Sementara di lain sisi arwah gadis yang tidak menyangka akan seperti ini membuatnya merasa panik dan takut jika keadaan ini semakin parah, tetapi untungnya Fillbert tak bisa lagi memukul Hisyam karena pemuda itu menahan tangannya dan memperingati pemuda itu untuk jangan bersikap konyol seperti ini.
"Gue gak tau apa masalah lu, tapi harusnya lu itu gak perlu bersikap konyol begini!! Toh semua masalah gak akan selesai kalo lu bersikap gegabah karena gak semua masalah selesai dengan cara main fisik kayak gitu tau gak!! Harusnya lu tuh lebih bisa menggunakan otak lu bukan cuma fisik aja yang lu utamain Fill! Buat apa lu cerdas, tapi malah gini?!" tutur Hisyam serius.
Namun dasarnya Fillbert yang memang tak bisa mengendalikan rasa kesalnya malah membuat pemuda itu justru tertawa terbahak-bahak seperti apa yang diucapkan Hisyam hanyalah sebuah candaan yang mungkin menurutnya adalah sebuah hal yang lucu.
"Hahahahahahahahaha ... menggunakan otak? Lalu gimana dengan lu? Apakah sikap lu saat ini menggunakan otak cerdas lu itu hahaha? Gak semua masalah selesai dengan main fisik gini, tapi kalo masalah sama lu emang harus pake fisik hahaha! Mikir dong Hisyam," kekeh Filbert senang.
Dalam diam Hisyam hanya bisa mengerutkan dahinya bingung karena ia sendiri juga tak paham dengan alasan dan hal apa yang sebenarnya dipikirkan pemuda itu hingga ia sampai terpikirkan hal payah seperti ini."Lah kenapa bisa-bisanya lu ketawa setenang itu? Apa maksud lu ketawa kayak gini? Lu yakin otak lu masih berfungsi dengan bener, Fill? Dateng-dateng udah mukul orang sembarangan eh bukannya minta maaf malah ketawa gak jelas kayak gitu! Lu kenapa sih?" batin Hisyam bingung.
Dalam diam Hisyam hanya bisa mengerutkan dahinya bingung karena ia sendiri juga tak paham dengan alasan dan hal apa yang sebenarnya dipikirkan pemuda itu hingga ia sampai terpikirkan hal payah seperti ini.
Lalu di saat Hisyam hendak mempertanyakan apa yang di tertawakan pemuda itu, tak lama ia sudah lebih dulu mengutarakan hal yang terasa tidak masuk diakal pikirannya sendiri dan Hisyam tidak bisa mengerti mengapa Fillbert bisa sampai salah paham seperti ini.
"Gue nanya bener-bener loh! Lu kenapa tiba-tiba ketawa sinis kayak gitu? Di sini tuh lu yang tiba-tiba mukul gue terus lu bisa setenang ini gitu? Masa iya ada orang yang ketawa tanpa alasan? Kalo lu ada masalah mending lu tuh ...," ucap Hisyam terhenti.
"Kenapa? Lu masih bisa nanya kenapa padahal lu jelas-jelas tau apa yang paling gak gue suka dari orang modelan lu ini, Hisyam! Lu gak usah pura-pura gak tau apapun deh! Gue ngerti kalo lu itu emang orang yang gak tau malu dan monster yang gak pernah pake otak," ujar Fillbert dingin.
"Gue nanya ya karena gue gak ngertilah, Fill! Lu pikir aja orang pinter mana yang ngerti masalah yang ganggu otak cerdas lu itu di saat gue aja gak ngapa-ngapain lu! Gue gak mukul lu duluan, gue gak nyari ribut sama lu duluan terus di sini gue yang harus pake otak gue ini? Terus otak hebat lu itu dipake buat apa hm? Buat galau gak jelas gitu? Parah amat," tanya Hisyam bingung.
Sayangnya bukan menyahuti pertanyaan Hisyam, pemuda itu justru berlalu pergi dari hadapan Hisyam seakan-seakan ia tidak mendengar apapun dari Hisyam sedangkan dalam diam rasanya ia tak paham dengan cara berpikir yang ada di kepala Fillbert.
"Susah kalo ngomong sama ember bocor, bukannya jawab pertanyaan orang eh malah ngeluyur gitu aja! Dia pikir diri dia itu siapa? Sampe seenaknya ninggalin orang lain padahal dia sendiri yang nyari ribut sama gue eh malah kayak jelangkung yang datang gak diundang eh pergi gak di anter bener-bener musuh yang gak jelas banget Fillbert itu," gumam Hisyam datar.
Tak lama di saat Hisyam tanpa sadar larut dalam lamunannya, tiba-tiba pemuda itu mendengar ada suara tangisan seorang anak kecil dan perempuan yang terasa begitu mengganggu telinga Hisyam dan arwah yang saat ini hendak menyahuti ucapan Hisyam tadi dan sayangnya harus terhenti karena suara aneh itu terdengar semakin dekat dengan mereka.
"Ada banyak hal yang ingin saya katakan sebenarnya, tetapi sepertinya keadaan saat ini sedang tidak memungkinkan ya? Kenapa di loker? Karena ingatan saya terakhir di tempat ini jadi saya meminta anda menemui saya di sini, rekan? Bukan! Saya bukan ...," ujar arwah gadis itu terhenti.
Samar-samar suara tangisan itu terasa semakin membuat siapapun yang mendengarnya tanpa sadar bergidik ngeri, apalagi suasana kantor perlahan-lahan mulai sepi karena beberapa staff satu persatu mulai meninggalkan kantor yang tak bisa dibilang kecil ini.
Namun Hisyam tetaplah Hisyam yang memilih untuk melanjutkan urusannya di sini karena mau bagaimanapun juga dirinya sudah terbiasa mendengar hal seperti ini, tetapi arwah yang sejak tadi berusaha mendapatkan perhatian Hisyam menghampirinya dengan tatapan yang terlihat begitu sedih.
"Sudah pasti bukanlah hal yang mudah untuk dikatakan, tetapi tak ada salahnya jika anda bilang perihal persoalan ini sekarang toh saat ini tidak orang lain yang mungkin mencari saya atau apapun lagi jadi anda bisa mulai bercerita kok! Bukan? Lalu kalau bukan rekan jadi anda dan Fillbert itu apa? Tidak mungkin kalian berdua ini musuh satu sama lainkan," ucap Hisyam santai.
"Tuan ... mengapa anda masih di sini apakah anda sedang mencari bantuan juga seperti saya ya? Kalau begitu bagaimana jika sama-sama saling membantu saja? Karena saya ingin sekali bisa pergi dan bertemu dengan teman-teman yang lainnya tuan! Tolong," lirih arwah anak kecil sendu.
Untuk beberapa menit rasanya pemuda itu ingin memarahi dua arwah yang terlihat menganggu urusannya, tetapi dalam diam Hisyam akui jika mata dan penampilan dua arwah ini sangat amat wajar untuk dibantu dan akhirnya ia membantunya mereka juga.
"Kamu kenapa? Kenapa kamu mencari bantuan? Memangnya apa yang terjadi padamu sampai kamu menjadi begini? Lalu dia ini siapa? Mengapa kalian berdua bisa bersamaan di sini? Dia ini ibu kamu atau kakakmu, hm? Teman? Dimana teman-temanmu sekarang?" tutur Hisyam serius.
Mendengar ucapan Hisyam membuat dua arwah yang sebelumnya terlihat kehilangan harapan kini terlihat berubah seakan-akan mereka memiliki harapan baru dan tidak lama Hisyam mulai melihat hal apa yang perlu Hisyam bantu dan masalah apa yang mengikatnya.
Perlahan-lahan Hisyam mulai melihat jika arwah anak kecil yang kini ada dihadapannya terlihat kesakitan karena saat terakhir dirinya tiada anak itu justru di pukuli ramai-ramai padahal ia tidak memiliki masalah apapun dan ia hanya seorang anak tunawisma.
"Sakit bang, kenapa abang-abang ini memukuli saya? Saya memang belum dapat uang bang, tolong hentikan semua pukulan ini bang! Sakit sekali dan saya belum makan apapun dari tadi pagi bang! Tolong biarkan saya pergi mencari uang lagi bang! Tolong ...," lirih anak itu kesakitan.
Sebelum Hisyam benar-benar pergi dari apa yang dirinya lihat tak lama Hisyam melihat seorang perempuan yang mirip dengan arwah yang memegang lengan anak kecil yang terlihat senang itu dan dalam diam pemuda itu merasa ada hal yang tidak beres di sini.
"Kenapa kamu bisa mengandeng anak itu nyonya? Apakah kamu adik dari ibunya atau kamu ini memang ibu kandungnya? Lalu mengapa kamu membiarkan anakmu disakiti seperti itu? Entah mengapa rasanya apa yang terjadi pada anak ini sangat tak masuk ke logika! Pasti ada yang tak beres diantara kalian berdua inikan? Tolong jelaskan pada saya nyonya!" ujar Hisyam serius.
Sayangnya ucapan Hisyam justru tidak disahuti oleh siapapun dan seketika suasana menjadi begitu hening hingga tak lama arwah anak kecil itu mengatakan hal membuat arwah perempuan itu memarahi Hisyam sedangkan pemuda itu balik memarahinya.
"Bibi ini mengandeng aku karena dulu aku adalah anak diluar pernikahannya dan ia memberikan aku pada para preman itu lalu di sana hidupku semakin berat karena aku disuruh mengemis dan berjualan apa saja lalu bibi ini tak pernah mau dipanggil ibu sebab ia bilang malu memiliki anak tak berguna sepertiku! Tak lama bibi ini malah gantung diri," ucap arwah anak kecil itu santai.
"Berhenti berbicara omong kosong seperti ini!! Tutup mulutmu yang tidak berguna itu atau kamu tak akan bisa lagi menemui semua teman-temanmu yang memuakkan itu! Percuma saya bisa melahirkan kamu jika pada akhirnya kamu tak dapat diandalkan begini ya buat apa?! Memang dasarnya kamu ini pantas udah dibuang sejauh mungkin!!!" murka arwah perempuan itu kesal.
"Jaga ucapanmu nona! Sudah tau kamu yang salah karena tak bisa menjaga diri kamu hingga sampai seperti itu eh malah kamu tidak tau malu memarahi anak kecil yang berdosa! Semua kelalaian dan kesusahan yang saat ini kamu dapatkan itu disebabkan oleh ulahmu sendiri bukan dari anak yang tidak bisa memilih akan dilahirkan dimana ia nantinya!!" sahut Hisyam itu marah.
Kemarahan yang terlihat begitu menakutkan dari Hisyam sayangnya tidak membuat arwah yang menatapnya tajam itu takut, arwah itu justru menyahuti ucapan Hisyam dengan nada datar dan begitu dingin seakan ia tak perduli dengan kebenaran yang terungkap sejelas ini.
"Berhentilah menyalahkan orang lain dan mulailah periksa diri kamu sendiri! Semua kesalahan terjadi seringkali karena ego dan kurangnya pengendalian diri terhadap banyak masalah dan hal yang terjadi toh saya melihat sendiri bagaimana keterlaluannya kamu ini! Harusnya kamu itu sadar dan lepaskan anak itu karena bagaimanapun juga tak seharusnya ia ada di sini bersama dengan orang yang membuat dirinya kehilangan banyak hal!!!" murka Hisyam kesal.
"Orang yang tidak berada di tempat yang dipijak bagaimana ia bisa tau penderitaan apa yang saya hadapi jadi sebaiknya tutup mulut anda yang hanya bisa menilai tanpa tau rasanya seperti apa bertahan sejauh ini! Urus saja urusan kamu sendiri tuan," sahut arwah perempuan itu datar.
Namun meskipun begitu Hisyam tetaplah Hisyam yang tak bisa membiarkan kebenaran seperti ini harus terpendam dengan cara yang tidak adil hingga arwah gadis itu hendak mendorongnya jatuh keluar jendela dan seketika Hisyam merasa lengannya ditahan seseorang.
Beruntunglah orang yang menahan Hisyam datang di waktu yang tepat dan ternyata orang itu adalah Vala yang sejak tadi mencari di mana keberadaan pemuda yang pergi dengan tiba-tiba seakan ia sedang dalam urusan yang mendesak.
"Ya ampun Hisyam! Bisa gak sih lu mau kemana-mana tuh ajak gue dulu? Lu baik-baik ajakan? Lu ngapain di sini sih? Udah waktunya pulang tau, lu gak terluka yakan? Udah malem gini gak bisa besok aja? Gue khawatir sama keadaan lu yang diamanatin ke gue tau," ujar Vala khawatir.
Sejenak arwah yang berdiri di samping Hisyam meminta pemuda itu untuk menemuinya lain kali saja karena saat ini mereka sedang menghadapi atma yang terlihat memiliki dendam yang tidak seharusnya ia miliki hingga akhirnya terikat seperti ini.
"Sebaiknya kalian berdua pergi dari tempat ini sekarang juga! Karena saat ini atma yang sedang kalian hadapi terlihat memiliki dendam yang tidak seharusnya ia miliki hingga akhirnya ia terikat sampai separah ini! Untuk itulah pergi sejauh mungkin dari tempat ini ...," lirih arwah itu sendu.
Sayangnya arwah itu tidak membiarkan Hisyam untuk pergi apalagi sampai ia membawa atma anak kecil yang tak akan ia biarkan pergi begitu saja sementara Yocelyn yang merasakan ada hal yang tak biasa pada Hisyam membuatnya bergegas untuk kembali dan menemui pemuda itu.
"Pergi? Sudah pasti tidak akan semudah itu! Terlebih kalian sudah cukup keterlaluan sampai berani-berani mengusik kebenaran perihal dendam yan tak seharusnya diungkit setelah saya tak ingin mendengar atau membahasnya!! Tunggu dan liat saja bagaimana kemarahan saya maka kalian berdua pasti akan sangat menyesal nantinya!!" murka arwah perempuan itu datar.
"Loh? Kenapa tiba-tiba saya merasakan ada hal yang tak biasa pada Hisyam ya? Padahal saya sudah menitipkan Hisyam pada temannya dan pemuda itu tidak mungkin mencari masalah ya? Lalu kenapa rasanya seperti ada yang tidak beres dan berbahaya gini ya," batin Yocelyn khawatir.
Sementara Hisyam dan Vala berusaha mengumpulkan kekuatan mereka untuk memisahkan dua atma yang tak seharusnya terikat seperti ini apalagi arwah perempuan itu memiliki dendam yang tak beralasan dan ia adalah arwah dari gantung diri.
Sudah sangat jelas jika arwah perempuan itu akan berproses lebih lama dibanding anak kecil yang tidak berdosa ini, tetapi sayangnya kekuatan yang dimiliki Hisyam dan Vala masih belum cukup karena amarah dan dendam arwah perempuan ini terlalu mengerikan hingga tidak bisa mereka remehkan.
Perlahan-lahan langkah mereka semakin terdorong hingga tubuh mereka terbentur jendela yang bisa saja membahayakan Vala dan Hisyam yang tak kuasa melepaskan arwah anak kecil itu dari arwah perempuan yang berusaha keras mempertahan keberadaan atma anak kecil yang saat ini terlihat begitu sedih dan ketakutan.
Untuk beberapa menit rasanya Hisyam terpaku diantara dua sisi, yakni di satu sisi pemuda itu sangat ingin membantu melepaskan atma yang tak bersalah ini sedangkan di sisi lainnya dirinya cukup sadar jika apa yang akan ia lakukan untuk membantu atma ini pasti bukanlah hal mudah.
| Bersambung |