempan, biar pun kamu menangis darah. Aku tetap tidak akan peduli. By the way kue buatanmu ini memang enak, tetapi sayangnya, meski kamu pintar membuat kue dan memasak sekalipun tidak akan merubah perasaanku.” Tambah Arjuna lagi dengan dingin.
Tari dengan cepat menghapus air matanya yang mengalir di pipi dengan tisu yang diambilnya dari dalam tas. “Kenapa kak Juna begitu tega kepadaku. Tidak bisakah Kak June memberikan kesempatan kepadaku untuk mendapatkan hati Kak Juna.”
Arjuna menatap Tari dengan tatapan tajamnya, “Kamu sudah mengenalku sejak lama bukan? dan kamu tentu saja mengetahui kalau aku ini bukan orang yang suka diatur. Kamu sudah sadar bukan resikonya menyukai orang yang jelas-jelas tidak suka denganmu, aku hanya mengangapmu seperti adikku saja, tidak lebih.”
Tari menatap ke arah Arjuna dengan wajah yang dipenuhi air mata dan sesekali terdengar suara isakannya.
‘Sudah dibilang jangan menangis, karena air matamu akan sia-sia saja, Aku tidak akan terpengaruh sama sekali. Malahan hanya membuatku semakin kesal saja. Kamu berhenti menangis atau Saya akan usir kamu ke luar dari ruangan Saya!” Tegur Arjuna tegas dan dingin.
Tari menatap ke arah Arjuna dengan tatapan tidak percaya. Tega sekali Arjuna akan mengusir dirinya ke luar dari kantornya, hanya karena Ia menangis. Mengapa Arjuna yang dikenalnya berubah menjadi begitu kejam seperti ini.”
“Kenapa melihat Saya seperti tu, kalau tidak suka dengan ucapan Saya itu masalahmu, bukan masalahku.” Tambah Arjuna lagi dengan santainya.
“Maaf, Kak. Tari sudah menangis, kalau Kak Juna tidak suka dengan wanita yang cengeng, Tari akan berubah menjadi wanita yang kuat untuk mendapatkan cinta Kak Juna. Tari hanya minta Kak Juna untuk memberikan kesempatan kepada Tari membuktikan cinta Tari kepada Kak Juna.”
“Terserah kamu saja, Saya akan memberikan kesempatan kepada Kamu untuk membuatku berselingkuh dan tidak setia dari kekasihku. Hanya itu saja yang bisa kukatakan kepadamu. Nanti, Aku akan mengenalkan kekasihku kepadamu.” Terang Arjuna.
Tari tersenyum senang, Arjuna mengijinkannya untuk mencoba meraih hatinya. Tari tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia akan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Sementara itu, dalam hatinya Arjuna menggerutu, “Dasar gadis bodoh, mau saja mendengarkan ucapan asalku. Tapi terserah dirinya saja, kalau Ia mau merasakan sakit hati, sudah diperingatkan masih saja bersikeras. Ia harus siap menanggung resiko patah hati, karena Aku tidak mungkin jatuh hati dengannya.
Seorang OB datang membawakan dua cangkir teh panas untuk mereka berdua. Tari dengan sigap membantu OB tersebut meletakkan cangkir di hadapan Arjuna, Ia mau Juna terkesan dengan perhatian yang diberikannya. Tari juga bertekad akan menaklukan hati Arjuna melalui kemampuan memasaknya yang hebat.
“Besok, Aku akan datang lagi ke sini dan membawakan makan siang untuk kak Juna,” ucap Tari.
“Terserah kamu saja, asalkan kamu tidak menangis saja melihat kemesraan diriku dengan kekasihku, karena besok siang aku sudah berjanji untuk makan siang dengan kekasihku.” Tukas Arjuna dengan santai.