Bab.13 - Kekecewaan Sandra

1429 Kata
Setiap ruas jalan macet dan suara bising klakson bersahutan memekakkan telinga, tidak sedikit mereka yang di jalan saling mengumpat karena kesal, entah kesal akibat rasa lelah atau suara berisik yang mengganggu. Libur akhir pekan tidak membuat lengang jalanan, justru  orang-orang beramai-ramai pergi ke tempat wisata atau berkunjung ke kerabat, atau pergi ke pusat perbelanjaan. Dunia seakan tidak pernah hening oleh hiruk pikuk aktivitas melelahkan.   Sandra menyetir mobilnya seperti siput, akibat macet yang mengular, sialnya lagi langit tampak mendung. Sementara Vino duduk di sebelahnya, melahap roti selai strawberry sebagai sarapan pagi ini.   "Kamu sudah tahu di mana Allea tinggal?" tanya Vino, setelah menghabiskan rotinya dan menenggak sebotol air mineral sampai habis. Lalu mengelap mulutnya dengan tissue yang berakhir ia buang di tong sampah mini di bawah kakinya.   "Belum, justru itu kita harus berangkat lebih awal, karena kita akan berpetualang mencari di mana tuan putri itu berada." Ujung mata Sandra melirik Vino yang tengag melengos.   "Bagaimana bisa kamu menghilangkannya, Sandra. Kamu benar-benar ceroboh," seloroh Vino sambil menatap ke luar kaca mobil. Ia ingat saat Sandra mengatakan data milik Allea hilang.   Sandra tidak menjawab.   "Aku rasa hujan akan turun, sebaiknya kita mencari tempat meneduh sembari berpikir bagaimana cara agar Allea kita temukan hari ini." Vino memberi ide, ia pikir, percuma saja pergi ke sana ke mari tanpa tujuan. Lebih baik menghubungi semua orang yang di rasa kenal baik dengan Allea, dan meminta informasi pada mereka. Atau mengakses beberapa pihak untuk membantu mempermudah pencarian informasi.   Mendengar ucapan Vino, Sandra pikir itu ide bagus. Ada beberapa nama yang sudah ia catat dalam ponsel berserta nomor ponsel mereka masing-masing. Kecil kemungkinan akan berhasil, tetapi tidak ada salahnya mencoba.   Mobil Sandra berhasil bergerak melewati macet yang membosankan. Akhirnya Sandra memilih sebuah kafe di pinggir jalan sebagai tempat singgah. Mereka bisa memanfaatkan Wi-Fi gratis dan membeli kentang goreng, cake, atau semacamnya di sana.   "Siapa yang ingin kamu hubungi?" tanya Vino setelah mereka sudah berada di dalam kafe, mengambil tempat duduk di meja nomor 21 tidak jauh dari pintu masuk kafe. Dari sana, mereka bisa melihat ke berbagai arah di setiap sudut ruangan yang bernuansa romantis.   "Kamu masih ingat gadis pemalas bernama Ayudia? Teman magang Allea waktu itu. Sayangnya dia tidak berhasil dipromosikan." Sandra menunjukkan foto gadis yang ia maksud di ponselnya.   "Ya, aku ingat," kata Vino, tetapi terdengar ragu dalam nada bicaranya.   Sandra segera menghubungi Ayudia, sampai sambungan telepon terhubung. Sandra menyapa ramah gadis itu yang disambut tak kalah hangat oleh Ayudia dan mereka berbasa basi. Awalnya, Sandra agak bingung pertanyaan apa kira-kira yang pas ia ajukan agar tidak tampak seperti pemaksaan.   "O, ya, Ayudia, saya ingin mengantarkan hadiah untuk Allea, apa kamu tahu alamat rumahnya di mana? Hemm, begini, maksud saya ... saya perlu bantuan." Sandra berhasil mengatakannya. Soal hadiah, Sandra tidak berbohong, ia memang sudah membawa sesuatu untuk Allea.   Titik-titik hujan mulai turun bersamaan dengan ucapan permintaan maaf dari Ayudia, ia juga tidak tahu persis di mana tempat tinggal Allea. Ia menyesal memberitahu bahwa selama magang mereka tidak pernah membicarakan hal pribadi termasuk di mana tempat tinggal mereka sekalipun.   Sandra gagal. Ayudia tidak memiliki informasi apapun tentang Allea.   Seorang waiter datang membawakan pesanan Sandra dan Vino, secangkir Cappucino, secangkir kopi hitam, dan seporsi kentang goreng beserta sambal, dan dua cupcake cokelat berukuran sedang. Waiter itu pelan-pelan meletakkan pesanan pengunjungnya dengan senyum tipis yang manis.   Sandra kembali menghubungi beberapa orang teman-teman magang Allea setelah mencomot kentang goreng. Sayangnya, Sandra kembali menerima jawaban yang sama, 'maaf, saya tidak tahu, Kak' begitu ucapan mereka. Sandra ingin membanting ponsel rasanya. Kalau bukan mengingat Andreas, ia tidak peduli Allea tinggal di mana, bahkan di kutub Utara sekalipun.   Sandra hampir putus asa, akhirnya ia ingat fotokopi KTP yang diberikan oleh waktu awal dulu ia magang, di sana tertera alamat lengkap. Sebenarnya Sandra tahu KTP itu semuanya palsu, tetapi Sandra penasaran, alamat rumah siapa yang Allea sertakan.   Sandra segera mengatakan pada Vino mereka akan menemui Alamat yang ada di KTP Allea. "Siapa tahu kita menemui orang yang tepat," seru Sandra menghidupkan lagi semangat.   Vino menyesap kopinya nikmat. "Aku harap kita tidak menemui rumah kosong," kata Vino menakut-nakuti Sandra, ia tahu mantan kekasihnya itu penakut.   Benar saja, mata Sandra sudah melototi Vino. Sandra benci cerita horror, rumah kosong, darah, p*********n, hantu dan semacamnya. Itu mengerikan.   ***   Hampir satu jam menunggu hujan reda membuat Sandra dan Vino memutuskan untuk beranjak dari kafe. Hujan tinggal menyisakan gerimis tipis di luar sana.   Setelah membayar pesanan, Sandra dan Vino melangkah cepat menuju pintu keluar kafe. Sepertinya kafe yang dikunjunginya cukup dikenal dan favorit para remaja maupun dewasa, bisa dilihat banyaknya pengunjung bukan sekadar meneduh seperti sepasang mantan kekasih yang baru saja beranjak dari kursi, mereka pun sangat lahap menikmati menu kafe.   Setibanya di tempat parkiran, Sandra tak sengaja melihat mobil mewah yang tak asing baginya terparkir tak jauh dari mobilnya. Sandra tahu betul siapa pemilik mobil mewah yang ia lihat.   Vino memerhatikan Sandra, ia melihat ke arah mana kedua mata Sandra tertuju.   "Ada apa?" tanya Vino penuh selidik. Pasalnya, Sandra berdiri seperti patung dan matanya tak berkedip dengan mulut setengah terbuka.   "Heii, apa kamu lihat sesuatu?" Vino menepuk bahu Sandra untuk menyadarkannya.   Melihat ekspresi Sandra masih sama, Vino akhirnya menyadari apa yang terjadi. Sandra tengah melihat orang yang baru saja keluar dari mobil mewah itu.   ***     Sebuah kutipan mengatakan, 'saat seorang pria mengaku 'single', dan meyakinkan tak ada ikatan apapun dengan wanita manapun, jangan mudah percaya. Terlebih ia laki-laki tampan yang kaya raya. Jangan terburu-buru mengambil keputusan untuk menerimanya dan masuk dalam perangkap bernama 'cinta sejati', kau perlu banyak waktu untuk membuktikan kebenaran. Jika tidak, hatimu akan hancur lebur oleh permainan yang laki-laki itu buat'. Kini, Sandra mulai setuju dengan kutipan dalam buku tersebut, yang sudah ia baca minggu lalu. Akhir-akhir ini Sandra memang gemar membaca non fiksi yang membahas tentang asmara atau bagaimana cara menjaga hubungan agar tetap langgeng.   Kenyataan pahit harus dirasakan Sandra di Minggu pagi saat ia dan Vino hendak meluncur ke alamat rumah Allea. Akhirnya rencana itu gagal, Sandra merasa dikhianati oleh Wiranto dan hatinya hancur. Vino sendiri tidak tahu apa yang harus ia perbuat saat melihat Sandra terpukul, mantan kekasihnya itu terisak-isak dan segera mengajak Vino pulang.   Dalam perjalanan pulang, Sandra baru mengakui pada Vino bahwa ia sudah menjalin hubungan dengan klien baru Andreas itu, Wiranto Putra, seorang pengusaha kaya yang baru-baru ini menjalin kerja sama dengan perusahaan Andreas.   Awal perkenalan Sandra dan Wiranto terbilang normal, hanya sebatas urusan pekerjaan. Tidak ada kesan istimewa, hanya saja Sandra sering disuruh Andreas menggantikannya menemani Wiranto berkeliling pabrik sembari menjelaskan banyak hal tentang perusahaan. Sandra memang gadis pintar dan energik, ia seorang pekerja profesional dalam bidang yang ditanganinya. Dari segi penampilan, style-nya cukup berkelas. Maka dari itu Wiranto senang dan selalu memuji Sandra.   Cinta di hati Sandra hadir begitu saja, ia sering memerhatikan Wiranto diam-diam. Bagaimana cara laki-laki itu bicara, menatap, tersenyum, dan caranya yang selalu tampil elegan. Sandra benar-benar kagum. Sebagai laki-laki penakluk banyak hati wanita, Wiranto tidak perlu mendengar pengakuan dari mulut Sandra, ia bisa tahu melalui tatapan mata Sandra bahwa gadis itu menyukainya. Kesempatan baik bagi Wiranto jika ia berhasil menjalin hubungan dengan Sandra, seorang kepercayaan Andreas.   "Astagaaa, betapa bodohnya aku," lirih Sandra, ia membesut hidungnya dengan tisu. "Harusnya aku segera cari tahu saat dia bilang tidak terikat hubungan dengan wanita manapun."   Vino yang menggantikan Sandra menyetir mobil hanya bisa menyimak, ia menjadi pendengar yang baik untuk Sandra. Perasaan iba itu ada, justru Vino diam-diam mengkhawatirkan kondisi Sandra, gadis itu tampak pucat sekarang.   Vino melajukan mobil dengan kecepatan sedang, perjalanan lebih lancar sekarang, mungkin karena sudah menjelang siang orang-orang berkendaraan jadi lebih santai.   Suasana menjadi hening, Vino menoleh pada Sandra, rupanya ia sudah tertidur pulas setelah bercerita sambil menangisi nasibnya.   ***   Rencana mencari alamat rumah Allea tertunda. Sandra sudah di apartemennya ditemani Vino, perasaannya kacau dan hatinya hancur, saat melihat Wiranto bergandengan mesrah dengan wanita lain, entah kekasih baru atau istrinya.   Vino menyedu teh manis hangat untuk Sandra, agar perasaan gadis itu lebih tenang. Tetapi Sandra tak ingin apapun kecuali mengempaskan tubuh di ranjang dan menenggelamkan wajahnya ke bantal. Sandra membenci dirinya sendiri.   Vino duduk di sofa panjang tak jauh dari ranjang, ia terus menatap Sandra iba. Pengkhianatan sudah banyak memakan korban. Melihat Sandra, Vino seperti memutar ulang memori kenangan pahitnya saat di mana dulu ia melihat Sandra berduaan dengan laki-laki lain. Seperti ada sembilu menancap di ulu hati begitu dalam, pedih tak terelakkan. Pedih itu kini menyerang Sandra bertubi-tubi, setelah menelan kepahitan karena ditipu laki-laki payah, Sandra kembali merasakan pahit tuk kedua kali oleh laki-laki kaya. Hidup seakan mengajarkannya tentang karma.   Kepala Vino seketika terasa pening dan berat, pandangannya berair dan mengabur. Ia terpaksa memejamkan mata sejenak agar tubuhnya kembali rileks.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN