77. Telepon

1101 Kata

Selesai makan malam paling berkesan, Luka pamit pulang. Tentu saja dengan membawa banyak oleh-oleh dari rumah Anggi. Bukan nominal dari oleh-oleh itu, tetapi ketulusan keluarga Anggi. Kadang Seno iri dengan Solihin karena Anggi lebih dekat dengannya. Entahlah, ketulusan Padmi dan Solihin tampaknya mengubah dunia Anggi kala itu. "Jadi, sekarang udah buka hati sama Mas Luka?" goda Padmi setelah selesai membereskan piring kotor bekas mereka makan tadi. "Nggak, Mbok. Pak Luka atasan saya di kantor." Anggi menjelaskan hal yang sebenarnya. "Mas Luka itu sangat baik, Mbak Anggi. Beberapa waktu yang lalu, Mbok sama Bapak dikirimi obat dan vitamin dari Jakarta." Ucapan Padmi membuat Anggi terkejut. Sejak kapan Luka akrab dan kenal mereka berdua? Anggi bingung harus menanggapi bagaimana tentang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN