Bab 11. Buka Pakaianmu!

1099 Kata
Alangkah terkejutnya Bella, saat dia menoleh ke belakang dan melihat apa yang ada di hadapannya itu. Dia melihat wajah, pakaian, tangan dan kaki Leandro berlumuran oleh cairan merah yang masih basah. Bau amis juga menyapa indra penciuman Bella, sehingga gadis itu yakin bahwa cairan merah ditubuh Leandro adalah darah. "Tuan! Apa yang terjadi denganmu? Kau terluka?" tanya Bella khawatir. Meskipun, tercium bau amis darah menyengat dan melihat penampilan Leandro yang kacau, sedikit membuat Bella ngeri. Bukan karena dia takut darah, dia hanya merasa ngeri saja. Pikirnya, Leandro sedang terluka. "Tuan? Apa tuan baik-baik saja?" tanya Bella lagi, karena pria itu tak kunjung menjawab pertanyaannya. Leandro hanya menatapnya datar, sambil melirik ke arah makanan yang sudah tersedia di atas meja dapur. Bau masakan itu, tercium wangi pada hidungnya. "Kau memasak?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Bella, Leandro malah bertanya pada wanita itu. "Iya Tuan, saya memasak sambil menunggu tuan pulang. Saya pikir Tuan pasti belum makan siang," jelas Bella seraya menundukkan kepalanya. Dengan harapan, Leandro akan senang mendengar penjelasannya ini. "Siapa yang menyuruhmu memasak?" tanya Leandro sinis. Senyuman di bibir Bella langsung sirna, ketika dia mendengar pertanyaan sinis dari Leandro yang tampaknya tidak senang, karena Bella memasak. "Tidak ada yang menyuruh saya. Saya hanya berinsiatif sendiri, Tuan." Bella terkesiap, manakala dia melihat Leandro mendorong semua makanan yang ada di atas piring itu sampai semuanya jatuh ke lantai. Makanan yang Bella buat itu berhamburan, bersamaan dengan piring-piring yang pecah di atas lantai. "Tuan, kenapa anda menghancurkan semuanya? Saya sudah membuat makanan untuk Tu—" Tangan Leandro menarik pakaian Bella dengan kasar, membuat kaki wanita itu berjinjit. "Sebelum mendapatkan perintah! Jangan pernah menyentuh apapun, atau melakukan apapun di dalam rumahku! Paham?" bentak Leandro yang lalu melepaskan Bella dan mendorongnya sampai jatuh. "Aw!" Bella meringis kesakitan, saat tangannya terkena pecahan piring itu. Pria itu berharap, Bella sudah mengerti setelah satu kali diingatkan. Kali ini, dia mengampuni Bella karena wanita itu masih belum tahu apa-apa. "Maafkan saya, Tuan," cicit Bella pelan. "Bereskan semuanya dan tunggu aku di kamar!" Titah Leandro dengan tegas pada wanita itu. Bella menganggukkan kepalanya, sambil berdiri dan menegakkan kakinya lagi. Pria itu pun naik ke lantai dua rumahnya, Bella melihat punggungnya yang semakin menjauh. Dia menghela napas berat, berusaha menetralkan jantungnya yang tadi sempat berdetak keras saat tangan Leandro menarik pakaiannya. "Astaga, kenapa dia sangat pemarah? Apa dia memang orang yang seperti itu? Padahal aku berniat baik memasakkannya makanan. Tapi lihatlah sekarang? Makanan yang aku masak jadi sia-sia saja," gumam Bella sambil melihat makanan yang dia masak berhamburan di lantai. Menyayangkan tindakan Leandro yang ternyata mudah emosi dan kasar. Sama seperti saat di ranjang, saat dia mengambil keperawanan Bella. "Maafkan Tuanku, Bella." "Kak Carlos?" Bella melihat ke arah Carlos yang sudah ada di belakangnya. Carlos tersenyum tipis, lalu dia berbicara tentang Leandro. "Dia memang seperti itu. Kau harus mulai terbiasa dengan sikapnya, karena kau akan sering bertemu dengannya." "Jadi, dia memang seperti itu? Kasar, pada siapapun? Termasuk pada wanita?" tanya Bella yang mulai penasaran dengan Leandro. "Heum." "Apa dia tidak bisa bicara baik-baik?" tanya Bella. "Tidak, maka dari itu kau jangan sekali-kali membuatnya marah." Carlos memperingatkan kepada Bella untuk menjaga sikapnya dan jangan sampai membuat Leandro marah. "Aku hanya memasak, kenapa dia harus marah karena aku memasak?" cetus Bella sambil mencebikkan bibirnya ke depan. "Tuan Leandro paling tidak suka orang yang bergerak tanpa perintah darinya. Hal yang baru saja kau lakukan, sudah melanggar aturannya." Mendengar penjelasan dari Carlos, agaknya tak membuat Bella paham seperti apa Leandro. Karakter lelaki itu memang susah ditebak, misterius, tapi satu hal yang perlu Bella tahu, kalau dia tidak boleh membantah pria itu. "Biar aku yang membereskannya. Obati saja luka ditanganmu itu," ucap Carlos seraya melihat ke arah telapak tangan Bella yang berdarah. Bella melihat tangannya yang sedikit berdarah. "Ini hanya luka kecil, aku tidak apa-apa Kak." *** Usai membereskan bekas makanan dan pecahan piring di lantai, Bella bergegas masuk ke dalam kamar Leandro. Kamar itu terlihat gelap dan suram. Begitu masuk ke dalam kamar itu, Bella langsung bersin-bersin karena debu. "Apa kamar ini jarang digunakan atau tidak dibersihkan setiap hari? Mengapa banyak debu?" gerutu Bella sambil melihat ke sekelilingnya. Dia melihat banyak debu, saat lampu dinyalakan. Bahkan ranjang yang ada di depannya terlihat kotor, berdebu. Wanita itu berinisiatif untuk membersihkan sedikit kamar tersebut dari debu. Bella paling tidak bisa melihat disekitarnya kotor dan selalu ingin membersihkannya. Ketika sedang asyik bersih-bersih, dia tidak menyadari seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi di dalam kamar itu. Orang itu terlihat bertelanjang d**a, memperlihatkan otot-ototnya yang memiliki 6 sobekan roti. Pria itu terlihat semakin seksi, ditambah dengan rambut basah dan tetesan air dari rambutnya itu yang terlihat membasahi dadanya. "Hey!" Wanita itu langsung menoleh ke belakang, ketika mendengar seseorang berseru kepadanya. Sepasang mata hazelnya terpana, terlena, melihat ketampanan dari pria yang sudah merenggut kesuciannya pertama kali. Matanya tidak berkedip, tak hentinya dia mengagumi ketampanan Leandro yang seperti patung pahatan, bak dewa Yunani. "Ternyata ... tubuh itu yang pertama kali merenggut pertama kali ku. Dia sangat tampan." Bella berkata dalam hatinya. Wanita itu sampai meneguk ludahnya sendiri, ketika ketampanan pria itu mengobrak-abrik hatinya. Membuat jantungnya berdegup sangat kencang tak karuan. "Aku tidak memintamu untuk bersih-bersih." "Bu-bukankah saya kesini untuk melayani tuan? Berarti ... artinya bersih-bersih juga kan?" ucap Bella dengan polosnya. Leandro mendekati Bella, lalu menatap iras cantik tanpa polesan make up itu dengan intens. Tangannya membelit tubuh Bella dengan erat. Bella mendongak, menatap wajah tampan Leandro yang memiliki raut datar. Tubuh Bella yang lebih pendek darinya, membuat Bella kesulitan untuk mengangkat kepalanya. "Bukan melayani itu saja, tapi yang lain juga." Bella panik, karena dia tahu benar apa yang dimaksud oleh Leandro. Melayani dalam hal lain, tidur bersama, teman ranjang. Ya, itu yang sudah disepakati oleh Bella dan Leandro sebelumnya. Lebih tepatnya, Bella yang sudah berjanji akan melakukan apa saja agar ketiga anak buah Leandro tidak melecehkannya. "Sa-saya akan melakukan hal yang lain, tapi tidak dengan itu, Tuan. Saya bisa memasak, mencuci, bersih-bersih, masakan saya juga dijamin enak. Ta-tapi, saya tidak bisa menjadi partner ranjang, Tuan." Tanpa kata, Leandro memagut bibir Bella dengan kasar. Membawa tubuh mungil Bella ke atas ranjang yang sudah dibersihkan itu. Bella terkesiap dengan serangan yang tiba-tiba itu. Lidah Bella dililit oleh lidah Leandro dengan kasar, sesekali pria itu juga mengigit bibirnya. Suara lenguhan dan erangan mulai tercipta di dalam ruangan dengan kedap suara itu. Mereka masih terus berciuman, sampai posisi Bella berada di bawah kungkungan tubuh Leandro. "Hmphh ... aargghh." Leandro tidak membiarkan Bella bernafas, dia terus menginvasi lidah dan bibir manis itu dengan semangat. Hingga akhirnya Leandro melepas ciumannya sejenak. Nafas Bella terengah-engah, dadanya bergemuruh dan wajahnya tampak memerah. "Buka pakaianmu, jalang!" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN