Kondisi Kelvin semakin hari semakin memburuk, teriak dan mengamuk adalah makanan sehari hari. Dia bahkan selalu berkata mati, mati dan mati. Bagaimana dia mampu untuk menghadapi semua yang terasa semakin menyempit. Tidak ada yang tahu seberapa keras Kelvin berusaha karena orang yang melihatnya pasti menganggap dia bodoh atau apapun. Kelvin hampir seperti orang gila, kerjaannya hanya mondar mandir dan terkadang melamun. Terapi yang dijalani tidak ada memberikan dampak begitu berarti. “Gimana keadaan saat ini?” tanya Dokter Wahyu sambil memeriksa tekanan darah. Kelvin hanya terdiam, pandangannya kosong seperti tidak ada kehidupan. “Apa yang Kelvin rasakan?” “Mati,” lirih Kelvin berulang-ulang kali. Dokter Wahyu paham kenapa Kelvin bisa berkata dengan demikian, pikirannya sedang berkel