Episode 5 : Jawaban Atas Teka-teki Kian Mendekat
Anak Muda itu kemudian mengarahkan kamera di layar telepon selulernya ke sekelilingnya sepintas lalu. Sepertinya Dia sengaja melakukan gerakan itu demi memberikan gambaran yang lebih nyata dari suasana di tempat kejadian. Usai dengan itu lalu dia segera bersiap melanjutkan uraiannya kembali.
Ruri terus memerhatikannya.
“Tadi itu saya segera menyeberangi jalan dua arah ini, saat mendengar teriakan Orang-orang yang demikian serentak dan bersahutan. Mendengar teriakan panik yang senyaring itu, saya sudah memperkirakan separah apa kecelakaan yang terjadi. Saya juga mendengar bunyi benturan keras. Tetapi tentu saja saya harus melihatnya sendiri,” dengan gaya bak Seorang Reporter Profesional, Anak Muda itu melaporkan.
Lalu katanya, “Jalan berlubang yang sudah sekian lama tidak kunjung diperbaiki, menjadi penyebab utama dari kecelakaan ini. Menurut Saksi mata yang sempat saya tanyai, yakni Pak Sucipto dan istrinya, Bu Sarinah, yang berjualan kebutuhan sehari-hari di kios yang hanya berbatas pagar dengan bangunan rumah sakit, serta Mbak Keke yang sedang membeli air mineral di kios itu kala kecelakaan terjadi, Korbannya adalah Seorang Tukang ojek daring ‘Gercep Jek’. Bisa kita lihat dari jaket yang dikenakannya. Dan lebih spesifik lagi, Tukang ojek daring ini sepertinya tengah dalam perjalanan untuk mengantarkan order makanan dari Pelanggan.”
Ruri tercekat, mendengar kata ‘ojek daring Gercep Jek’ disebutkan oleh Si Anak muda. Lebih-lebih kala dirinya mendengar bahwa Tukang Ojek tersebut dikatakan tengah dalam perjalanan untuk mengantarkan pesanan makanan. Rasa ingin tahu yang besar menguasai benaknya. Sepertinya dia malah terlupa akan keinginan semula untuk sesegera mungkin tiba di rumah sakit dan menyempatkan untuk makan siang sebelum menjemput pergantian shift Perawat.
Rasa penasaran menuntun Ruri untuk semakin mendekat ke lokasi kecelakaan. Segera saja bau anyir darah menerpa indra penciumannya. Pertanda jaraknya dengan lokasi sudah cukup dekat.
Si Anak Muda masih asyik dengan ‘siaran langsung’ yang dilakukannya.
“Baik Kawan-kawan. Jadi kronologis kejadiannya menurut tiga Orang Saksi mata yang berkenan untuk saya tanyai, tadi kondisi jalanan memang cukup macet, tetapi masih dapat berjalan meskipun tersendat. Nah, rupnya celah itu dimanfaatkan oleh Sang Pengendara Ojek daring ini, untuk menyalip kendaraan besar yang berada tepat di depannya. Celakanya, Tukang Ojek ini tak dapat melihat secara jelas jalanan di depannya. Akibatnya dia tak cukup sigap untuk menghindari lubang besar yang ada di depan. Dia langsung jatuh, terperosok ke dalam lubang tersebut, dan tertimpa sepeda motornya sendiri. Truk trailer yang disalipnya tidak sempat lagi mengerem. Kecelakaan tidak terhindarkan,” ucap Si Anak Muda itu.
“Malang benar. Pengendara sepeda motor itu tergilas, Teman-teman. Sungguh kasihan. Sangat tidak tega untuk melihat keadaannya. Dari dugaan sementara yang saya dengar berdasarkan percakapan Orang-orang yang berkerumun, Sang Tukang Ojek daring ini dalam keadaan terburu-buru untuk mengantarkan pesanan. Lihat ini, kawan, makanan yang dibawanya, berantakan, berceceran di jalanan. Tetapi anehnya, masih jelas terlihat, Siapa nama pemesannya. Seakan-akan, itu sebuah misteri yang harus kita pecahkan. Dan bisa jadi, sebuah petunjuk,” kembali terdengar suara Anak muda itu, tatkala dia mengarahkan telepon selulernya ke atas aspal. Sepertinya dia sengaja memakai sejumlah diksi yang mewakili perasaan dan diyakininya akan dapat memancing reaksi dari ‘Pemirsa’nya nanti.
Ruri, yang akhirnya dapat berdiri tepat di belakang Si Anak Muda, dapat menyaksikan dengan jelas tas plastik yang merupakan ciri khas restaurant bento kesukaannya dari layar gawai kepunyaan Anak muda itu.
“Mas, itu..,”
Spontan Ruri menunjuk tepat ke arah tas plastik yang sama, yang tadi dicantelkannya dekat stang sepeda motornya. Keraguan terbias di wajah Ruri, seolah dirinya tidak percaya dan berusaha untuk menyangkal apa yang tertangkap oleh tatap matanya.
Anak Muda itu menoleh sesaat dan memasang wajah terganggu.
“Ssst, jangan ganggu, saya lagi siaran langsung ini Mbak,” kata Anak muda itu, seraya menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.
Suara Anak Muda itu pelan saja, bukan berupa teguran. Itu pun sudah cukup untuk membuat Ruri terbungkam.
Dan celakanya, di saat dirinya berdiam diri seperti itu, dia kembali merasakan debaran yang luar biasa mengganggu. Kadarnya bahkan berkali-kali lipat dengan yang ia rasakan sepanjang perjalanan tadi. Ini sudah menjurus bak Seseorang yang mendadak mengalami serangan panik.
Tiba-tiba saja perasaan Ruri campur aduk. Dia tak dapat membohongi dirinya bahwa apa yang sempat ditangkap oleh matanya barusan sangat mengintimidasi dirinya. Ia juga curiga, jangan-jangan telah mengendap jauh kea lam bawah sadarnya.
Dia ingat, tas plastik yang tampak di layar telepon seluler Anak muda itu, sama persis dengan tas plastik yang dia terima dari Shandro tadi. Jadi bukan tak mungkin, Mitra Gerep Jek yang satu ini bersama-sama dengan Shandro juga, membeli makanan pesanan Pelanggan di gerai tersebut. Sepanjang yang Ruri ketahui, restaurant bento yang satu itu belum banyak memiliki gerai. Malah setahunya pula, jarak terdekat dengan gerai lain, mencapai lebih dari 9 kilometer dari Mall The Rainbow.
Ruri jadi pusing sendiri dengan segenap dugaan yang muncul dari pemikirannya. Sayangnya, dia tak memiliki pilihan lain saat ini, kecuali diam lebih dulu dan menunggu sampai Si Anak Muda selesai dengan kegiatannya.
“Oke, saya akan mencoba mendekat, Kawan-kawan. Nah, ini, ini nomor kendaraan ojek daring-nya,” terengar Suara dari Si Anak Muda.
“Pak Polisi, maaf, boleh saya sorot stnk dan tanda pengenal korbannya? Siapa tahu ada saudaranya, Keluarganya, Rekan kerjanya sesama Mitra Ojek Daring Gercep Jek dan bahkan tetangga atau kerabat korban yang belum mengetahui kejadian ini. Supaya mereka dapat segera menuju ke rumah sakit di mana korban akan dibawa,” pinta Anak muda itu dengan sopan. Tentunya, permintaannya tidak dikabulkan begitu saja, sebab Anak Muda ini tidak mempunyai surat tugas sebagai Jurnalis.
Sang Petugas, di tengah kesibukannya, berusaha untuk memberi pengertian kepada Anak muda tersebut agar tidak melewati garis batas yang telah dibuat mereka. Dan berhubung Anak Muda itu masih tahu aturan, dia tidak memaksakan kehendaknya. Dia mengangguk sopan kepada Sang Petugas dan mundur satu langkah.
Tetapi Anak Muda itu tampaknya tidak menyerah. Dia juga kekurangan akal.
Sejenak dia menghentikan siaran langsungnya setelah ‘berpamitan’ kepada ‘Pemirsa’nya.
“Maaf Teman-teman, ada sedikit kendala. Saya akan segera kembali sesegera mungkin untuk dapat memberikan informasi lebih lanjut, sekiranya memungkinkan,” kata Anak Muda tersebut.
Lantas, Dia menyempatkan untuk memotret sebanyak mungkin.
Dasar cerdas, dia memanfaatkan informasi yang ia kumpulkan. Dia langsung mencari tahu sendiri atas nama siapa, kepemilikan sepeda motor tersebut. Mungkin karena Anak Muda itu juga mempunyai jaringan pertemanan yang cukup luas, dia juga berinisiatif menyebarkan ke berbagai grup, perihal peristiwa kecelakaan di depan Rumah Sakit Kencana.
Usahanya yang pantang membuang waktu akhirnya membuahkan hasil. Bahkan akhirnya dia tahu, jati diri Sang Korban kecelakaan. Tampaknya, dia juga mempunyai beberapa teman yng bekerja sebagai bagian Administrasi di kantor ojek daring ‘Gercep Jek’, yang langsung dimintainya tolong untuk mencari tahu jati diri Pengendara Sepeda motor dengan data nomor kendaraan yang berhasil didapatnya.
Ruri bagai terhipnotis. Ia hanya diam dan terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh Anak Muda tersebut. Juga mendengarkan setiap kata yang diucapkan olehnya.
“Kawan-kawan, maaf tadi siaran sempat tertunda. Saya berusaha mencari informasi dari Pihak kantor Gercep Jek dan beberapa Teman saya. Kita teruskan sekarang. Kondisi terkini, Pihak yang berwenang sedang berupaya untuk memindahkan Korban ke mobil ambulance,” Si Anak muda tersebut melanjutkan siaran langsungnya.
Mendengar kata ‘Ambulance’, Ruri tersentak seketika, kembali ke masa sekarang. Dia merasa pikirannya melayang-layang jauh sebelumnya.
*
$ $ Lucy Liestiyo $ $