BAB 14

1255 Kata
Luna mengerutkan keningnya saat ia sudah berada di halaman 231 pada buku berjudul manusia kadal itu. Luna juga sudah menghabiskan waktunya membaca buku itu dengan cepat selama 4 jam lamanya. Nyatanya apa yang ia temukan? Tidak ada sama sekali, buku itu hanya berisi omong kosong disertai dengan argumen permainan kata yang kuat sehingga membuat buku itu berkelas dan laku terjual di pasaran. “Kurasa ini pengalihan dari maksud manusia kadal yang sesungguhnya. Buku macam apa yang berjudul manusia kadal tetapi isinya membahas revolusi dunia dan kehancuran bumi? Akan lebih baik penulis ini membuat n****+ saja dibandingkan buku seperti ini, kurasa ia akan meraup untung yang lebih banyak.” Luna menutup buku itu tanpa menyelesaikan bacaannya, meskipun ia tertarik sampai membaca ratusan halaman, tetapi ia tidak menyangka buku itu memiliki arti yang benar-benar kosong. Ya, setidaknya Luna merasa sedikit berguna setelah membacanya, karena sekarang ia sudah menemukan cara untuk memanfaatkan Dean, bukan keluar dari sini. Bibir Luna yang awalnya datar mulai tertarik menunjukkan senyuman licik, matanya yang awalnya sayu dalam sekejap berubah menjadi tajam, dan pandangannya kembali menjadi tegas. “Hahahahahahah!” tawa Luna menggelengar di taman itu saat mengetahui ternyata orang yang dicarinya selama ini adalah Dean. “Sudah kuduga, aku tidak salah waktu itu memutuskan untuk menggoda Dean saat berada di minimarket. Ternyata ia biang dari kejahatan yang menjamur di beberapa negara besar sekarang,” gumam Luna. Mata Luna kembali menjadi sayu, ia melihat sekelilingnya untuk memastikan tidak ada yang memperhatikannya. Luna merasakan ledakan keinginan untuk tertawa kembali pada dirinya, tetapi ia menahan itu untuk meminimalisir ada yang mellihat tingkah anehnya. Ia sebelumnya sangat tidak tahan dengan apa yang terjadi, tidak dengan sekarang, ia harus hati-hati sebelum benar-benar lengah. “Mansion mewah yang memiliki taman terbuka lebar, tidak ada kamera pengawas, tidak ada pelayan yang menjaga, ia sebenarnya bodoh atau emang tidak peduli? Baru kali ini aku menemukan seseorang yang begitu ceroboh dalam membuat tempat tinggalnya sekaligus menjadikan tempat tinggalnya eksekusi.” Luna mengambil sebuah cermin kecil yang ia taruh di paha kanan bagian dalamnya, ia mengambilnya dan memperhatikan dirinya di cermin itu melihat sekacau apa ia karena Dean yang menurutnya sangat tidak tau diri. Luna merapikan ramputnya dengan cepat, ia membahasi bibirnya yang kering dengan lidahnya yang basah akan salivanya. Setelah menurutnya ia sudah kembali rapi, Luna kembali menyelipkan cermin itu di bagian paha dalamnya dimana ada tali kecil halus kuat yang melinkari pahanya. Cermin itu pun bukan sembarang cermin, melainkan cermin yang dimana ujungnya sangat runcing dan dapat membelah apapun dengan mudah. “Manusia kadal..” lirih Luna seraya melirik kembali buku yang ada di sampingnya itu. Luna mengambil buku itu kembali dan melihatnya dengan mata sayunya yang sangat khas saat ia berada di depan Dean. “Setidaknya buku ini mengajari aku banyak hal tentang orang seperti Dean, selama ini aku benar-benar tidak sempat untuk itu semua karena sangat sibuk menyamar. Sekarang aku tidak perlu bersusah payah lagi untuk itu semua, karena ternyata rangkuman bagaimana itu manusia bersayap hitam ada disini.” Seseorang datang berjalan mendekati Luna dengan langkah yang dapat diprediksi oleh Luna. Luna juga dapat melihat bayangan orang itu dari ujung matanya, Luna menoleh ke kanan melihat itu, ternyata ada seorang pelayan pria yang datang padanya dengan membawakan sebuah makanan yang Luna yakini itu seratus persen sudah memiliki racun. “Sial! Apa mereka ingin mencoba membunuhku secepat itu?” kesal Luna. Saat pelaya itu mulai memasuki wilayah taman dan jarak pandang mata antara mereka berdua sudah mulai jelas. Luna menekuk wajahnya sebentar, ia menarik bibirnya dengan memberinya bumbum emosional yang bahagia, Luna menyipitkan matanya dengan menaikkan otot pipinya sedikit, lalu kembali menaikkan kepalanya untuk melihat pelayan yang ternyata sudah dekat dengannya. “Wah apa itu? Kalian membuatkanku makanan lagi?” tanya Luna dengan matanya yang berbinar dan senyuman cerah. “Benar, kepala pelayan menyuruh kami untuk melakukannya,” ujar pelayan Pria itu dengan tersenyum kembali kepada Luna dan memberikan nampan panjan yang berisi banyak kue itu kepada Luna. “Wah baik sekali! Tapi kupikir Dean yang akan menyuruh kalian untuk melakukan ini, berarti bukan dia yah?” tanya Luna dengan wajah polosnya. Pelayan yang berada di depannya sampai sulit untuk fokus karena keluguan yang dikeluarkan oleh Luna, setelah tersadar dengan apa yang sedang mereka bicarakan, pelayan itu menggelengkan kepalanya, “Tidak sama sekali, in inisiatif kepala pelayan.” “Kalau begitu, boleh aku pinjam ponselmu? Aku memerlukannya untuk menelepon Dean, ia berkata aku harus mengabarinya beberapa jam sekali dan aku mau menanyakan sesuatu juga tentang buku yang aku pinjam,” pinta Luna dengan menggembungkan pipinya lucu. Pelayan itu langsung memberikan kemauan Luna dengan langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan memberikan ponselnya kepada Luna. “Silahkan! Aku akan meninggalkanmu dahulu untuk menghargai privasi pembicaraan kalian,” ucap pelayan itu dan menjauh. Luna mengangguk dan membuang mukanya dengan cepat, ia mengernyit dengan pernyataan pelayan itu barusan. “Bukankah pelayan seperti itu terlalu polos untuk dipekerjana di tempat seperti ini?” Luna membuang pikiran tidak pentingnya itu dan melihat ponsel yang diberikan pelayan itu, ia langsung mencari nama Dean disana dan langsung ketemu. “Sudah kuduga, Dean sedikit tidak dihargai disini, bahkan ia memberi nama Dean hanya dengan namanya saja dengan tidak menggunakan ucapan kehormatan.” Luna menekan kontak Dean dan itu langsung tersambung dalam hitungan detik, Luna mendekatkan layar ponsel itu ke telinganya. “Hallo Dean!” seru Luna. ‘Luna? Apa yang kau lakukan?” tanya Dean dengan nadanya yang ketus. “Aku hanya ingin menyapamu saja, apakah kau yang menyuruh pelayan untuk membuatkanku kue? Aku ingin berterima kasih untuk itu, kau juga nggak perlu malu dengan menyamarkannya sebagai perintah dari kepala pelayan,” ucap Luna dengan nada pelan untuk menghindari pelayan yang ada di dekatnya itu tidak mendengar, tetapi Luna menjelaskan artikulasinya supaya Dean paham apa yang dikatakannya. “Kue? Aku tidak ada memerintahkannya untuk-“ Tiba-tiba suara Dean hening, Luna tidak mendengar apa-apa seakan Dean sedang memikirkan sesuatu yang membuat dirinya terkejut. “Jangan makan itu!” teriak Dean. “Apa? Kenapa? Aku sudah memakannya satu biji dan aromanya aroma bunga, kue seenak ini? Tapi kau menyuruhku untuk tidak memakannya?” “Kau diam saja disana! Jangan bergerak atau aku akan membunuhmu!” perintah Dean dengan ancaman dan menutup telepon secara sepihak. “Yah! Ada apa sih dengan dirinya?” kesal Luna dan mematikan ponsel milik pelayan itu. Luna tersenyum tipis, ia mengambil satu kue yang ada di atas nampa dan melemparknnya ke air mancur yang berada tidak jauh darinya. “Permisi! Aku sudah selesai memakai ponselmu dan sepertinya ia habis baterai, jadi langsung mati begitu saja!” ucap Luna dengan artikulasinya yang disamarkan seakan ia sedang memakan sesuatu. Pelayan itu berbalik dan kemudian mendekati Luna dengan senyuman, “Tidak apa! Aku akan mengisi dayanya nanti.” Luna memberikan ponsel itu kepada pelayan itu, “Oh iya! Kue buatanmu juga sangat enak sekali, aku sudah memakannya satu. Apa kau juga ingin mencobanya?” tanya Luna dengan mengambil satu kue, lalu menyodorkannya ke arah mulut pelayan itu. Raut wajah pelayang yang ada di depannya itu langsung menunjukkan kepanikkan dan menolak lengan Luna dengan halus, “Tidak! Terima kasih, aku sudah mencobanya tadi, sekarang perutku sudah berisi.” Luna tiba-tiba terbatuk-batuk dan memegangi dadanya dengan kuat. Kue yang dipegangnya terlepas dan tangannya meraih pelayan yang ada di depannya seakan meminta tolong akan suatu hal, tetapi pelayan itu hanya diam saja sampai Luna pada akhirnya melemaskan tubuhnya dan kemudian ia terjatuh ke rumput taman dalam sekejap. Di saat yang bersamaan, Dean sudah berada disana dan menyaksikan kejadian yang terjadi di antara Luna dan pelayan yang berada di halaman mansion miliknya tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN