Bab 19. Teganya kau!

942 Kata
Hati Bella seperti meledak oleh kembang api yang mengeluarkan bunga dan membuat taman di sana. Jantungnya berdegup kencang, kala dia mendengar suara Leandro yang terdengar lembut di rungunya. Suara yang tidak seperti biasanya. Salahkah Bella, bahwa dia merasakan sesuatu pada pria yang lebih sering menyakitinya ini? Hanya kata-kata singkat saja, mampu membuatnya terbawa perasaan semudah ini, luluh dengan cepat. "Makan, minum obat dan tidurlah." "I-iya Tuan, terimakasih." *** Setelah kejadian itu, sikap Leandro berubah sedikit lebih baik kepada Bella. Hari ini, Leandro bahkan membawa Bella ke sebuah pesta. Entah pesta apa yang akan Bella hadiri, yang jelas dia terlihat senang karena Leandro mengajaknya keluar untuk pertama kalinya. Wanita itu sudah memakai gaun cantik dan didandani oleh seorang penata rias yang disewa Leandro. "Tuan, Nona sudah siap!" kata si penata rias itu pada Leandro yang sudah berdiri tak jauh darinya dengan memakai setelan jas berwajah biru navy. Leandro membalikkan badannya dan melihat sosok cantik yang mengenakan gaun berwarna senada dengan setelan jas yang dipakainya. Bella terlihat cantik dengan gaun dibawah lutut itu dan rambut yang dicepol. Tak pernah Leandro sangka, jika Bella terlihat cantik dengan atau tanpa make up. Kedua matanya sempat terpana dan tidak berkedip melihat keindahan Bella. Rasanya, ia ingin mencium bibir berwarna merah delima itu dan memasuki tubuh Bella berkali-kali seperti biasanya. Akan tetapi, dia harus menahan dirinya untuk malam ini. Ada sesuatu yang urgent dan dia membutuhkan Bella di dalamnya. "Tuan, apa aku terlihat aneh memakai gaun ini?" tanya Bella sambil tersenyum malu-malu dan dia berharap mendapatkan pujian dari pria itu. "Tidak." Leandro menjawab singkat dan tidak sesuai ekspektasinya. "Ayo kita pergi!" ajaknya sambil mengenggam tangan Bella. Hati Bella mencelos dengan sikap Leandro yang berubah-ubah seperti rollercoaster. Dengan mudah membuatnya melayang dan membuatnya jatuh. "Haah ... sepertinya aku memang harus terbiasa dengan ini." Bella berkata dalam hatinya, bahwa ia harus terbiasa dengan sikap Leandro padanya yang berubah-ubah. *** Ternyata inilah harapan tak sesuai ekspektasi. Bella pikir dia akan dibawa untuk menghadiri pesta normal yang berkaitan dengan keluarga atau teman Leandro. Namun, rupanya dia malah datang ke pesta orang lain. Dia malah dibawa ke sebuah pesta di sebuah klub malam. Pesta ini membuatnya tidak nyaman dengan banyak pria mabuk, berjoged, juga bermesraan di khalayak umum. Memang sudah hal lumrah bagi warga negara ini untuk bermesraan di tempat umum. Akan tetapi, pikiran Bella yang masih polos tidak dapat menerimanya. Bahkan saat di acara lelang yang diadakan di kapal pesiar waktu itu, Bella selalu berusaha menghindari melihat hal-hal seperti ini dan tidak mau ikut-ikutan. "Kenapa kau gugup seperti itu, Bella? Bukankah kau sering melihat orang-orang yang seperti ini di tempatmu dulu? Bahkan mungkin jalang jalang di sini adalah temanmu. Leandro tiba-tiba saja melontarkan perkataan yang menyakiti hati Bella. Pria itu mengingatkannya tentang Bella yang melelang keperawanannya waktu itu. Membuat Bella tampak rendah dan tidak nyaman. Dia merasa firasat yang tidak nyaman saat berada di sini. "Tuan, saya ingin pulang!" ujar Bella yang memohon kepada pria itu, untuk membawanya pulang. Dia benar-benar tidak suka berada di sini. Namun, pria itu mengabaikan Bella dan malah menarik Bella ke sampingnya. Kepada pemilik acara malam itu, yakni tuan Moreno. Seorang pria bertubuh tinggi yang merupakan salah satu mafia dalam dunia hitam ini. Namanya melejit berkat bisnis narkotika yang dia geluti. Sekarang dia ingin mulai untuk menguasai dunia persenjataan ilegal bersama Leandro yang memang sudah lebih dulu bergerak di bidang tersebut. Leandro menyapa pria itu. "Tuan Moreno." "Maaf, kau siapa?" tanya Moreno dengan kening berkerut. "Aku Billy Carl, orang yang menghubungimu tadi." Leandro memperkenalkan dirinya sebagai Billy Carl. Sontak saja Bella terkejut mendengarnya, mengapa pria itu harus berbohong? Bella melihat Moreno mengulurkan tangannya, lalu berjabatan dengan Leandro. "Senang bisa bertemu dengan Anda dan juga selamat ulang tahun untuk istri ketiga anda, Tuan." Pria bertubuh tinggi dan memilki kumis tebal di bawah hidungnya itu, menatap lekat Nell dengan tatapan menggoda. Bella yang risih pun,langsung bersembunyi dibalik tubuh tinggi dan kekar Leandro. Inginnya Bella kabur dari sana, tapi tangan Leandro mengenggam erat tangannya. "Ekhem ... negoisasi yang kita bicarakan , bisa langsung kita sepakati. Tapi ... dia siapa dia?" "Dia? Bukan siapa-siapa." Jantung Bella seakan berhenti mendengar jawaban dari Leandro kepada Moreno. Dia memang mengharapkan jawaban yang lebih dari Leandro, tapi ternyata harapannya itu semu. Hanya fantasinya saja.. Wanita cantik itu meremat gaun yang dia kenakan, guna menahan kekesalannya pada Leandro yang mengatakan kalau dia bukan siapa-siapa. "Memangnya kenapa, Tuan? Apa Anda tertarik padanya?" tanya Leandro yang langsung membuat Aurora menatap pria itu dengan tajam. "Ya, aku tertarik." Moreno menyentuh pundak Bella dan tatapannya semakin membuat wanita itu tak nyaman. "Apa aku bisa membawanya?" "Anda boleh ambil dia Tuan, tapi negosiasi kita harus terjadi," ucap Leandro tegas dengan senyuman dingin dibibirnya. Bella semakin dibuat speechless oleh perkataan Leandro. "Tuan." Bella tersentak kaget mendengar perkataan Leandro yang menyerahkannya pada pria itu, seperti barang tak berharga. Jadi, dia dibawa kesini untuk negosiasi? Sebagai alat? "Ya ... aku pasti setuju. Tapi, aku ingin bermalam dengan dia dulu." "Kau dengar apa katanya kan? Dia ingin bermalam denganmu? Sana kau layani dia!" titah Leandro yang membuat mata hazel Bella berkaca-kaca, wajahnya menunjukkan emosi pada Leandro. Hatinya sungguh terluka dengan tindakan Leandro. "Baiklah, aku akan melayaninya atas perintahmu, Tuan!" ujar Bella dengan suara gemetar, dia menahan air matanya sekuat mungkin. Tangannya tampak gemetaran. Leandro melihat itu, tapi ia memilih tak peduli. Pria ini benar-benar b******n, pikirnya! "Ayo cantik, ikut aku. Kita akan pergi ke kamar paling mewah. Aku yakin kau akan menyukainya dan tenang saja, aku pasti akan memperlakukanmu dengan lembut," ucap Moreno yang lalu memegang tangan Aurora dan menatapnya penuh gairah. Sedangkan di sisi lain, Leandro, dia memalingkan wajahnya seolah tak peduli pada gadis yang merupakan sugar babynya itu. "Teganya kau padaku, Tuan!" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN