Bab 16. Dia Bukan Kekasihku

1125 Kata
Leandro dan Damon terkejut melihat seseorang terbujur kaku di atas lantai kotor dan dingin itu, begitu Leandro membuka pintunya. "Bella!" Pria itu berjongkok dan mendekati Bella yang terbujur kaku dengan wajahnya yang pucat seperti tak ada darah di sana. Darah semalam yang berada di keningnya juga sudah mengering di sana. Dia bisa merasakan tubuh Bella yang dingin dan tampak lemah. "Si bodoh ini masih hidup," gumam Leandro setelah dia mengecek bahwa gadis itu masih bernafas, walau nafasnya lemah. Leandro berusaha setenang mungkin, meskipun sebenarnya hatinya dilanda kegelisahan dan kekhawatiran terhadap gadis itu. "Apa yang aku lakukan? Mengapa aku merasakan ini? Tidak! Aku tidak peduli dan khawatir padanya!" Leandro berusaha untuk memungkiri perasaan itu di dalam hatinya. Itu semua karena dia tidak boleh peduli terhadap wanita. "Tuan, saya akan menggendong nona Bella dan membawanya ke rumah sakit," kata Damon menawarkan diri untuk menolong Bella. "Panggil saja dokter kemari. Dia pasti baik-baik saja," ucap Leandro dengan nada bicara setenang mungkin. Kedua tangannya meraih tubuh Bella dan menggendongnya ala bridal style. "Tuan, biar saya saja yang menggendong nona." Tatapan tajam dari pria itu langsung membungkam Damon dan seketika membuatnya terdiam. Damon tahu arti kata tatapan itu, artinya Leandro memintanya untuk diam. "Ck, merepotkan saja jalang yang satu ini," decak Leandro kesal sambil membawa Bella keluar dari ruangan sempit itu. Meskipun menggerutu kesal, tapi sungguh tidak diduga, Leandro akan membawa Bella dengan kedua tangannya sendiri. Damon sampai terhenyak dan mengucek matanya beberapa kali, meyakinkan penglihatannya itu tidak salah. Tuannya menggendong seorang wanita. Anak-anak buahnya yang ada di mansion itu juga melihat Leandro dengan terheran-heran. "Baru kali ini aku melihat Tuan menggendong seorang wanita. Bukankah Tuan itu ... membenci wanita?" tanya salah seorang anak buahnya yang berdiri di ruang belakang. "Ya, tuan membenci wanita karena ibunya sendiri. Tapi, kepada wanita satu juta dollar itu ... dia ..." Mereka semua bingung dengan tindakan Leandro yang baru pertama kali mereka lihat. Pasalnya, selama ini mereka tahu kalau Leandro menganggap seorang wanita tidak lebih dari wanita rendahkan yang bisa dimanfaatkan dan tidak berharga di hatinya. Hanya sebatas alat untuk memuaskan nafsu dan hasrat saja. Pria berdarah dingin itu, rupanya masih memiliki sedikit hati untuk menyentuh Bella dengan menggendongnya. Mereka semua melihat Leandro peduli dengan Bella, berbeda ketika pria itu berhadapan dengan wanita lain. Tanpa mereka sadari, salah seorang dari anak buah Leandro melangkah pergi dari sana secara diam-diam dan bersembunyi di tempat yang sepi. Pria yang mencurigakan itu, menghubungi seseorang dengan berbisik-bisik, tanpa diketahui oleh siapapun. "Tuan ... sepertinya saya tahu kelemahan b******n itu." Di seberang sana, seorang pria bertopeng dan memakai tudung hitam terlihat sedang duduk di sebuah kursi, di dalam ruangan yang minim cahaya. "Apa benar dia memiliki kelemahan? Kau harus mengetesnya dengan baik, jangan sampai salah menduga. Aku ingin kau menunjukkan bukti padaku," kata pria bertopeng itu dengan tegas. "Baik Tuan, saya akan memberikan Anda bukti." "Aku tunggu secepatnya!" Setelah itu mereka memutus panggilan tersebut. Salah satu anak buah Leandro yang mencurigakan itu, segera kembali ke tempatnya sebelum yang lain curiga padanya. *** Seorang dokter dipanggil ke mansion Leandro oleh Damon, itu semua atas perintah tuannya sendiri. Dokter yang selalu menangani Leandro adalah seorang dokter pria bernama Samuel Higgins. Sekaligus teman SMA Leandro yang tinggal di Las Vegas. "Dimana tuan mu itu Damon? Kali ini luka apa lagi? Luka tembak atau tusuk?" Begitu tiba di depan mansion tersembunyi Leandro, pria bertubuh tinggi, kecil itu langsung mencecar orang kepercayaan Leandro dengan pertanyaannya. Samuel terlihat kesal, karena kesenangannya diganggu oleh panggilan Leandro yang tidak bisa diganggu gugat. "Astaga! Aku sedang bersenang-senang dan dia malah memanggilku seperti ini. Dia harus memiliki alasan kuat, kenapa dia memanggilku kemari," gerutu Samuel sambil berjalan masuk ke dalam mansion, diikuti oleh Damon dibelakangnya. "Alasannya sangat kuat, Dok." Samuel tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Oh ya? Paling dia cuma tertembak. Selama dia tidak mati, itu sudah bagus." "Masalahnya, bukan tuan yang terluka kali ini, Dok." Samuel menghentikan langkahnya ketika dia mendengar perkataan Damon, bahwasanya yang terluka bukanlah Leandro. Dia menatap lamat sosok Damon, dengan kedua alis mengerut. "Lantas, siapa?" "Dokter akan melihatnya sendiri nanti." Damon menuntun Samuel ke kamar tempat Bella berada, Samuel juga tidak bertanya lagi, karena merasa pertanyaannya akan segera terjawab. Ketika dia sudah melihat siapa seseorang yang terluka itu, sampai Leandro memanggilnya kemari. "Pasti ... orang itu adalah orang penting, kan? Apa temannya? Mustahil orang gila seperti dia punya teman. Temannya kan hanya aku," gumam dokter itu dalam hatinya. Tak berselang lama kemudian mereka pun tiba di sebuah kamar dengan pintu bercat putih di lantai bawah. Kamar yang Samuel tahu, tidak ada yang menempatinya. Ya, memang hampir semua kamar di mansion ini kosong. Samuel dan Damon terkejut, begitu mereka mendapati pemandangan yang tidak biasa di kamar tersebut. Leandro tengah mengenggam tangan seorang wanita dan mengusap-usapnya dengan lembut. "A-apa aku salah lihat? Kenapa aku melihat si pria berdarah dingin itu sedang menghangatkan tangan si gadis mungil itu?" celetuk Samuel sambil menepuk kedua pipinya, matanya melebar memperhatikan adegan di depannya ini. Apakah nyata atau ilusinya saja? Damon juga melihat hal yang sama, bahkan kedua matanya tak berkedip sama sekali untuk meyakinkan dirinya sendiri. Hal mustahil dilakukan Leandro kepada seorang wanita. Tapi, ini memang nyata. "Hey Damon! Siapa wanita itu?" bisiknya pada Damon dengan rasa penasaran tingkat tinggi. "Eum ... lebih baik dokter tanyakan sendiri saja kepada Tuan." Damon memberikan jawaban netral pada Samuel, sebab kalau dia salah menjawab. Bisa-bisa berakibat fatal. Samuel semakin ditekan dengan rasa penasarannya, hingga dia pun kemarin melanjutkan langkahnya mendekati Leandro dan wanita cantik mungil itu di sana. Begitu menyadari kehadiran orang lain di kamar tersebut, Leandro langsung melepaskan genggaman tangannya dari Bella dan beranjak menjauhi wanita itu. Terlihat jelas, bahwa Leandro sedang berusaha untuk terlihat tenang dan baik-baik saja di depan Samuel dan Damon. "Kenapa kau lama sekali?" protesnya, sambil menatap Samuel dengan tajam. "Aku tahu kau tidak sabar untuk mengetahui keadaan kekasihmu. Tapi, jangan marah-marah padaku juga. Aku pasti akan memeriksanya," ucap Samuel sambil mengedipkan sebelah matanya dan menggoda Leandro. Leandro langsung mengkoreksi perkataan Samuel yang menurutnya salah. "Dia bukan kekasihku." "Jangan malu-malu. Baru kali ini aku melihatmu memperlakukan wanita dengan cara berbeda. Apa hatimu tidak dingin lagi?" Goda Samuel dengan wajah yang menyebalkan di mata Leandro. "Bicara sekali lagi, ku robek mulutmu!" Ancamnya kesal. "Wah! Aku takut ... takut sekali, hihi." Samuel berpura-pura ketakutan sambil terkekeh. "Dia jalangku, bukan kekasihku. Aku tidak akan pernah memberikan posisi mulia itu kepada wanita hina seperti dirinya!" ujar Leandro yang memperjelas status Bella dihidupnya. Samuel terdiam, begitu Leandro murka kepadanya. Suasana pun menjadi tidak terkendali. "Cepat periksa dia! Jangan banyak bicara lagi!" sentak Leandro pada dokter itu. Samuel menghela nafas berat, lantas dia mengambil stetoskopnya dan mulai melakukan tugasnya sebagai seorang dokter. Beberapa menit kemudian, setelah Samuel memeriksa kondisi Bella. Dia menatap tajam pada Leandro. "Leandro, apa yang kau lakukan pada gadis mungil ini?" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN