“Jadi ... Apa kau dapat menjelaskan kepadaku? Apa yang telah kau perbuat? Bukankah ini melanggar hukum?” tanya Luna.
“Hukum? Kau berbicara hukum denganku?” Suara berat Dean keluar dengan posisinya yang sedang duduk di Sofa ruangan kerja miliknya.
Luna terdiam sebentar dan mencerna perkataan yang baru saja dilontarkan Pria mengerikan di depannya itu. Bagaimana tidak mengerikan? Ia terlihat seperti orang yang sangat dewasa, memiliki rahang tegas, dan mata yang begitu tajam. Mata hitam pekat itu juga sangat menusuk saat Luna menatapnya, ia memiliki tubuh yang juga sangat atletis membuat Luna benar-benar merinding. Apalagi setelah ia mencerna perkataan orang di depannya itu barusan.
“Siapa namamu?” tanya Luna keluar dari topik.
“Apa? Kau ingin melaporkanku ke hukum? Yang benar saja? Kepalamu akan terpenggal dahulu sebelum kau dapat bergerak untuk itu,” ucap Dean dengan nada angkuhnya.
“Apa aku terlihat ingin melakukan itu? Kau merasa terancam dengan gadis sepertiku? Wah, sungguh diluar prasangkaku. Kukira kau tidak akan takut, tapi kau begitu sangat khawatir. Padahal aku hanya menanyai namamu, Tuan.” Luna menekankan perkataannya di akhir kalimat dengan memberi senyuman kepada Dean.
“Kau dapat memanggilku, Dean. Tapi aku tidak membutuhkan teman,” ucap Dean.
“Maksudmu? Kau kira aku ingin berteman denganmu? Yang benar saja,” remeh Luna dan menggelengkan kepalanya.
“Kau bisa keluar sekarang, tapi tidak untuk keluar dari lingkungan rumahku,” perintah Dean dan langsung pergi dari tempat duduknya meninggalkan Luna sendirian di ruangan yang mencengkam itu.
“Apa? Ia serius? Wah ... Dasar b******n sialan!” umpat Luna kesal.
Luna masih ingat siapa pria itu, ia merupakan Pria yang ia temui di minimarket dekat apartemen miliknya. Entah kebetulan atau takdir, tapi sepertinya pertemuan dirinya dengan pria itu bukanlah suatu hal yang tidak disengaja. Luna menarik bibirnya sebelah ke atas dan meminum teh mawar yang disuguhkan untuknya, “Sepertinya ini akan sangat menarik,” gumam Luna dan melirik ke arah pintu tempat Dean baru saja keluar.
***
Luna menatap langit yang dimana sangat terang benderang karena masih tengah hari. Ia tidak menyangka di rumah seorang pembunuh ternyata ada taman yang indah, jadi ia sekarang sedang berbaring di atas rumput tebal dan empuk. Menatap langit yang bersih dari awan.
“Sekarang lagi musim panas ya?” gumam Luna menikmati pemandangan yang ada di hadapannya tanpa beban.
Luna bukannya tidak takut, hanya saja ia tidak bisa berbuat apapun karena sudah terlanjur masuk ke tempat yang salah. Ia sudah terjebak dan tidak bisa keluar, jadi mau tidak mau Luna hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menimpanya dan menikmati hal yang selagi masih bisa dinikmatinya.
“Nona!” panggil seseorang kepada Luna.
Luna melirik ke asal suara yang berada dari arah kirinya itu dan melihat seorang pelayan membawakan sebuah nampan yang penuh akan makanan dan minuman kepadanya, Luna sontak bangkit dari tidurannya dan menunduk sopan kepada pelayan itu.
“Iya, ada apa ya?” tanya Luna canggung karena emang tempat ini belum akrab dengan Luna.
“Ini cemilan sebelum makan siangnya, Non. tuan Dean sedang ada urusan sebentar keluar, katanya nanti ia akan makan siang bersama Nona saja di rumah. Maka dari itu sebelum tuan Dean balik, saya bawakan beberapa cemilan untuk Nona,” ucap pelayan tersebut.
“Ya ampun Bi, enggak usah repot-repot,” jawab Luna spontan dan tersenyum, tetapi ia tetap menerima makanan yang dibawakan oleh pelayan itu dengan senang hati.
“Kalau begitu, makasih ya Bi!” seru Luna saat melihat banyak makanan lezat berada di depan matanya.
“Sama-sama, Non. Saya pergi dahulu ya,” ucap pelayan itu dan pamit dengan menunduk terlebih dahulu kepada Luna.
“Aku masih tetap tidak terbiasa dengan keanehan ini,” gumam Luna melihat pelayan yang lebih tua itu pergi.
“Mereka yang lebih tua, tetapi mereka yang harus mengerti tata krama dengan baik dan menunduk sopan ke yang lebih muda. Sudah seperti kiamat dunia,” lirih Luna menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
Sekarang mata indahnya itu sudah kembali tertuju kepada macam-macam makanan yang ada di atas nampan dan berada di pangkuannya itu. “Mari kita lihat apa saja cemilan orang kaya,” ucap Luna.
“Kue kaviar?” celetuk Luna dan mengangkat sebuah kue sus kering yang dimana diatasnya terdapat topping dari kaviar.
“Apa orang kaya sangat suka membuang duit? Bahkan cemilan milik mereka pun seharga puluhan juta,”
Luna mendecih tidak peduli dan mulai memakan kue kecil yang ada di depannya itu, ia mencicipinya dan kemudian memasukkan seluruhnya ke dalam mulutnya. Rasa gurih dan manis sangat terasa di mulutnya, bau khas kaviar sangat terasa di dalam mulutnya dan menurutnya makanan berkelas seperti ini emang sangat membuat mulut menjadi nyaman.
Luna memakan semua kue kering yang ada di nampan itu sampai habis dan kemudian beralih ke minuman yang ada di atas nampan itu. “Apa ini? Kenapa ditutup?” gumam Luna.
Luna menyentuh gelasnya dan sensasi dingin langsung menyebar ke permukaan tangan Luna yang menyentuh gelas itu, “Pantas saja di tutup.” Luna membuka penutup yang ada di gelas itu dan melihat minuman seperti es krim bewarna emas yang mengental.
“Smoothies?” celetuk Luna dan mencobanya langsung melalui pipet yang sudah ada disana.
“Benar, smoothies strawberry dengan campuran emas.”
Tanpa berpikir bahwa orang kaya aneh lagi, Luna langsung saja meminum smoothies yang ada di hadapannya sampai habis. Menurut Luna rasanya emang sangat nyaman di mulut dan manis, hanya saja karena terlalu banyak emas yang tercampur membuat rasanya menjadi sedikit aneh seperti makan besi. Tapi tetap saja smoothies itu memberikan kesegaran dalam tenggorokan Luna yang sudah seret.
“Sepertinya kue dan smoothies yang baru saja aku makan akan dibayar dengan organ tubuhku,” lirih Luna merinding saat memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Dean yang akan menjual organ tubuhnya.
“Tapi setidaknya dengan kedatanganku secara tidak sengaja kesini, ini membuat diriku menjadi selangkah lebih maju dari yang lainnya!” seru Luna dengan perkataan yang hanya dapat dimengerti olehnya.
***
Drian mengetuk pintu kamar apartemen Luna dengan pelan dan pastinya dengan wajah yang sudah khawatir akan kondisi Luna, “Luna! Apa kau berada di dalam?” tanya Drian dengan sedikit berteriak, tetapi tetap tidak ada jawaban dari dalam.
“Sial! Kenapa perginya dia.”
Drian mendapatkan kabar dari pelayannya pagi tadi bahwa Luna sudah hilang selama tiga hari lamanya dan tidak ada kabar apapun tentang dia. Bahkan atasan mereka pun tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Luna sekarang, hal itu tentu saja membuat Drian khawatir dan akhirnya ia memtuskan untuk memeriksa apartemen Luna secara langsung.
“Ya, apa boleh buat? Aku harus mengecek ke dalam dengan paksa,” gumam Drian dan membuka pintu yang menggunakan kartu khusus itu dengan kartu duplikat yang dimintanya dari pelayan utama apartemen di lantai dasar.
Drian langsung masuk ke dalam dengan cepat saat akses pintu sudah sukses dan melihat apartemen Luna sangat rapih disana. Tidak ada tanda-tanda penculikan seperti yang dipikirkan oleh Drian. Hanya saja apartemen itu terasa sangat sepi.
“Luna! Lunaaa!” panggil Drian di dalam apartemen dan mencari Luna secara keseluruhan di dalam sana, tetapi ia tidak menemukan Luna dimanapun.
“Ada yang bisa dibantu?”
Sebuah suara yang sangat formal dan kaku terdengar di telinga Drian, dan membuat dirinya menoleh ke asal suara yang berada di ruang tamu itu.
Disana Drian menemukan robot kecil yang sangat dikenalinya, yaitu robot luncuran perusahaan terbaru yang emang sangat disukai oleh Luna.
“Apa kau mengetahui dimana keberadaan Luna, robot kecil?” tanya Drian dengan nada lembut supaya tidak dikira oleh ancaman.
“Ia sudah tidak berada disini selama tiga hari, terakhir kali aku melihatnya pergi dibawa oleh seorang Pria asing yang tidak kukenali,” jawab Oboy.
Drian sudah menduga bahwa itulah yang terjadi kepada Luna, teman perempuannya itu diculik, tetapi bukankah terlalu cepat mengetahui keberadaan Luna. Drian sekarang tidak tau harus berbuat apa, karena baginya jika Luna diculik tiga hari yang lalu, itu akan semakin rumit mencarinya. Pasti penculik yang menculik Luna sudah dapat menghapus jejaknya dengan sangat sempurna.
“Apa ada dimana tempat aku bisa mengecek aktivitas keseharian Luna di apartemen ini?” tanya Drian walaupun ia tidak yakin robot itu akan mengerti apa yang dimaksud olehnya.
“Dekat kamar utama milik Luna, ada dinding kosong disana, dan itu tembok yang dapat berbalik dengan sebuah ruangan yang ada di dalamnya,” jawab Oboy.
“Nah! Itu dia! Terima kasih, robot kecil!” seru Drian dan senang saat tau robot yang ada di ruangan utama itu sangat cerdas.
Drian langsung saja mengecek petunjuk yang ada di dalam ruangan yang disebutkan oleh Oboy tadi dan mencari langsung apa yang diperlukannya untuk mencari Luna.