Tidak Diharapkan
Kerlap-kerlip lampu masih menyilaukan mata. Musik khas diskotik tak henti-hentinya berdentum masuk ke telinga, pecahan –pecahan gelas pun masih berserakan diatas meja.
Minuman keras yang berserakan memerah bercampur dengan darah dan menetes hingga ke lantai. Tidak ada yang peduli dengan kejadian yang baru saja terjadi. Semua orang di ruangan ini hanya sibuk dengan dunianya masing-masing.
Tepat di sudut ruangan ini terdapat sebuah meja kaca dan dikelilingi oleh sofa-sofa berwarna hitam. hampir setiap malam Kelvin menghabiskan waktu bersama teman-temanya. Menikmati minuman, musik, dan ditemani oleh beberapa wanita. Hingga matahari hampir terbit.
Tetapi tidak malam ini, Kelvin hanya sendirian. Frustasi yang semakin mendalam membuatnya ingin menghabiskan malam seorang diri. Tanpa seorang teman Kelvin banyak sekali menelan minumanya. Hingga dia tak mampu mengendalikan pikiran sendiri.
Sesekali Kelvin meremas-remas kepalanya dan menarik-narik rambutnya. Hingga Kelvin tak mampu sedikitpun mengendalikan tubuhnya yang sesekali berontak ingin melakukan hal bodoh, dan akhirnya mengamuk tanpa sebab. Kelvin memukul-mukul gelas serta botol kaca yang ada di atas mejanya dengan tangannya. Hingga gelas kaca itu pecah dan terurai, dan melukai dirinya sendiri.
Melihat darah yang menetes dari atas meja itu, Kelvin yang sedang mabuk berat tertawa dan meneguk kembali minumanya. Sedikitpun tidak ada yang peduli dengan Kelvin dan mejanya yang penuh dengan darah.
Seperti biasa, menjelang matahari terbit, Kelvin pulang ke rumahnya. Dengan menggunakan mobil, dia mengemudi dengan kecepatan yang tinggi untuk pulang kerumah tanpa memperdulikan tangannya, yang masih meneteskan darah.
Kelvin adalah laki-laki yang mempunyai paras tampan dan banyak yang mengidolakannya. Tetapi karena banyak permasalahan dalam hidupnya membuat sosok Kelvin yang dulu pendiam dan rapi berubah menjadi Kelvin dengan gaya berantakan. Setiap orang yang melihatnya akan berpikiran dia seorang preman pasar. Sudah biasa masyarakat sekitar melihat sebuah mobil sport mahal melintas di kompleks pada saat dini hari.
Tidak ada satupun yang mengetahui bagaimana kehidupan keluarga Kelvin. Mereka mengira Kelvin hanya lah seorang anak yatim piatu yang mendapat warisan dari orang tuanya. Bahkan sejak pindah tidak ada satupun yang berbicara dengannya dan juga tidak ada satupun di kompleks perumahan itu yang tahu bagaimana wajahnya. Orang-orang di sana hanya mengenal orang-orang yang bekerja di rumah Kelvin saja tetapi tidak dengan Kelvin sendiri. Bahkan pernah beredar rumor jika Kelvin adalah seseorang yang terlibat pesugihan karena tidak tahu asal kekayaannya dari mana. Sampai-sampai Pak RT setempat datang dan meminta penjelasan. Pak RT memeriksa rumah namun tidak ada yang aneh.
Setiap ada orang yang masuk ke dalam rumah pasti berpikir bahwa percuma memiliki rumah besar tetapi hampa. Tidak ada kehidupan sama sekali di sana.
"Mas, " kaget pak Karto satpam penjaga rumah Kelvin. Pak Karto sudah biasa melihat kondisi seperti ini. Setiap pulang anak majikan nya pasti mabuk ataupun babak belur hasil tawuran.
“Tangan Mas kenapa lagi? Ayo bapak obati dulu, “ tawar pak Karto yang ingin membawa Kelvin untuk mengobati lukanya. Namun Kelvin menolak.
“Tidak usah pak, udah biasa!” Cicitnya dengan suara parau. Matanya berkunang-kunang, ia berjalan antara sadar dan tidak sadar sekarang.
Masuk kedalam kamar, Kelvin langsung saja merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur yang sangat berantakan itu. Bungkus makanan ringan serta kaleng-kaleng bir juga ikut meramaikan keadaan tempat tidur yang sudah tak layak lagi itu.
Dalam waktu yang sebentar, dengan keadaan yang sangat berantakan dan tangan penuh darah, Kelvin tertidur pulas, hingga siang hari. Kelvin terbangun dan terduduk merenung di atas tempat tidurnya, mencoba mengingat kembali kejadian tadi malam, yang menyebabkan tanganya terluka seperti sekarang ini.
Serpihan cahaya matahari masuk melalui jendela kamarnya, membuat tampak jelas debu-debu yang berterbangan di dalam kamar itu. Kelvin memaksakan badanya untuk berdiri dan segera membersihkan diri.
Saat berjalan keluar kamar, dia sempat melirik sebuah sajadah dan al-quran yang telah tertutup debu terletak diatas meja belajarnya, tapi dia hanya melewatinya begitu saja tanpa berhenti sedikitpun.
“Bude, ada makan apa?” teriak Kelvin sambil membuka tudung saji.
Kelvin hanya tinggal bersama satpam, dan asisten rumah tangganya. Kelvin seperti tidak memiliki keluarga padahal ia memiliki Ayah dan Ibu yang lengkap. Jangan lupakan Kakak laki-laki yang juga hadir sebentar dalam pandangan Kelvin. Kelvin sudah 10 tahun tidak bertemu dengan kakaknya itu. Dia pun tidak peduli, Kelvin hanya menganggap semuanya telah mati.
Setelah menyantap makan siang, dia langsung menghubungi salah seorang temannya yang berada tidak jauh dari rumah.
Kelvin selalu memesan obat-obat an ketika sudah habis, ia seperti seseorang yang tidak tahu bagaimana cara menghabiskan uang sehingga dia hanya tahu bersenang-senang saja di club malam. Itulah yang selalu di lakukan saya di setiap harinya.
Seperti layaknya seorang konglomerat kaya yang seluruh uangnya tidak akan pernah habis untuk 7 keturunan, Kelvin selalu menghambur-hamburkan uang yang dia miliki, tanpa ada memikirkan bagaimana hari esok. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana dia bisa melewatkan frustasi hari ini dengan cara bersenang-bersenang dan menghamburkan uang yang diberikan oleh ayahnya.
Hal seperti ini telah terjadi bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum Kelvin mengenal dunia malam seperti saat ini, jauh sebelum dia menjadi seorang yang tidak memiliki arah tujuan hidup. Sejatinya dia adalah seorang anak lelaki manja yang hidup cukup bahagia dan berkecukupan.
Kelvin benar-benar kehilangan kehidupannya di saat duduk di SMA, dia menjadi korban pertengkaran orang tuanya. Kelvin selalu melihat keributan yang terjadi di dalam rumahnya. Dia selalu mendengar caci maki yang ada di rumahnya. Dia diasingkan ke rumah yang jauh dari orang-orang yang mengenal dirinya. Lucunya lagi identitas Kelvin sudah berubah, ia seperti kehilangan jati diri dan identitasnya sendiri.
Disaat itulah dia mulai berubah, terlihat penurunan nilai di rapor SMA nya. Lambat laun Kelvin mulai menjadi anak yang malas, sering kali dia tidak membuat pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya dengan sengaja.
Kelvin bukanlah seorang anak yang bodoh, Kelvin termasuk anak yang pintar di sekolahnya, terbukti dengan prestasi-prestasi yang diukir selama duduk dibangku sekolah.
Puncaknya saat Kelvin lulus di bangku sekolah menengah atas, orang tuanya semakin tampak memuakkan. Dia merasa hidupnya begitu tiada artinya lagi. Tidak ada lagi masa depan buatnya. Hidup Kelvin begitu ketika sosok kedua orang tuanya tidak pernah berbicara atau sekedar menanyai kabarnya. Kebahagiaan itu sirna bagai ditelan bumi dan rasanya sangat pahit. Ia selalu dibanding-bandingkan dengan sosok sepupunya yang terlihat sempurna padahal itu semua sangat memuakkan.
Hingga kini dia harus tetap menjalani hidup yang dirasakannya tanpa arti lagi. Dia dengan terpaksa melanjutkan pendidikannya ke bangku perkuliahan karena paksaan dari ayahnya.
Ayah Kelvin yang notabene seorang pebisnis sukses, tetap ngotot agar anak memiliki pendidikan yang tinggi meskipun dalam keadaan terpuruk sekalipun. Yang ada dipikiran laki-laki tua itu hanya uang, kehormatan dan pujian. Meski mendapatkannya dengan cara licik, menyakiti orang lain atau bahkan menyingkirkan orang lain. Lucunya meskipun begitu, seluruh dunia tahu bahwa kedua orang tuanya tidak memiliki anak sedangkan dia hanya seorang anak yang dibuang.
Seperti biasa setelah mendapat beberapa obat-obatan haram itu, Kelvin mengkonsumsinya seperti sebuah kebutuhan.
Khayalan-khayalan kebahagian mulai terbayang indah di pikirannya. Rasa sedih hilang seketika, hanya ada rasa senang bahagia efek dari konsumsi obat-obatan itu. Kicauan-kicauan tidak tentu mulai terdengar. Gelak tawa cukup keras menjadi hal yang lumrah saat kondisinya seperti ini.
Dan saat itu dia berpikir kebahagian inilah yang dia cari.
Ketika efek obat tersebut hilang, Kelvin kembali menjadi hampa dan kosong.
"Kalau gue gesek ni pisau gimana?" ucapnya dengan tawa penuh kesedihan.
"Kalau gue mati, pasti dunia gak ada yang peduli kan hahaha..."
Pisau yang dipegangnya berada tepat diatas nadi tangannya. Sekali sayatan saja maka percayalah Kelvin akan menghilang selamanya dari muka bumi ini.