Bab 5. Hukuman Untuk Bella

1233 Kata
Tanpa tahu siapa orang yang disinggungnya, Bella dengan berani melayangkan tamparan kepada pria itu. Pria yang sudah mengambil keperawanannya dan membantu biaya operasi ibunya, karena Frederick yang tidak bertanggung jawab menyerahkan uang yang seharusnya diterima oleh Bella. Tak hanya membantu uang operasi ibunya, Leandro juga sudah menolongnya dari tindakan tidak beradab yang akan dilakukan oleh si pria topeng babi kepadanya. Akan tetapi, inilah balasan Bella atas semua pertolongan Leandro? Namun, permintaan menjadi wanita jalang miliknya, alias pemuas ranjang. Jelas saja Bella tidak mau melakukannya. Hanya sekali dia melakukan perbuatan kotor itu dan dia tidak akan pernah mau melakukannya lagi. Lebih baik Leandro meminta hal lain saja darinya, daripada memintanya menjadi pemuas ranjang, karena Bella tak sudi. "Saya tahu anda sudah menolong saya, tapi itu bukan berarti anda bisa meminta hal kurang ajar itu kepada saya!" ujar Bella dengan tegas, sambil menahan tangis. Bibirnya tampak gemetar, begitu juga dengan tangannya yang baru saja menampar pipi Leandro. Tindakannya begitu berani menampar pria itu dan keberaniannya datang tanpa diduga. Leandro masih terdiam dengan sorot mata tajam yang dia atensikan pada Bella, matanya tak berkedip dan Bella merasakan tekanan hebat di dadanya saat melihat sorot mata amber yang membunuh dari Leandro. "Apa aku sudah keterlaluan padanya? Tapi dia juga sudah kurang ajar kepadaku!" kata Bella dalam hatinya. Dia merasa tidak sepenuhnya bersalah menampar Leandro, sebab dia mempunyai alasan yang kuat untuk melakukannya. Leandro sudah kurang ajar padanya dan dia merasa wajar untuk membalasnya dan memberikan pelajaran kepadanya. Dua pergelangan tangan Bella tiba-tiba di cekal oleh Leandro dan diletakkan di atas kepalanya. Dengan cepat Leandro menindih tubuh Bella dan saat ini posisi mereka sedang berada di dalam mobil. "Apa yang anda lakukan, tuan? Lepaskan saya!" sentak Bella tepat di depan wajah Leandro. Kedua kaki Bella dikunci oleh tubuh Leandro yang menindihnya, begitu pula pergelangan tangan Bella yang dicekal kuat oleh satu tangan pria itu. Sehingga Bella menjadi tak berkutik, tidak bisa melawannya. "Seumur hidupku, tidak pernah ada seorang wanita yang berani menyentuh tanganku, sebelum aku suruh. Dan kau ... beraninya kau melayangkan tangan pada wajahku?" Suara Leandro terdengar dingin, menekan dan tatapan tajamnya membuat nyali yang Bella miliki menciut. Keberaniannya yang tadi seakan tidak pernah ada. Mata hazel Bella sampai tak berani menatap Leandro, saking takutnya dia kepada pria itu. "Kau pikir, aku tidak bisa membalasnya?" Plak! "AKHH!" Satu tamparan kuat dilayangkan pada pipi Bella, sontak saja telinga Bella berdengung, bibirnya terasa basah dan pipinya terasa panas setelah mendapatkan tamparan dari pria itu. Bella sungguh tidak menyangka kalau Leandro akan membalasnya. Bella tak tahu apa-apa, Leandro adalah orang asing baginya. Melawannya sama dengan kematian atau penyiksaan yang tak berujung. Pria itu tidak suka dibantah, apalagi diperlakukan kasar oleh seorang wanita rendahan seperti Bella. "Kau hanya wanita rendahan yang mengakangkan kakimu untuk pria demi uang. Beraninya kau bersikap seolah kau ini wanita mahal?" "Tu-tuan ..." "Bukannya berterimakasih kepadaku, membalas budiku. Kau malah menamparku? Menyebutku kurang ajar? Dasar lacur," sarkas Leandro yang sudah terlanjur marah pada Bella. Tangan Leandro mencengkram pipi Bella dengan keras. Bella dibuat terkesiap lagi oleh tindakan pria itu. Bella pun menyadari kesalahannya dan meminta maaf, merasa tindakannya juga salah. "Maafkan saya, saya tidak bermaksud—" Dengan lancangnya, Leandro kembali melakukan penyatuan kepada Bella, kali ini dia melakukannya dengan kasar dan memaksa. Hal ini bisa disebut dengan pemerkosaan. Bella berkali-kali meminta Leandro untuk berhenti, dia sampai menangis kesakitan. Namun, Leandro tidak mempedulikan semua itu dan dia terus menumpahkan semua hasrat juga kemarahannya atas kelancangan Bella. "Tuan ... hentikan! Sakit ... saya mohon, saya minta maaf." Mohon Bella dengan kedua matanya yang berderai oleh cairan bening. Tubuh bagian bawahnya merasakan sakit, padahal rasa sakit sebelumnya karena perbuatan Leandro masih belum hilang. Sekarang pria itu malah menambah rasa sakitnya dengan menggila. "TUAN ... NO! JANGAN DI DALAM!" Jerit Bella saat dia merasakan sesuatu yang hangat menyembur ke dalam rahimnya. Setelah rasa sakit itu, Bella lemas dan perlahan-lahan pandangannya memburam. Dia pun kehilangan kesadarannya dan ambruk ke atas jok belakang mobil Leandro. "Sial! Wanita jalang ini. Baru 1 jam saja dia sudah pingsan. Payah!" desis Leandro yang kesal melihat Bella jatuh tak sadarkan diri setelah perbuatannya. Pria itu tidak terlihat merasa bersalah, dia malah semakin ingin memiliki Bella sebagai wanita jalangnya. *** "Siapa yang mau duluan?" "Lebih baik kita adakan undian saja. Daripada kita ribut-ribut seperti ini!" Akhirnya ketiga pria yang sedang berada di dalam kamar itu, mengadakan undian siapa yang mau duluan menikmati seorang wanita yang sedang terbaring di atas ranjang. "Sudahlah! Lebih baik kita bersama-sama saja, biar seru!" usul salah satu diantara ketiga pria itu. Kedua temannya setuju dengan usul pria berkepala pelontos ini. Mereka pun mulai merealisasikan apa yang akan mereka lakukan pada wanita di atas ranjang itu. Mata ketiga pria itu menatap penuh nafsu kepadanya, tak sabar ingin menerkam. Suara lenguhan keluar dari bibir Bella, saat dia merasakan sentuhan tangan seseorang pada pahanya. Perlahan, matanya yang semula terpejam, jadi terbuka lebar. Ketika tangan itu meraba-raba area sensitifnya. "Kalian siapa?" Bella terperangah saat dia melihat 3 orang pria berada di dekatnya dan dia berada di dalam sebuah kamar. Wanita itu beringsut mundur ke belakang, sampai kepalanya membentur dasbor ranjang. "Mundur kalian! Jangan berani menyentuh saya!" teriak Bella mengancam ketiga pria itu. "Sudah saya bilang lepas!" teriak Bella saat dua orang pria diantara mereka bertiga, bekerjasama menarik tangan dan kakinya. Tubuh Bella merosot dan kembali berbaring di atas ranjang. "Lepas! Kalian mau apa? Kalian ini siapa?" Kening Bella berkerut, dia tidak mengerti kenapa dia ada di sini, setelah terakhir kali dia bersama Leandro di dalam mobil. Ya, dia ingat kalau dia tidak sadarkan diri setelah Leandro menghukumnya. "Kau tenang saja Nona, kami tidak akan menyakiti Nona. Kami berjanji akan bermain pelan," ucap pria berkulit gelap pada Bella. "Iya Nona, tenang ya?" "TIDAK! JANGAN SENTUH AKU! LEPASKAN!" Ketiga pria itu bersamaan mendekati Bella, mereka mengukung Bella yang sudah tidak berdaya. Tubuhnya lemas, karena perbuatan nista Leandro kepadanya tadi yang tanpa ampun. Seluruh tenaganya sudah terkuras habis tadi. Dia hanya bergerak semampunya, dengan sisa-sisa tenaganya. "TOLONG, JANGAN SENTUH!" Wanita itu menangis, berpikir apa takdirnya memang harus dipermainkan seperti ini? Menjadi seseorang yang kehilangan harga dirinya. "Hentikan!" Suara lantang itu, sontak saja menginterupsinya kegiatan ketiga pria di sana. Bella juga berhenti menangis, saat dia mengenali suara pria itu. "Bos, kenapa Bos menghentikan kami?" tanya pria berkulit gelap itu melayangkan protes pada Leandro yang sudah berdiri di ambang pintu. "Tu-tuan?" Bella tergagap, kedua matanya menatap Leandro yang tampak berdiri dengan wajah iblisnya sambil memegang ponsel di tangannya. "Siapa bilang aku akan menghentikan kalian? Aku kesini hanya ingin melihat apa yang kalian lakukan dan mengabadikannya." "Kalau begitu kami boleh melakukannya, bos?" "Silahkan. Jangan lupa telanjangi dia juga!" ujar Leandro seraya menatap sinis pada Bella yang langsung panik. Sedangkan ketiga pria itu, langsung mengangguk patuh dan tak sabar ingin menikmati Bella. Perkataan Leandro, sontak saja membuat wajah Bella pucat, kedua matanya terbelalak dan dia langsung paham dengan apa yang akan dilakukan Leandro. "Tuan, tolong saya! Jangan lakukan ini!" Leandro tidak mendengarkannya, dia membiarkan Bella diganggu ketiga pria itu. Dia sudah menyalakan kamera dan menyiarkannya secara live agar seluruh dunia bisa melihat Bella melakukan threesome. Bella panik, semakin panik saat ketiga pria itu memang tidak memiliki niat untuk berhenti dan sepertinya hanya Leandro yang bisa memerintahkan mereka berhenti. "Tuan! Apa yang tuan inginkan? Saya akan melakukannya! Tapi ... saya mohon, suruh mereka berhenti!" Senyuman sinis penuh kemenangan terbit di bibir Leandro, tatapannya menyalang tajam pada Bella yang sudah tak berdaya sampai memohon padanya. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN