Bab 20. Tuan Yang Kejam!

1022 Kata
Bella tadinya, hanya ingin mengetes Leandro dengan berbicara asal dan menerima ajakan pria asing itu. Sebab, Bella pikir, Leandro tidak akan sampai hati dan tega membiarkannya dibawa pergi oleh Moreno. Bella memang polos, tapi ia tidak bodoh, ia tau benar apa alasan laki-laki menatapnya dengan nanar penuh kabut gairah, tentu saja dia menginginkan kepuasan darinya dengan cara menjijikan. Bella pernah melihat beberapa kali tatapan-tatapan menjijikan tersebut saat berada di kapal pesiar. Di mana dia dilelang waktu itu. "Silahkan ... Kalau Anda mau membawa dia!" ujar Leandro yang mempersilahkan p****************g itu membawa Bella pergi. Wanita itu pun mendengus kesal, dia merasa seperti barang murah yang dibuang oleh Leandro. Dia ditukar dengan negosiasi Leandro dengan Moreno. Kedua bola mata Moreno melebar, menunjukkan kebahagiaan dan bibirnya juga tersenyum. "Benarkah? Kau serius? Aku boleh membawanya?" "Ya, silahkan. Lagipula dia hanya mainan saya sekali pakai," ucap Leandro dengan senyuman smirk terpatri dibibirnya yang agak tebal. Jawaban itu memukul telak hati Bella. Bella terlihat marah dan menatap Leandro dengan atensi yang tajam. Namun, pria itu terlihat santai, datar seperti biasa, seolah tidak ada yang terjadi, seolah dia tidak bersalah. "Apa yang dia katakan? Aku mainan sekali pakai? Begitu tidak berharganya diriku untukmu, Tuan. Ku pikir kau sudah ada perasaan padaku." Bella hanya bisa marah dalam hatinya, kedua matanya masih menatap Leandro dengan kecewa. Bella meremat kedua tangannya sendiri, hingga membentuk kepalan erat. Sampai kuku-kuku tangannya memutih, karena menahan emosinya. "Baiklah, kalau Tuan memang sudah mengizinkannya. Aku akan bermain dengan si cantik ini dulu. Dan ... silahkan Tuan nikmati pestanya. Anak buah saya siap melayani tuan," tutur Moreno sopan. Dia pun menyentuh pinggang dan meremat tubuh Bella, hingga wanita itu langsung bergidik geli, karena sentuhannya. Tekanan darahnya meninggi, hatinya gelisah hebat, tapi yang dia bisa lakukan hanya menatap Leandro dengan kesal. "Ayo beautiful, come with me!" Moreno tampaknya sudah tidak sabar menahan hasratnya, dia pun membawa Bella pergi dari sana, sedangkan Bella masih belum melepaskan atensinya dari Leandro. Dia berharap Leandro mau menolongnya. Akan tetapi, semua tidak sesuai ekspektasinya. Lelaki itu malah mengabaikannya dan pergi begitu saja ke arah berlawanan, membiarkan Bella pergi dengan Moreno. Sirna, semua harapan Bella kepada Leandro. Harapannya kesini untuk bersenang-senang dengan Leandro, rupanya ada udang dibalik batu. Dia kecewa kepada Leandro yang seenak jidat menjadikan dirinya alat negosiasi. Dia sendiri tidak tahu kenapa Leandro menjadikannya alat, apa tujuan pria itu bernegosiasi dengan Moreno. Lantas, Moreno membawa Bella ke kamar VVIP di klub malam itu. Benar-benar kamar paling mewah dan luas di sana. "Honey, ini kamarnya. Ayo masuk!" ajak Moreno dengan lembut sambil mengenggam tangan wanita bertubuh mungil, tapi menarik itu. Bella hanya berdiri mematung di sana, langkahnya terhenti. Dia merasakan takut, untuk masuk ke dalam sana. Diamnya Bella, membuat Moreno bertanya. "Kenapa kau diam saja Honey? Ayo masuk!" ajak Moreno. Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Saya tidak bisa masuk kesana, Tuan. Saya tidak mau." Raut wajah pria itu yang semula biasa saja, langsung berubah drastis dan matanya menajam menatap Bella. Dia menunjukkan Moreno yang sesungguhnya. "Kau bilang apa barusan? Kau tidak mau masuk?" tanyanya dengan suara yang meninggi dan tegas. Seketika Bella langsung dibuat merinding, kala ia melihat bagaimana raut wajah Barack saat ini. Tatapannya kepada Bella seperti hewan buas dan dia adalah mangsanya. Bella meneguk salivanya sendiri dan memalingkan wajah, guna menghindari tatapan genit Moreno kepadanya. "Sa-saya bukan wanita seperti itu, Tuan. Jika anda ingin ditemani seseorang, maka anda bisa mencari wanita lain. Permisi!" Saat Bella melangkah pergi dari sana, Moreno dengan cepat menarik tangannya, menahan Bella agar tidak pergi. "Lepaskan saya, Tuan!" seru Bella. "Aku tau wanita sepertimu hanya berpura-pura polos dan sok jual mahal saja, supaya bisa menggoda pria seperti aku." Moreno menganggap tindakan Bella ini adalah salah satu caranya untuk menggoda pria. "Baiklah, setelah kita tidur bersama dan aku merasa puas denganmu. Aku akan menjadikanmu istri ke 3? Bagaimana?" Apa katanya? Istri ketiga? Pria itu juga mengatakannya dengan bangga, seolah-olah menjadi istrinya adalah sebuah berkat yang pantas dibanggakan. Bella semakin jijik mendengarnya. "Saya tidak bersedia. Saya bukan wanita seperti itu. Tolong lepaskan saya, Tuan!" seru Bella seraya berusaha melepaskan dirinya dari pegangan tangan Moreno yang kuat. Sayangnya, tenaga pria itu terlampau kuat untuk dia lawan. Tenaga Bella bukan apa-apa dibandingkan kekuatan dan tubuh besar pria itu. "DIAM JALANG! MASUK KE KAMAR!" bentak Moreno dengan mata menyala seperti api yang membara, dia membuat Bella sangat ketakutan. Tubuh wanita itu menegang. "Saya tidak mau!" sentak Bella dengan nada tinggi. Seketika, Moreno pun marah dan membopong Bella dengan paksa bak karung beras yang dipanggul. Dua anak buahnya melihat apa yang dilakukan oleh Moreno, tapi mereka tidak berkomentar. "Tidak! Lepaskan! Lepaskan!" Bella memukul-mukul tubuh pria itu, melakukan pemberontakan. "Tuan kulkas, tolong aku. Tolong." Meski Leandro sering membuatnya kecewa dan marah, tapi Bella tetap bergantung kepada pria itu agar bisa menolongnya. "Kenapa kau sangat berisik Honey? Nanti di dalam kamar saja ya berisiknya," cetus Moreno dengan senyuman menyeringai di bibirnya. "Kalian berdua jaga pintu baik-baik. Awas saja ... kalau sampai ada yang menganggu kesenanganku. Maka kalian akan berurusan denganku!" perintah Moreno yang peringatan kepada dua anak buahnya yang tengah berdiri di depan pintu kamar miliknya. "Oh ya, jangan sampai istri keduaku tahu tentang ini!" "Siap bos!" sahut dua pria bertubuh tinggi itu seraya membungkukkan setengah badan mereka dan memberikan hormat kepada Moreno. Kedua kaki Bella tidak mau diam, begitu pula dengan tangannya. Dia mencoba menurunkan tubuhnya, tapi kedua tangan Moreno memegang tubuhnya erat dan kuat. "Tuan kulkas! Tolong aku, aku tidak mau!" teriak Bella yang meminta pertolongan pada Leandro dan berharap pria itu akan mendengar suaranya. Akan tetapi, sampai wanita itu dibawa ke dalam kamar oleh Moreno, Leandro sama sekali tidak kelihatan batang hidungnya. BRAK! Pintu kamar itu ditutup dan mengeluarkan bunyi yang sangat keras. Lantas, Bella pun dihempaskan dengan keras, ke atas ranjang tersebut. "Tolong jangan tuan ... kumohon...," pinta Bella seraya menggeser tubuhnya memundur, saat pria itu terus mendekatinya dan mulai naik ke atas ranjang tersebut. Tubuh Bella gemetaran hebat, keringatnya bercucuran. Terlebih saat Moreno meraba-raba paha mulusnya. Bibir pria itu mengarah pada wajah Bella dan Bella sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. "Jika kau membiarkanku dinodai pria lain, kau benar-benar kejam, Tuan kulkas!" kata Bella dalam hatinya. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN