Bab 08

1488 Kata
Departemen bedah. Kanae menaruh selembar kertas hasil pemeriksaan yang dia lakukan pada Nanase barusan tepat di atas meja Yuruizawa Maeda. Pria yang sedang asyik mengecek laporan harian para perawat di departemen bedah itu awalnya mengabaikan Kanae, namun saat Kanae mengatakan kalau Nanase sudah pulang, seperti ada hal lain yang membuat pria itu berdiri dengan wajah membeku seperti es. "Suhu tubuhnya 40,12° dan kau membiarkan dia pulang?" Marahnya saat dia membaca laporan kesehatan Nanase. Namun, Kanae yang seperti sudah hafal skenario yang akan terjadi saat dia membawa lembar kertas itu ke departemen ini, Kanae hanya menggidikkan bahunya sambil menggeleng. "Aku sudah menginfusnya dan menyuntikan 2,5ml Metamizole, kurasa kalau dia istirahat dengan baik malam ini, besok demamnya benar-benar akan turun. Aku juga sudah memberikan dia satu pack plester penurun demam, beberapa butir multivitamin dan makanan yang kau berikan." "Si b******k itu! Benar-benar tidak bisa dipercaya!" Yuruizawa kesal sampai meremat kertas yang diberikan Kanae padanya. Melihat tingkah salah satu anak kepala rumah sakit tempatnya bekerja itu membuat Kanae tidak bisa untuk tidak berkomentar. "Kenapa kau khawatir sekali dengan Ichiharada-sensei?" Kanae memberanikan diri menyinggung, "tadi juga, Ichiharada-sensei mengeluh kalau kepalanya sangat sakit. Tapi, waktu aku coba menawarkan CT -Scan padanya dia menolak." Berbeda dengan Kanae yang menatap Yuruizawa penuh ketenangan, dokter ahli dari departemen bedah itu membeku dengan tatapan kaku yang seolah menggambarkan keterkejutannya. "Kurasa bukan urusan anda, Itou-sensei. Maaf, tapi jika dia hanya hanya demam biasa tidak perlu melakukan CT -Scan. Mungkin saja itu sejenis ilusi karena suhu tubuhnya yang terlalu tinggi, sebaiknya anda kembali ke departemen anda, terima kasih untuk laporan ini." Ujar Yuruizawa acuh. Hanya dengan mendengar itu, Kanae tahu kalau ada hal lain yang mengganggu Nanase di luar mimpi aneh yang dia ceritakan, bukan ilusi karena suhu tubuh yang meningkat seperti yang dikatakan Yuruizawa, hanya saja dia tidak ingin menggali lebih dalam soal itu. Selain hal tersebut di luar wewenangnya, dia tahu kalau Yuruizawa Maeda adalah orang yang cukup sulit menjalin hubungan dengan orang lain, selain tempramennya yang buruk, Yuruizawa juga adalah putra bungsu Maeda Oshima — penaggung jawab rumah sakit ini —, dia juga tidak ingin mengambil resiko yang akan membuat karirnya hancur. "Baiklah, tapi jangan lupa untuk menanyakan kabarnya berkala." Ujar Kanae sambil melambaikan tangan, melenggang pergi meninggalkan Yuruizawa yang masih diam menatap punggungnya. Rumah sakit Universitas Tokyo Tokyo — Jepang 21/08/2018 10;45 Asanami Tadaichi hanya diam dan terus menatap selembar amplop putih berisi pengunduran diri Tomoyoshi yang diberikan pemuda itu pagi ini padanya. Bahkan hingga saat ini pun, pria itu masih di sana menunggu jawaban yang akan diberikan Asanami untuk keputusan yang sangat tiba-tiba itu. “Kau tidak ingin mempertimbangkan ini lagi?” Tanyanya, setelah hampir setengah jam mereka diam seperti patung dan embusan halus napas mereka berdua saja yang terdengar di ruangan itu. Tomoyoshi mengangguk, “Ini sudah jadi keputusan saya.” “Karirmu di sini sangat bagus, sangat disayangkan kalau kau ingin meninggalkannya begitu saja? Aku bahkan mendengar dari Riyuji Kimimoto kalau kau sudah sering memberikan kesempatan pada dokter magang untuk melakukan beberapa operasi rumit mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk semua kesalahan yang mungkin saja terjadi di sana atas mereka?” ujar Asanami Tadaichi gamblang. Sebenarnya Asanami Tadaichi tidak hanya mendengar hal itu dari Riyuji Kimimoto, dokter yang menjadi penanggung jawab di UGD itu. Beberapa perawat bahkan terang-terangan memuji tindakan Tomoyoshi yang terbilang tidak biasa itu. Untuk beberapa alasan, seharusnya Asanami Tadaichi menegur anak didiknya ini namun tidak pernah dia lakukan mengingat bagaimana Tomoyoshi sudah memberikan kontribusi besar untuk membentuk dokter-dokter berbakat dikemudian hari. “Saya akan mencari pekerjaan di klinik sekitar sana kalau memang tidak ada kesempatan untuk saya bekerja di Soma General Hospital.” “Semudah itukah?” tanya Asanami Tadaichi dengan nada sedikit meremehkan. “Saya tahu ini tidak mudah, tapi saya benar-benar tidak bisa membiarkan Nana seperti itu terus.” Asanami Tadaichi mendesah, dia membenarkan posisi duduknya dan sedikit menggeser kursi yang sejak tadi berada sangat dekat dengan meja sebelum memprotes pernyataan anak muridnya tersebut. “Harus kuakui, kalau selama aku bekerja di institusi ini aku tidak pernah menemukan bibit unggul seperti Ichiharada Nanase. Thesis yang dia bawa benar-benar membuatku tertarik, juga tentang bagaimana kemampuan yang pemuda itu miliki. Awalnya, jika Thesis ini selesai aku ingin dia melanjutkan Disertasi untuk gelar Doktornya setelah itu aku ingin mengirim dia ke luar negeri agar bisa menggantikanku di posisi ini, tapi sepertinya masalah kalian terlalu rumit hingga berakibat seperti ini. Sebuah hal yang sangat disayangkan mengingat bibit unggul macam Nanase Ichiharada adalah yang paling langka dalam jenisnya." “Anda mungkin berharap banyak dengan kemampuannya, tapi anda tidak bisa membuat saya tetap di sini dan melihat bagaimana Nana terus melupakan saya.” “Katou-kun ...,” Asanami Tadaichi kembali mendesah, “kau ingat tentang ECT yang kukatakan padamu kemarin? Kau sendiri tahu bagaimana bahayanya itu jika diterapkan langsung pada penerita Lakunar seperti Nanase-kun, bukan?” “Iya, tapi saya tidak ingin Nana terus menjadi orang lain dan bekerja di tempat yang bukan seharusnya dia berada.” “Jadi menurutmu dia harus berada di mana?” “Seperti yang anda ketahui, kalau kemampuannya dalam institusi ini tidak bisa dianggap bisa. Dia harus berada di tempat lebih baik daripada Soma General Hospital.” “Lalu kau? Apa kemampuanmu tidak cukup bagus untuk melakukannya?” Tomoyoshi menautkan sepasang alisnya rapat, “Masud anda mengatakan ini pada saya?” “Aku hanya penasaran. Kemampuanmu juga tidak bisa dianggap biasa dalam institusi yang sama, hanya saja kau terlalu malu mengakui kalau kau juga berbakat di sini. Bagaimana kalau kuberikan cuti panjang untukmu dan kembali lagi kemari setelah itu, dengan atau tanpa Nanase-kun? Setelahnya aku akan memberikan apa yang tidak bisa kuberikan pada Nanase-kun kalau kau tidak bisa membawanya kembali kemari?” Asanami Tadaichi seperti sedang membuat negosiasi dengannya, bahkan Profesornya itu menatap Tomoyoshi seperti santapan nikmat yang harus dia makan sesegera mungkin, "menarik bukan? Kau hanya tinggal menyelesaikan semua gelarmu tanpa memikirkan semua biayanya?" “Apa ini semacam bujukan agar menerima tawaran anda untuk melanjutkan Disertasi saya yang tertunda?” “Anggap saja seperti itu.” Asanami Tadaichi menatap Tomoyoshi melalui ekor matanya. Wajah penuh keriput itu terlihat seperti sangat sombong ketika dia mengatakan semua kalimatnya. Tawaran yang sama memang pernah dikatakan Asanami Tadaichi setahun setelah Nanase menghilang, untuk Tomoyoshi yang memang sedang mengejar gelar, setiap tawaran dari Asanami Tadaichi selalu terdengar sangat renyah untuk digigit. Hanya saja dia tidak bisa melakukannya sekarang, setidaknya sebelum Nanase kembali padanya. Untuk semua kebaikan yang coba ditawarkan Asanami Tadaichi padanya, Tomoyoshi hanya bisa membungkuk penuh hormat sambil menolak halus, “Untuk Disertasi saya yang tertunda selama beberapa tahun terakhir ini akan saya selesaikan segera setelah masalah saya selesai. Tapi untuk menggantikan posisi anda, rasanya saya tidak pernah berpikir sampai ke batas itu. Setidaknya untuk berada di posisi itu anda harus mencari seseorang dengan gelar dan rasa tanggungjawab yang sama seperti anda, Asanami-sensei.” Sekali lagi, Asanami Tadaichi mendesah. Entah untuk yang keberapa kalinya pagi ini dia merasa sangat tidak suka datang ke fakultas san hanya menghabiskan waktu hingga jam makan siang tiba. Meski sebenarnya dia cukup ingin agar Tomoyoshi terus belajar hingga mendapat gelar yang sama dengannya lalu menggantikan posisinya di institusi ini tanpa harus mencari orang lain untuk dijadikan kandidat. Tapi harapan itu rasanya harus dia tunda, setidaknya sampai pemuda itu menyelesaikan masalah pribadinya seperti yang dia katakan barusan. “Baiklah kalau memang itu yang kau inginkan.” Asanami menyerah. Dia kembali mengubah posisi duduknya dan mendekatkan kursi itu ke sisi meja sebelum kemudian mengeluarkan sebuah amplop putih lain yang dia tumpuk di atas amplop yang diberikan oleh Tomoyoshi padanya. “Di dalam sana ada surat rekomendasi yang kau minta, aku juga menaruh nomer telepon Maeda Oshima di dalamnya, jika kau sudah tiba di sana beritahu dia tentang semua yang kau miliki. Dan jangan pernah mengecewakanku karena sudah melepaskan dokter sehebatmu juga Nanase-kun ke Soma General Hospital.” Mendengar itu, seulas senyum terbentuk di wajah Tomoyoshi. Sekali lagi pria ini membungkuk untuk memberi hormat juga sebuah terima kasih yang terdengar penuh semangat. “Tapi Katou-kun? Apa kau sudah mengatakan pada Otohata kalau kau akan pergi ke Fukushima hari ini?” Wajah penuh semangat Tomoyoshi sedikit luntur, meski perlahan tapi Asanami Tadaichi masih bisa mendengar pemuda dihadapannya itu seperti bergumam. Seolah tahu jawaban macam apa yang akan dikatakan Tomoyoshi, Asanami Tadaichi hanya mengangguk dan mengatakan kalau dia mengerti sebelum meminta agar Tomoyoshi segera berkemas jika dia ingin pergi ke Fukushima hari ini juga. Tiga tahun adalah waktu yang cukup lama untuk seseorang berpisah namun rasanya seperti beberapa jam untuk tidak bertemu, dan sulit untuk melupakan satu sama lain setelah begitu banyak kenangan terukir meski dalam waktu singkat. Mungkin itu juga yang Asanami Tadaichi pikirkan sebelum dia membuat keputusan seperti ini. Lagipula menurutnya tidak adil jika dia terus membiarkan Ichiharada Nanase dalam keadaan seperti itu sementara dengan kemampuan medis yang dimilikinya bisa saja membawa Nanase ke titik paling tinggi di institusi ini. Sekali lagi, Asanami Tadaichi mendesah dan menggeser sedikit bangku yang dia duduki agar bisa senyaman mungkin. _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN