Bagi Leandro, tangisan dan permohonan maaf dari wanita itu belum cukup untuk membuatnya memberikan perintah kepada ketiga anak buahnya untuk berhenti. Dia masih belum puas melihat Bella tersiksa, mungkin ketita Bella sudah menangis darah, barulah dia akan puas.
Harga diri Leandro sebagai seorang pria merasa tersayat saat mendapatkan tamparan dari seorang wanita. Selama ini, tak ada yang berani melawannya, tidak ada seorang pun dan Bella berani melanggarnya.
"Tuan ... saya mohon. Saya minta maaf, saya akan lakukan apa saja asal tuan meminta mereka untuk berhenti. Please ... i'm begging you," ucap Bella memohon, diiringi isak tangis dan rasa takut yang jelas di wajahnya.
"Saya minta maaf dan saya berterimakasih pada tuan yang sudah menyelamatkan ibu saya. Sa-saya memang orang yang tak tahu diri." Isaknya lagi sambil menghiba dan menatap Leandro dengan memohon. Berharap pria itu mau mendengarkannya.
Pria itu masih acuh, dia hanya duduk di sebuah kursi yang ada di ambang pintu tersebut sambil memegang ponsel.
"Jangan menangis manis, tenang saja. Kita pasti akan membuatmu merasa di surga!"
Seorang pria berkepala plontos itu mengusap paha mulus Bella dengan sensual. Kedua pahanya sudah terbuka, lantaran salah seorang dari mereka merobek celana yang dipakai Bella.
"Saya mohon, jangan lakukan ini. Lepaskan saya!" teriak Bella sembari meronta-ronta.
Ketiga pria itu meraba-raba tubuh Bella dan Leandro melihatnya. Entah kenapa, Leandro tampak kesal melihat tubuh Bella disentuh-sentuh seperti itu oleh ketiga anak buahnya. Rahangnya mengeras, giginya gemerutuk, tangannya terkepal kuat.
"Sialan!" desis Leandro yang tidak bisa menahan rasa marahnya itu.
"Hentikan!"
Suara lantang Leandro, tidak membuat ketiga pria itu berhenti menyentuh Bella. Mereka membuat Bella menjerit, mengatakan berhenti. Mereka seakan tuli dan tidak mempedulikan teriakan Leandro, karena mereka sudah tergiur dengan tubuh Bella.
"b******k KALIAN!"
Leandro menarik salah satu anak buahnya dan melemparnya ke belakang. Barulah mereka berhenti menyentuh Bella.
"Bos?"
"Kalian tuli hah? Aku suruh kalian berhenti!" seru Leandro dengan wajah memerah karena marah.
Pria itu memukuli tiga anak buahnya seorang diri, di depan Bella yang terlihat lega sekaligus bingung dengan sikap Leandro yang tak dapat dia mengerti. Tadi pria itu membiarkannya dan sekarang menolongnya.
Leandro menghajar ketiga pria itu membabi buta, sasaran Leandro adalah tangan dan kedua mata mereka. Dengan mudahnya pria itu mematahkan tangan kanan mereka bertiga. Mereka kesakitan sampai menjerit, satu mata mereka dibuat bonyok sampai tak bisa dibuka. Darah dan gigi patah, menjadi pemandangan di atas lantai berwarna putih itu.
"Bos, kami hanya menjalankan perintah dari bos saja. Tapi Kenapa kami dipukuli?" tanya salah seorang dari ketiga pria itu yang gigi-gigi depannya sudah rontok oleh Leandro.
"Beraninya kau menyelaku! Bangsaat!" Leandro semakin marah mendengar protes yang dikatakan anak buahnya itu dan kembali menyerangnya.
Bella ngeri melihatnya, karena dia tidak kuat melihat banyak darah dan kekerasan, dia bahkan tak berani membuka matanya dan menunggu sampai keributan berakhir.
"Tuan! Ada apa?" tanya Damon yang baru masuk ke dalam ruangan itu, setelah dia mendengar keributan. Damon pikir, Leandro sedang menyiksa Bella. Tapi dugaannya salah, pria itu sedang menyiksa ketiga anak buahnya yang dia perintahkan untuk melecehkan Bella. Damon tidak mengerti dan merasa heran.
"Tuan adalah orang yang berpendirian. Kenapa sekarang dia terlihat tidak begitu dan melanggar perintahnya sendiri? Apa wanita ini mempengaruhinya? Sebenarnya tuan kenapa? Apa gadis ini benar-benar mempengaruhimu?" tanya Damon yang dia simpan dalam hati. Mana mungkin dia berani speak up secara langsung pada Leandro di saat suasana hati bosnya sedang seperti ini.
"Tuan! Anda bisa membunuh mereka!"
Damon berusaha mencegah Leandro untuk menghabisi tiga anak buahnya sendiri yang memiliki power kuat.
"Bawa mereka keluar dari sini! Aku tak mau melihat mereka lagi!" Titah Leandro kepada Damon, sebelum dia menghabisi mereka bertiga.
Sudah cukup dengan satu lengan patah, gigi rontok dan satu mata yang cedera, jangan sampai mereka tewas di tangan Leandro. Ketiga pria itu merasa lega, karena mereka selamat berkat Damon yang datang.
Setelah Damon membawa ketiga pria itu keluar dari sana, kini di dalam kamar tersebut hanya ada Leandro dan Bella saja. Wanita itu masih memejamkan mata, dia masih takut untuk membuka matamu. Tanpa dia sadari, Leandro menatapnya dengan intens.
"Buka matamu!" titah Leandro, tapi Bella tak menurut. Leandro berdecak kesal, kesabarannya selalu diuji oleh wanita ini.
"Buka matamu, atau akan ku suruh mereka untuk menyetubuhimu!" Ancam Leandro yang sontak saja membuat Bella membuka matanya lebar-lebar.
Wanita itu terperangah kala ia melihat jaraknya dan jarak Leandro sudah sedekat ini. Terlebih ketika pria itu menatapnya dengan intens.
"Tu-tuan."
"Kau harus tepati janjimu, bahwa kau akan melakukan apapun untuk balas budi. Aku tidak meminta uang. Melainkan meminta tubuhmu sebagai bayarannya!"
Glek!
Bella menelan ludahnya ketika mendengar perkataan Leandro. Namun, dia tidak berani melawannya lagi, sebab apa yang dikatakan pria ini benar-benar dia realisasikan. Kejadian barusan adalah buktinya, kalau Leandro sudah gila.
"Hanya 1 bulan, jadilah partner ranjangku. Kapan pun aku membutuhkanmu, kau harus datang."
Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, sebagai jawaban. Kemudian Leandro mengangkat dagu Bella dan memberikan sedikit lumatan pada bibir merahnya itu. Bella terdiam dan tak sempat menghindar.
"Bagus. Jaga tubuhmu baik-baik, hanya aku yang boleh menyentuhmu. Kau akan tahu akibatnya, kalau ada pria lain yang menyentuhmu. Aku tak suka barang ku disentuh orang lain!"
Kening Bella berkerut dan kedua matanya melebar, dia tak terima karena Leandro menyebutnya sebagai barang.
"Aku kan bukan barang. Aku manusia! Kenapa dia menyebutku begitu?" geram Bella dalam hatinya.
"Pergilah ke rumah sakit, temui ibumu."
"Ya?"
Leandro berdecak, karena Bella yang otaknya lumayan loading lambat. "Ck ... kubilang pergi ke rumah sakit! Dasar lambat!"
"Ibu. Iya ... Ibu. Aku harus menemui ibu, ibu pasti sudah selesai di operasi," gumam Bella saat mengingat ibunya di rumah sakit.
"Tuan, saya akan pergi sekarang. Terimakasih sudah membantu saya dan ibu saya," ucap wanita itu dengan lembut dan sopan, tidak galak seperti tadi. Leandro menyadari perubahan sikap Bella yang didorong oleh rasa takut itu.
"Tidak usah berterimakasih. Ini tak gratis!"
kata Leandro dengan santainya.
Bella manggut-manggut, lalu berbicara dengan terbata-bata. "I-iya, saya pasti akan membayarnya dengan tu-tubuh saya."
Leandro menyodorkan ponselnya pada Bella.
"Nomor ponselmu."
"Sa-saya tidak punya ponsel, Tuan."
Pria itu tercekat dan tidak percaya dengan perkataan Bella yang mengatakan kalau wanita itu tak punya ponsel. "Jangan berbohong kau!"
"Saya benar-benar tidak punya tuan, saya jujur."
Ptia itu menatap kedua mata hazel Bella dan berusaha menemukan kebohongan di sana. Akan tetapi, mata polos itu tidak terlihat berbohong.
"Baiklah. Sekarang pergilah. Datang lagi kemari, besok pukul 11 siang."
"Iya tuan. Saya akan datang."
"Jangan sampai terlambat, paham?" ucap Leandro memperingatkan Bella untuk tidak terlambat. Bella paham dan langsung pergi dari sana, sebelum Leandro berubah pikiran.
"Perintahkan seseorang mengikutinya!" titah Leonardo pada Damon, tak lama setelah Bella pergi dari tempat itu.
"Baik Tuan."
TBC...