Bab 21. Panas Tuan...

1084 Kata
Di saat Bella sedang kesusahan di dalam sana, Leandro sedang santai di balkon lantai dua klub malam sambil menikmati nikotin favoritnya. Dia melihat langit malam yang tanpa bintang, sunyi dan sepi, sama seperti hatinya. Leandro tidak hanya sekedar diam saja di sana, tapi dia sedang menunggu anak buahnya yang sedang ditugaskan untuk melakukan tugas rahasia yang berkaitan dengan Moreno. Selagi Moreno sibuk dengan Bella di kamarnya dan lengah. Sedangkan Bella, mungkin saat ini dia tengah berusaha untuk melarikan diri dari Moreno. Dia berharap seseorang datang menolongnya. Tapi Leandro cukup senang, karena ternyata Bella bisa berguna untuk menahan Moreno, agar dia bisa menjalankan rencananya dengan baik. Ketika Leandro, sedang sendirian, banyak wanita yang gencar mendekatinya. Karena wajah Leandro begitu menarik, sehingga beberapa wanita disana sulit berpaling dari pesonanya. Namun, pria itu seperti batu, dia sama sekali tidak tergoda dengan gadis cantik manapun disana. Itulah sebabnya, Leandro menghindar dengan menyendiri di balkon lantai 2. Supaya, wanita-wanita jalang itu tidak mengganggunya. "Tuan! Saya sudah membereskan semuanya." Damon dan Carlos melapor pada tuan mereka. Leandro mematikan puntung rokok itu dan membuangnya ke tempat sampah yang tak jauh dari sana. Dia melihat ke arah dua anak buah kepercayaannya itu. "Apa kalian yakin sudah beres semua?" "Ya Tuan. Kami sudah memindahkan barang-barang itu ke tempat yang seharusnya dan tuan Moreno tidak tahu," jelas Damon yang membuat Leandro tersenyum menyeringai dan merasa lega. "Bagus. Ayo pergi!" ajak Leandro pada kedua anak buahnya itu, karena merasa urusannya sudah selesai di sana. "Tunggu, Tuan!" seru Carlos yang membuat Leandro menghentikan langkahnya dan melirik ke arah anak buahnya itu. "Tuan, di mana nona Bella?" "Tidak usah mempedulikan dia." Jawaban dingin dan acuh yang diberikan oleh Leandro, membuat perasaan Carlos tidak nyaman. Dia takut terjadi sesuatu kepada Bella. "Tuan! Dimana nona Bella?" tanya Carlos lagi, sambil menghadang jalan tuannya itu. Dia menuntut jawaban dari Leandro, karena firasatnya tidak baik. Leandro menjawab dengan dingin. "Bukan urusanmu dia ada di mana dan sedang apa, Carlos." "Tuan! Tempat ini berbahaya untuk Nona," ucap Carlos dengan raut wajah yang menunjukkan khawatir. Geram, Leandro menarik kerah baju Carlos , sampai membuat tubuh pria itu terangkat ke atas. Dia menatapnya tajam. "Kenapa kau begitu peduli terhadapnya? Apa kau menyukai wanita jalang itu?" tanya Leandro dengan nada rendah, tapi menusuk, menyiratkan kemarahannya. "Tidak begitu Tuan, saya seperti ini karena saya teringat dengan mendiang adik saya yang usianya sama dengan nona Bella! Jadi, saya mengkhawatirkannya seperti saya mengkhawatirkan adik saya sendiri," tutur Carlos menjelaskan dengan mata penuh kejujuran. Leandro tahu, bahwa Carlos mempunyai seorang adik yang sudah tiada. Dia jadi teringat adik Carlos yang dulu pernah menjadi korban perdagangan manusia, menjadi b***k seks di sebuah klub malam terkejam di Las Vegas dan berakhir bunuh diri. Jika adik Carlos masih ada, pasti dia seumuran dengan Bella. "Saya mohon Tuan, selamatkan nona Bella. Selamatkan dia. Jika Anda memang tidak menganggapnya sebagai orang yang penting untuk Tuan, anda bisa menganggap dia seperti adik saya. Anggaplah, bahwa Anda sedang menyelamatkan adik saya." Carlos memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Ini adalah kedua kalinya Carlos sampai meneteskan air mata, yang pertama karena kematian adiknya dan sekarang demi Bella. Hati Leandro mulai terketuk, dia meremat tangannya sendiri, hingga membuat gumpalan kuat disana. Leandro tampak terganggu dengan permohonan Carlos, karena bagaimanapun juga Carlos adalah salah satu orang yang selama ini setia menemaninya. "Tuan, jangan sampai anda menyesal sudah menyakiti orang yang tulus mencintai Tuan. Tolong tuan, bukalah sedikit hati tuan." Leandro tercekat mendengar kata-kata cinta yang terlontar dari bibir Carlos. Carlos bilang Bella mencintainya? "Dia mencintaiku? Tidak mungkin." Batin Leandro merasa mustahil. "Kalian pergilah duluan. Nanti aku akan menyusul," kata Leandro dingin. "Tuan, Nona Bella bagaimana? Saya—" "Aku yang akan menyelamatkannya. Puas?" ucap Leandro, menyela perkataan Carlos. Pria itu pun tersenyum, karena akhirnya Leandro luluh juga dengan permohonannya. Leandro ingin tega pada Bella, membiarkannya bersama Moreno. Karena akhir-akhir ini Bella cukup menganggu pikirannya. Mungkin akan lebih baik bila dia menyingkirkan wanita itu dengan cara seperti ini. Namun, perkataan Carlos membuat hatinya tertampar. Relung hatinya yang terdalam juga mengatakan, kalau dia tidak ingin terjadi hal yang buruk pada Bella. "Terimakasih tuan. Saya percaya, Tuan akan menyelamatkannya." Tanpa bicara apa-apa lagi, Leandro melangkah pergi dari sana untuk mencari Bella. "Sial! Kenapa aku seperti ini?" umpatnya kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia peduli pada wanita itu? Bukan, hanya karena perkataan Carlos saja, tapi karena dia memang mengkhawatirkan Bella. Pria itu menelusuri kamar VVIP di klub malam tersebut, hingga dia melihat dua orang pria bertubuh besar yang menjaga sebuah kamar. Feelingnya mengatakan, jika Bella berada di sana. "Mau kemana kau?" tanya salah seorang anak buah Moreno, saat ia melihat Leandro yang akan memasuki kamar itu. "Minggir." Dua orang pria itu menghadang jalan Leandro dengan tegak. "Baiklah, kalian akan menyesal." Leandro geram, lalu ia menyerang kedua pria itu dengan cepat, hanya dalam waktu beberapa detik saja dia berhasil melumpuhkan dua orang anak buah Moreno yang bertubuh besar itu. Mereka berdua, dibuat pingsan olehnya. Leandro mendobrak pintu itu dengan cukup keras, sampai pintu itu terbuka dan alangkah kagetnya Leandro saat melihat, pemandangan yang saat ini terlihat di hadapannya. Di mana Moreno sudah bertelanjang d**a dan dia hendak membuka celananya. sedangkan Bella sendiri, tubuh bagian atasnya sudah terekspos bebas. Gaun bagian atasnya robek, roknya pun tersingkap ke atas, menampilkan pahanya yang seksi. Rahang Leandro mengeras melihat itu semua, terkejut lagi Bella seperti setengah tidak sadar. "SIALAN! KUBILANG JANGAN MENGGANGGU! SIAPA BINATANG YANG BERANI MENGGANGGUKU!" sentak Moreno emosi, lantaran hasratnya sudah di ujung tapi dia tidak jadi menuntaskannya karena kedatangan seseorang yang tidak terduga. "Kau yang binatang." "Tuan Billy Carl? Kenapa anda ada di sini?" tanya Moreno yang heran, mengapa Leandro menganggunya. "Jangan bicara padaku, b******n!" sentak Leandro yang kemudian memberikan bogem mentah serta tendangan maut untuk Moreno. Pria itu langsung tumbang dalam hitungan detik oleh serangan Leandro. "Bella! Kau mendengarku?" Leandro mendekati Bella sambil menepuk-nepuk pipinya. "Bella!" Perlahan, Bella membuka matanya. Bibir wanita itu tersenyum, kemudian tangannya yang lemas menyentuh wajah Leandro. "Tuan kulkas. Aku tahu kau pasti datang, tapi kenapa kau lama sekali?" ucap Bella dengan suara serak dan terlihat bulir air mata membasahi wajahnya. Hati Leandro terenyuh melihat Bella seperti ini, tapi dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Leandro melepaskan jas miliknya untuk menutupi bagian atas tubuh Bella, karena pakaian wanita itu sudah robek. "Apa kau bisa bangun?" tanya Leandro. Wanita itu tidak menjawab pertanyaan dari Leandro, matanya juga terlihat terpejam dan terbuka beberapa kali seperti orang yang mabuk. Kedua tangan Leandro menelusup pada punggung dan kaki Bella, kemudian dia menggendong wanita itu ala bridal style. "Tuan ... panas ... tubuhku panas sekali Tuan." TBC

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN