Bab 12. Harus Wanita Baik-baik

1083 Kata
Netra dua insan manusia yang berada di atas ranjang itu saling beradu. Satunya canggung, malu-malu dan satunya lagi terlihat menggebu. Tak sabar untuk segera menerkam, menikmati tubuh dari wanita yang sudah dibelinya dengan menghabiskan banyak uang itu. Di otaknya, kembali terbayang lagi malam panas mereka, ketika melihat Bella dihadapannya. Bagian tubuhnya menegang, bahkan sebelum melakukan pemanasan. Bella adalah alarm yang bisa membangkitkan sesuatu yang terpendam di dalam dirinya. Tentunya, Leandro tak bisa melewatkan Bella. "Padahal dia tidak memakai pakaian terbuka, seperti jalang jalang lainnya yang berlomba-lomba memamerkan tubuh mereka kepadaku. Tapi beraninya gadis ini membuatku begini?" Leandro menatap tajam pada Bella, sebab ia merasa kehilangan kendali atas dirinya saat melihat Bella. "Buka pakaianmu, jalang!" Titah Leandro yang membuat bulu kuduk Bella meremang. Sungguh, wanita itu masih canggung berada di dekat Leandro. Leandro berdecak sambil mengangkat dagu Bella. "Kau tuli, hem?" "Tu-tuan mau apa, menyuruh saya membuka pakaian?" tanya Bella terbata-bata, sambil menghindari tatapan Leandro kepadanya. "Jangan bodoh! Kau tahu apa maksudku!" sahut Leandro sambil menekan miliknya pada milik Bella yang masih tertutup celana dan pakaian gadis itu. Bella tersentak saat dia merasakan benda keras menyentuh pangkal pahanya. Dia cukup tahu benda apa itu. "Buka pakaianmu, atau aku akan merobeknya." "Tuan, maaf. Saya akan melakukan apapun. Asalkan anda tidak melakukan itu lagi, saya tidak bisa dan—" Kyaaakk! Wanita itu menjerit, manakala tangan Leandro benar-benar merobek kemeja murah yang dia pakai. Kini bagian atas tubuh Bella, hanya terlihat pakaian dalamnya saja yang berwarna hitam. Hanya dengan sedikit kekuatan,baju itu berhasil dikoyak oleh tangan Leandro dan sudah cukup menjelaskan bahwa pakaian Bella memang pakaian yang mahal. Melihat dua buah ranumnya yang masih tertutupi penyangganya itu, Bella yang malu, refleks langsung menutupinya dengan kedua tangan. "Tuan! Jangan!" Bella menggeleng kuat. "Kau sudah janji akan melakukan apa saja. Maka kau harus menepatinya. Aku tak suka orang yang ingkar janji," ucap Leandro dengan nada bicara yang penuh penekanan. "Ingat, aku sudah menyelamatkan ibumu! Menyelamatkanmu dari si babi," sinis pria itu yang membuat Bella teringat akan jasa-jasa Leandro. Dia membenarkan semua jasa-jasa pria itu yang sudah menyelamatkannya dan menyelamatkan nyawa ibunya. Bella terdiam cukup lama, mengambil nafasnya dalam-dalam. Lantas dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "iya." "Iya apa?" tanya Leandro yang ingin ucapannya diperjelas. "Iya, si-siilahkan lakukan. Ta-tapi ... tolong lakukan dengan pelan, Tuan. Jangan seperti semalam," kata Bella sembari mengigit bibirnya sendiri, karena dia merasa berdebar. Leandro tidak menjawab apapun, tapi dia langsung bertindak. Pria itu meloloskan celana jeans yang dikenakan oleh Bella. Melucuti semua yang akan menghalangi jalannya untuk menyatukan tubuhnya dengan Bella. Kali ini Leandro melakukannya dengan sadar, tidak seperti saat pertama kali. Dia melakukannya saat setengah sadar. Untuk pertama kalinya, dia bisa melihat tubuh Bella dengan kesadaran total. Pria itu mencumbu setiap sudut tubuh Bella dengan bibir dan lidahnya yang panas. Sesekali Bella mengerang, melenguh, merasakan sentuhan hangat dari Leandro. "Aahh ... tuan ... sa-sakit ..." rintih Bella saat dia merasakan satu jari panjang Leandro menusuk-nusuk wilayah privat miliknya. Tangan Bella meremat kedua lengan kekar Leandro, kuku-kuku panjangnya tanpa sengaja menggores engan pria itu dan meninggalkan luka goresan di sana. "Tu-tuan ... ja-jangan te-teruskan. Sakit ... Tuan." Bella semakin meringis kesakitan, saat Leandro terus menerus melakukan aksinya di bawah sana berulang kali. Wanita itu mulai merasakan sesuatu yang akan meledak di dalam dirinya. "Baru satu jari saja kau sudah merasa seperti ini. Padahal milikku sudah memasukimu berkali-kali pada malam itu, kau harus mulai terbiasa oleh hal sepele seperti ini!" Begitu sesuatu di dalam privasi Bella keluar dan membanjiri jarinya ,Leandro menarik jarinya keluar dari sana lalu menjilat sesuatu yang basah itu tanpa rasa jijik sedikitpun. Melihat Bella terengah-engah dan meneteskan air mata karena ulahnya, membuat Leandro semakin bersemangat untuk segera ke permainan selanjutnya. Tujuan sebenarnya dia menyuruh Bella kemari, yakni untuk melampiaskan hasratnya. "Tuan, sudah!" seru Bella dengan buliran air mata yang membasahi pipinya yang membuat wanita itu semakin terlihat cantik di mata Leandro. "Sudah apanya? Ini bahkan belum apa-apa." Untuk kedua kalinya, tubuh Bella terasa seperti terbelah menjadi beberapa bagian saat Leandro melakukan penyatuan itu. Lagi-lagi Leandro melakukannya dengan kasar, hampir tak ada bedanya saat dia terpengaruh dengan obat perangsang seperti sebelumnya. Dengan sembarangan juga, pria itu menaburkan benih-benih ke dalam milik Bella, tanpa pengaman apapun. "Tuan ..." lirih Bella saat penyatuan itu selesai dilakukan di atas sofa. Tubuh Bella terlihat mengkilap oleh keringat, wajahnya tampak lemah dan lelah. Leandro berdiri, setelah dia puas melakukannya pada Bella. Dengan tubuh tanpa sehelai benang itu, Leandro bermaksud untuk pergi ke kamar mandi. Namun, tiba-tiba saja dia menoleh ke belakang. Melihat Bella yang masih berada ditempatnya semula. "Kau harus selalu minum obatmu, jangan sampai lupa. Ah ya ... lain kali kau harus pakai kontrasepsi, entah itu obat, suntikan, atau apapun." "Memangnya kenapa, tuan?" tanya Bella dengan sepasang mata polosnya yang menatap pria itu. "Kau tidak boleh mengandung benihku!" ujar Leandro dingin. Tiba-tiba saja Bella merasakan sesuatu yang menghimpit dadanya, ketika mendengar perkataan itu dari bibir Leandro. Padahal mereka tidak punya hubungan khusus, hanya tuan dan pembantu. Seperti itulah hubungan mereka berdua. "Ta-tapi, kalau saya hamil bagaimana? Apa yang akan tuan lakukan?" tanya Bella gelagapan. Sekarang wanita itu sudah duduk dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut tipis yang ada di sana. "Gugurkan." Kedua mata Bella terbelalak, menunjukkan keterkejutan atas jawaban dingin dan tegas dari Leandro padanya. "Apa? Kenapa digugurkan?" Pria itu sebenarnya tak mau menjawab pertanyaan Bella yang menurutnya tak penting. Akan tetapi, dia merasa harus menjawabnya agar Bella paham. "Wanita yang mengandung benihku, harus lah wanita baik-baik! Bukan wanita sepertimu," ucap Leandro sarkas. Jantung Bella seakan dihantam godam besi yang kuat, hatinya seperti ditusuk belati, saat mendengar jawaban yang memukulnya telak. Jadi, itulah pendapat pria itu terhadap dirinya. "Wanita baik-baik? Jadi ... di matanya, aku bukan wanita baik-baik?" batin Bella marah, sekaligus sedih dengan jawaban pria itu. Namun, dia tidak bisa memungkiri asumsi Leandro terhadap dirinya. Bagi Leandro, Bella bukanlah gadis baik-baik dan meskipun Leandro bukan pria baik, dia menginginkan keturunan dari wanita baik-baik. Setelah mengatakan itu, Leandro masuk ke kamar mandi sambil membawa handuknya. Tanpa mempedulikan Bella yang tertegun ditempatnya, setelah dirinya berhasil memukul hati Bella begitu kuat. "Terima saja Bella, kau memang seperti itu kan? Kau memang wanita jalang yang melelang keperawananmu, kau bukan wanita baik-baik. Apa yang dikatakannya itu tidak salah! Tapi kenapa kau malah sakit hati, Bella?" gumam wanita itu sambil berusaha menahan air matanya yang terus berjatuhan. Terdengar suara pintu yang terbuka dan membuat Bella terkejut, buru-buru Bella mengusap basah di pipinya. Dia pun melihat Leandro yang sedang menatapnya dengan nanar. "Bella ... kemarilah. Aku ingin mencoba di kamar mandi denganmu!" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN