Bab 4. Jadilah Pelacurku!

1035 Kata
Bella benar-benar tidak mengerti, apa yang dikatakan oleh Leandro tentang ibunya. Apakah pria itu mengetahui tentang ibunya? Kenapa bisa? Kenapa juga lelaki ini menyelamatkannya dari si pria bertopeng babi? Banyak sekali pertanyaan yang ada di kepala Bella untuk Leandro. "Tu-tuan, to-tolong lepaskan sa-saya ... ini sakit." Wanita itu kesulitan bicara, karena pasokan oksigennya dibatasi oleh cengkraman tangan Leandro di lehernya. Leandro pun melepaskan tangannya dari leher Bella dan membuat wanita itu jatuh terduduk di atas lantai. Bella memegang batang lehernya yang nyaris saja dipatahkan oleh Leandro dan berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. "Uhuk uhuk ..." Setelah berhasil menetralkan nafasnya, Bella mengangkat kepalanya dan menatap Leandro. Sebab, ia memiliki banyak pertanyaan kepada pria itu. "Tuan, ke-kenapa anda menyelamatkan saya?" Bukannya menjawab pertanyaan Bella, pria itu malah menarik tangan Bella dengan kasar dan membuatnya berdiri. "Sakit ... Tuan!" Tidak ada perkataan yang keluar dari bibir lelaki itu, dia hanya menarik Bella pergi dari sana. Wanita itu terus bertanya kepada Leandro, ke mana mereka akan pergi dan apa yang Leandro lakukan. Tapi, Leandro tetap berwajah dingin dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Sekarang, mereka berdua berada di dalam mobil dan duduk bersampingan. Sementara di kursi kemudi, Bella melihat seorang pria berwajah sangar sudah ada di sana. "Kita mau kemana, Tuan?" tanya Bella bingung. "Saya harus ke rumah sakit, Tuan. Saya mohon, saya harus melihat keadaan ibu saya!" Bella meminta kepada Leandro untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Dia sangat mencemaskan keadaan ibunya. Namun, tidak sepatah kata pun keluar dari bibir Leandro dan membuat wanita itu semakin jengkel olehnya. "Apa dia tidak punya mulut? Kenapa dia tidak bicara?" gerutu Bella dalam hatinya. "Tuan, saya mohon! Antarkan saya ke rumah sakit sekarang." Bella mengatupkan kedua tangannya di d**a seraya memohon kepada pria itu. Menunjukkan sorot mata sedihnya, bibirnya juga mencebik. Tapi, Leandro tidak berbicara apa-apa. "Kita memang akan pergi ke rumah sakit, Nona," jawab Damon yang sudah duduk di samping supir mobil itu. Kedua bola mata Bella berbinar-binar saat mendengar jawaban Damon. Lantas, dia pun bertanya pada pria berambut cepak itu. "Benarkah? Apa kita akan pergi ke rumah sakit tempat ibu saya di rawat, Tuan?" tanya Bella. "Iya—" Leandro berdecak, lalu dia menyela perkataan orang kepercayaan itu. "Ck ... siapa yang menyuruhmu untuk bicara, Damon?" Suara dingin itu, sontak saja membuat Bella menciut dan menoleh ke arah lain. Termasuk Damon yang langsung menundukkan kepalanya di depan Leandro. "Maafkan saya, Tuan." "Galak sekali dia, sekali bicara ... dari mulutnya langsung keluar es yang bisa mendinginkan sekitarnya," gerutu Bella pelan. "Kau bilang apa?" Bella tersentak kaget, saat mendengar suara Leandro dan melihat pria itu yang sedang menatapnya dingin. "Saya tidak bicara apa-apa, Tuan." Setelah itu, suasana di mobil terasa hening, karena tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan rumah sakit besar di Las Vegas. Rumah sakit itu adalah rumah sakit tempat ibu Bella di rawat. "Turun!" titah Leandro dengan tegas. "Iya Tuan, terimakasih sudah mengantar saya kemari." Tidak ada jawaban dari pria itu yang lagi-lagi membuat Bella menghela nafas berat. Hanya ekspresi dingin dan sorot mata tajam bak elang yang selalu dia tunjukkan. Bella pun keluar dari mobil sambil menundukkan kepalanya. Disusul dengan Leandro dan Damon yang juga turun dari mobil. Kening Bella berkerut melihat kedua pria itu turun dari mobil dan mengikutinya. Bella ingin bertanya, tapi takut tak digubris lagi oleh Leandro. Dia pun berjalan menuju ke ruang rawat ibunya yang ada di lantai dua rumah sakit itu. Namun, saat dia datang ke sana ada seorang suster yang mengatakan kalau ibunya sedang berada di ruang operasi. "Ibu saya dioperasi? Lalu bagaimana dengan biayanya, suster? Saya kan belum membayar biayanya!" tanya Bella bingung sekaligus kaget, karena ibunya sudah dioperasi untuk kanker paru-paru yang dialaminya. Sedangkan dia belum membayar biayanya sepeserpun. "Tuan ini sudah membayarnya, Nona." Suster itu melirik ke arah Damon. Bella tersentak kaget dan langsung menatap Damon dengan rasa hormat. Dia bersyukur, karena masih banyak orang baik di dunia ini. "Tuan? Jadi, anda yang sudah membayar biaya operasi ibu saya?" tanyanya pada Damon dengan mata berbinar penuh rasa syukur. "Bukan saya Nona, sebenarnya Tuan Javier yang memberikan uangnya. Sedangkan Saya hanya diperintahkan oleh Tuan, untuk membayarkannya ke rumah sakit." Damon menjelaskan dengan sejelas-jelasnya pada Bella, agar tidak ada kesalahpahaman. Wanita itu terdiam sejenak, lantas dia pun menoleh ke arah Leandro dengan kedua alis mengerut bingung. "Apa maksud Anda membayarkan biaya operasi ibu saya?" tanya Bella yang tampak serius. Terlebih lagi saat dia menatap Leandro, karena dia merasa bahwa pria itu memiliki motif lain untuk menolongnya. Tidak mungkin, niatnya murni menolong saja. Pasti ada maksud lain, mungkin Leandro menginginkan sesuatu darinya. Leandro tersenyum miring mendengar pertanyaan dari wanita itu. "Ternyata kau peka juga. Ikut aku, mari kita bicara di tempat yang lain!" ajaknya pada Bella. "Iya." Dia mengikuti langkah Leandro yang rupanya mengajaknya bicara di dalam mobil. Mereka berdua berada di dalam mobil, sedangkan anak buah Leandro yang lain entah kemana. "Tuan, saya pasti akan membayar uang yang sudah tuan bayarkan untuk ibu saya ... tapi saya perlu waktu," kata Bella yang langsung mendahului Leandro untuk bicara, karena entah kenapa dia merasa kalau Leandro akan mengatakan sesuatu yang membuatnya kesulitan. "Kau pikir aku kekurangan uang?" desis pria itu sinis. "Lantas, apa yang tuan inginkan dari saya?" tanya Bella. "Tubuhmu." Kelopak mata Bella terbuka lebar dan matanya melotot ke arah Leandro. Tatapan matanya tidak setenang tadi, sekarang tatapannya tajam tertuju kepada pria itu. "Apa yang tuan katakan? Anda bilang anda mau tubuh saya?" Bella bertanya dengan ragu, mungkin dia salah dengar. "Kau tidak tuli kan? Aku ingin tubuhmu, jelas?" kata pria itu tegas, dia mengulangi perkataannya. Meski sebenarnya dia bukan tipe orang yang mau mengulangi perkataannya. Tangan Bella terkepal erat di samping tubuhnya, giginya gemerutuk, matanya memicing tajam pada Leandro. Ditatapnya pria itu tanpa berkedip. "Jadilah pelacurku. Maka aku akan membebaskanmu dari pembayaran biaya hutang operasi ibumu dan pertolonganku tadi di rumah si babi." Wanita itu merasa harga dirinya terinjak-injak, ketika mendengar penawaran Leandro yang menginginkan tubuhnya. Dadanya bergemuruh hebat, kemarahan pun berkobar dihatinya dan akhirnya membuat dia bertindak berani. Plak! Kepala Leandro terhuyung ke samping, ketika pipinya mendapatkan tamparan keras dari tangan mungil Bella. "Saya bukan p*****r!" Rahang Leandro mengeras, kedua mata ambernya memperlihatkan kemarahan pada Bella. "WANITA JALANG! BERANINYA KAU MENAMPARKU!" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN