Direktur Memanggilmu

1115 Kata
Hari ini perusahaan tempat Ayana bekerja, PT. Sinar Laksana tengah sibuk mempersiapkan produk baru yang akan diluncurkan. Perusahaan dagang yang menaungi ribuan karyawan ini termasuk menjadi salah satu perusahaan terbesar yang menunjukkan profit stabil setiap tahunnya. Bahkan perusahaan ini juga telah membuka anak cabang yang tersebar di beberapa kota Sang kepala Manajer-Pak Handy sejak pagi telah memerintah para karyawan agar tidak ada kesalahan sedikitpun pada berkas yang telah diselesaikan. Karena bertepatan dengan kedatangan direktur baru. "Ayana," panggil Pak Handy. "Ya, Pak Handy," jawabnya cepat. "Apa kau sudah mengecek ulang laporan yang hari ini akan diserahkan pada Direktur baru kita?" "Sudah, Pak. Saya yakin sudah tepat." Pak Handy nampak tersenyum lebar. Pria paruh baya itu sebagai kepala manajer tidak meragukan sepak terjang Ayana. Karena disiplin dan kerja kerasnya dia dijuluki sebagai pegawai teladan. Dia juga mampu menghadirkan inovasi-inovasi baru untuk perusahaan. Karena itu dia ditunjuk sebagai CMO-Chief Marketing Officer. Ayana bertugas mengawasi pengambilan keputusan dalam departemen pemasaran. Di bawah komando darinya, divisi marketing lainnya membantu menerapkan strategi dalam media sosial, kampanye pemasaran digital, dan upaya periklanan. "Bagus. Kalau begitu segera menuju ke ruang rapat sekarang. Saya tidak ingin Pak Direktur yang baru marah karena kalian tidak bisa tepat waktu," lanjut Pak Handy merapikan kerah bajunya. "Baik, Pak. Saya mengerti." Ayana bergegas merapikan laporan dan grafik penjualan di dalam satu map. Wanita itu beranjak menyusul Pak Handy menghadiri ruang rapat. "Ssst, Ayana." Chaca menarik lengannya sebelum dia hendak melangkah. "Apa? Kenapa kau berbisik begitu?" tanya Ayana heran. "Kamu deg-degan nggak?" Chaca balik bertanya. "Hah? Ngapain deg-deg'an? Iya kalau mau ketemu Pak Presiden," seloroh Ayana. "Kan katanya bos baru kita galak. E-tapi kalau bosnya tampan kabar-kabar ya," ucap Chaca menunjukkan tampang genit. Ayana hanya terkekeh dan mengangguk menanggapi celoteh teman kerjanya itu. Setibanya di ruang rapat, Ayana mendapati semua kepala bagian penanggung jawab dan juga para divisi telah berkumpul dengan raut muka cemas. Ayana jadi penasaran bagaimana sosok direktur baru itu hingga mampu membuat semua orang gelisah sebelum ia menampakkan diri. Tak berselang lama tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka. "Beri hormat untuk Direktur kita yang baru," ucap kepala manajer. Semua yang hadir seketika menundukkan kepala. Dari hentakan kaki sudah terdengar sangat tegas. Pria itu memakai jas warna abu-abu dengan sepatu pantofel hitam yang mengkilat. Tubuhnya menjulang tinggi, gagah, dan juga kekar. "Hello. Good morning every body," sapanya dengan suara dalamnya yang khas. Ayana mengernyitkan dahi. Dia tidak asing dengan suara ini. Perlahan dia mendongakkan kepala hanya untuk memastikan. Air mukanya tampak sulit ditaklukkan dan sorot matanya tajam. Pria itu- "Aaaaaargh." Tanpa aba-aba, Ayana menjerit keras membuat seisi ruangan terkejut. Namun sang direktur hanya menatapnya dengan wajah datar. Tatapannya pun tidak berubah. Ayana menutup mulutnya seketika. "Ma-maaf." Dia membungkukkan badannya berkali-kali. "Sst. Ayana, apa yang kau lakukan?jangan bersikap tidak sopan," tegur Pak Handy. "Ma-maafkan saya, Pak. Sekali lagi maafkan saya." "Dia pria asing yang tidur denganku malam kemarin," batin Ayana panik. Mau ditaruh mana mukanya. Ayana menghafal dengan jelas bagaimana perawakan dan juga wajah pria yang tidur dengannya. "Saya minta semua duduk kembali. Dan selama rapat berjalan, saya ingin kalian bisa kondusif. Jika tidak, silahkan angkat kaki dari ruangan ini." terdengar suara tegas dan mengintimidasi dari sang direktur mengambil alih. "Baik, Direktur," jawab mereka serentak. Ayana mengingatkan dirinya untuk tetap fokus dan tidak terpengaruh hal lain diluar pekerjaannya. Walaupun dalam hatinya saat ini sudah sangat ambyar ingin segera berlari bersembunyi. "Langsung saja. Mulai hari ini pimpinan saya ambil alih. Saya Direktur baru, cucu dari Presdir yang selama ini memimpin kalian. Tentu saja saya tidak akan bermurah hati mengenai aturan dan sanksi tegas demi kemajuan perusahaan." "Chaca benar, Direktur baru ini sangat tegas dan galak. Bahkan dia juga tidak mudah kompromi." Ayana membatin lagi. Semua para karyawan mendengarkan dengan seksama. Khawatir ada poin penting yang lupa tidak mereka catat. "Saya, Brian Halligan. Mulai hari ini resmi menjadi Direktur baru kalian. Tolong kerjasamanya ya." suaranya terdengar sedikit melunak namun tidak melunturkan aura tegas di wajahnya. "Oh, jadi namanya Brian," gumam Ayana. "Siap, Pak Direktur," jawab mereka serentak. "Nah, karena sekarang saya sudah di sini, mari kita langsung ke pokok pembahasan. Sebelumnya silahkan kalian kumpulkan laporan dari masing-masing divisi." Satu per satu meletakkan laporan bulanan dari hasil penjualan yang telah mereka rekap dan kerjakan. Sejak tadi Ayana hanya menundukkan kepala dan tidak berani sedikitpun menatap Brian. Bahkan pria itu tampaknya juga sudah lupa dengannya. Ayana berharap demikian. Jadi dia tidak perlu takut bermasalah setelah ini. "Apa-apa'an ini?" tanya Brian meninggikan suaranya. Tangannya dengan enteng melempar semua berkas ke lantai. Hingga membuat semua karyawan semakin menciut nyalinya. Rupanya desas desus yang menyebutkan jika Brian sangat perfeksionis itu benar. "Ini yang kalian sebut laporan?" tangan Brian menunjuk kertas yang berserakan di bawah. "Laporan macam apa yang tidak sistematis sama sekali. Tidak ada keterangan yang relevan, unsur pembanding di setiap pencapaian juga tidak ada!" "Saya tidak mau menerima laporan yang kurang detail macam ini," tutup Brian melempar pandang ke arah para karyawan. Tidak ada satupun dari mereka yang berani menjawab. Kecuali sang kepala manajer-Pak Handy. "Mohon maaf atas ketidaknyamanan anda atas laporan kami hari ini, Direktur. Kami akan membenahi ulang semua laporan hingga anda nyatakan lengkap." Memukul meja dengan pelan, Brian mengangguk setuju. Dia harus memberikan penekanan pada mereka jika ingin perusahaan milik kakeknya maju. "Itu harus. Kemasi semua laporan milik kalian. Saya beri waktu dua jam untuk merevisi ulang. Jangan sampai ada kesalahan lagi. Rapat hari ini selesai!" Brian beranjak menuju ke ruang direktur diikuti oleh Pak Handy. Ayana memperhatikan tangan pria itu membawa satu berkas yang tidak ia lempar, ternyata itu adalah berkas milik Ayana. Wanita itu tidak tahu harus bahagia atau sedih. Dibawa bukan berarti aman, juga tidak berarti dirinya selamat dari masalah. Dia kembali menuju kubikel tempatnya bekerja dengan gusar. "Bagaimana rapatnya tadi?" todong Chaca tidak sabar ingin tahu. Ayana menggeleng keras. "Kacau." "Hah? Kacau kenapa?" Chaca sangat penasaran. "Direktur baru ini melempar semua laporan dan marah besar karena kita banyak kesalahan dalam menulis laporan," jelas Ayana lemas. "Apa? Separah itu?" Chaca ikut merinding mendengarnya. "Iya!" seru Ayana meyakinkan. "Bahkan Direktur memberi semua karyawan waktu dua jam saja untuk membenahi laporannya." "Lalu bagaimana denganmu? Mana laporannya? Bukankah kau bilang harus dibenahi?" tanya Chaca melihat Ayana tidak membawa apapun. "Nah itu dia masalahnya, Direktur tidak mengembalikan laporanku, beliau membawanya ke ruangannya," sahut Ayana semakin lemas. "Lah? Bagus dong. Berarti laporanmu sudah memenuhi standar, kenapa harus khawatir," timpal Chaca heran. "Belum tentu. Bisa jadi laporanku belum dibaca atau-" "Ayana!" seru Pak Handy dari kejauhan. Belum sempat Ayana melanjutkan ucapannya, Kepala manajer itu sudah memanggilnya. Berjalan dengan cepat ke meja Ayana. Seperti ada hal genting yang ingin dia sampaikan. "Ada apa, Pak? Sepertinya Pak Handy sedang buru-buru," jawab Ayana. "Direktur memanggilmu! Dia menunggumu di ruangannya sekarang juga," ujar Pak Handy to the point. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN