Mila tidak menyukai Adriel Dirgantara! Pria itu menjadi pria yang berada di urutan pertama daftar blacklist yang ia miliki. Adriel benar-benar membuat dirinya gagal menonton film yang ia incar karena Adriel menahannya untuk menjadi kuli angkut pria itu. Tiket yang ia beli akhirnya terbuang sia-sia. Pria itu berbelanja dan Mila dihukum sebagai kuli angkut belanjaan pria itu dan pria itu seakan tidak memiliki indera pendengaran saat Mila melayangkan protesnya. Mila dengan tubuh mungilnya membawa segala kantung belanjaan si ghendeng hingga pria itu selesai berbelanja dan meletakan semua plastik itu ke dalam mobil pria itu. Barulah keapesannya selesai.
Semenjak hari apes pangkat seratus dimana ia tidak sengaja bertemu dengan bos ghendeng itu, Mila selalu memandang Adriel dengan tatapan permusuhan walau tidak ia ucapkan secara langsung dengan kata-kata.
"Hukuman kamu hari ini selesai. Jangan coba-coba cerita sama siapapun mengenai apa yang terjadi hari ini saat di kantor hari senin nanti kalau kamu tidak ingin berada dalam masalah yang semakin besar, Aprilia Kamila."
Hari-hari berikutnya Mila memilih menghidari Adriel dan hari ini adalah hari senin. Seperti biasanya setiap hari senin departemen itu mengadakan meeting mingguan untuk pendistribusian project baru dan membahas perkembangan pekerjaan masing-masing lini. Namun Mila yang masih kesal dengan atasannya memilih meminimalisir bersinggungan melalui tatapan atau percakapan selain membahas mengenai project lini usaha yang ia pegang. Wanita itu takut tidak mampu menahan mulutnya untuk menyemburkan kalimat yang membuat dirinya semakin berada dalam posisi sulit karena bos ghendengnya itu.
Selesai meeting pun Mila pun memilih fokus bekerja hingga ia mampu menyelesaikan semua deadlinenya dalam rangka mengalihkan moodnya. Mila menyerahkan pekerjaannya pada Adriel melalui email setelah wanita itu yakin betul tidak ada poin yang bisa membuatnya berada dalam posisi sulit. Mila bahkan sudah memastikan tidak ada typo yang muncul dalam hasil pekerjaannya yang berpotensi membuatnya dicemooh habis-habisan oleh atasan ghendengnya itu.
"Mila, ke ruangan saya sebentar," Adriel berucap sambil berjalan lurus ke arah ruangannya.
Mila pun mengangguk dan mengambil buku catatannya sambil menghela nafas panjang. Mila sudah menyerahkan pekerjaannya pada Adriel semenjak tiga jam yang lalu dan kini sudah hampir pukul lima sore. Seharusnya sebentar lagi adalah jam pulang kerjanya dan ia kini malah terjebak bersama si ghendeng yang memintanya menghadap ke ruangannya. Sungguh apes nasibnya ini.
Mila dengan pasrah pun masuk ke dalam ruangan Adriel setelah mengetuk pintu ruangan pria itu. Mila masuk ke dalam ruangan setelah sang penunggu dalam ruangan itu sudah memberikan izin untuknya masuk ke dalam ruangan itu.
"Duduk," Adriel berucap dengan nada bossy. Mila yang memang tidak menyukai atasannya itu selalu menilai pria itu dengan pandangan negatif. Jelas karena pertemuan mereka di mall waktu itu yang menjadi alasan utama dan jelas pertemuan tidak sengaja itu bukanlah sebuah pertemuan yang menyenangkan.
Ya, dan Mila pun segera duduk melakukan apa yang Adriel ucapkan. Mila masih cukup sadar diri akan posisinya saat ini. Ia berada di dalam jam kerja yang artinya Mila adalah karyawan yang ada dibawah pimpinan Adriel. Mila juga tidak ingin dipecat dengan alasan konyol sehingga Mila memilih untuk mengikuti ucapan Adriel.
"Saya sudah baca review yang kamu kirim..." Adriel menjeda kalimatnya sesaat sambil memandang Mila. Mila kini sedang menatap Adriel dengan tatapan yang Adriel bingung bagaimana cara menggambarkannya.
Mila yang merasa bingung pun otomatis mengerutkan alisnya menatap pria itu. "Ada apa, Pak?"
Adriel baru saja membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan yang Mila ucapkan pun terpaksa menelan kembali ucapannya dan justru membulatkan matanya melihat aksi sepupu gilanya yang tiba-tiba muncul membawa kehebohan.
Pria itu tiba-tiba muncul dan masuk ke dalam ruangan Adriel dengan terburu-buru sambil menutup pintu pria itu pun berucap, "ADRIEL DIRGANTARA! LO MAU NIKAH SAMA BELINDA KARENA DIJODOHIN? SERIOUSLY?!"
Adriel kaget bukan main. Jika saja pria yang baru saja membocorkan rahasianya itu bukan orang yang penting dalam perusahaan tempatnya bekerja saat ini, jika saja pria itu bukan kakak sepupunya, jika saja ia memiliki kekuatan super untuk dengan cepat membekap mulut ember pria itu dengan benda apapun yang berada di atas meja kerjanya saat ini, Adriel bersumpah akan melakukannya dengan segera agar rahasianya tetap tersimpan rapat.
"MAS!"
Bentakan Adriel membuat Ryandra sadar bahwa ia melakukan kesalahan. Ryandra Algantara meringis melihat siapa yang duduk dihadapan Adriel saat ini. Pria itu pun langsung memasang wajah sok berwibawa pada Mila, "Saya harap kamu enggak bocor soal apa yang kamu dengar barusan, Mil. Terutama sama senior-senior kamu di depan itu."
Adriel spontan mendengus, "Lo paling pinter cari masalah emang. Dateng-dateng bikin masalah. Honeymoon lo udah kelar jadi kangen cari masalah?" Adriel bertanya dengan nada sinis.
Ryandra terkekeh, "Sorry, Driel. Gue kaget jadi spontan. Mila bisa dipercaya kok," Ryandra menatap Mila dan mengedipkan sebelah matanya pada Mila sambil berucap, "Ya, kan, Mil?"
Adriel mendengus kesal melihat aksi Ryandra, "Sakit mata lo? Gue laporin sama bini lo tau rasa."
Ryandra terkekeh. Mila pun berharap kursi yang ia duduki saat ini memiliki kemampuan khusus mampu membaca pikirannya dan membawanya keluar dari ruangan yang super canggung ini.
"Udah ah. Lo bikin Mila dalam posisi serba salah, Driel." Ryandra berucap dengan nada santai sambil duduk di sofa yang berada dalam ruangan Adriel.
Adriel mendengus kesal, "Lo yang bikin semua jadi awkward, Mas. Ngapain dateng-dateng udah kayak emak-emak rumpi."
Ryandra tertekeh mendengar ucapan Adriel, "Gue kan udah bilang, gue pengen tau kebenaran berita itu."
"Iya bener, udah puas? Pergi lo sana!" Tanpa pikir panjang, Adriel menjawab pertanyaan Ryandra dan mengusir biang masalah itu dengan segera. Mood Adriel anjlok ke dasar jurang karena kakak sepupunya itu.
Ryandra yang menyadari bahwa Adriel sedang benar-benar kesal pun mengangkat kedua tangannya memberi tanda isyarat menyerah dan pergi dari ruangan itu.
Adriel pun mendengus kencang lalu menatap tajam Mila. Pria itu bersedekap dan menatap tajam wanita itu, "Jangan berani-berani kamu bocor soal apa yang kamu denger barusan. Enggak ada yang tau soal ini dan kalo sampai saya denger ada yang bahas soal ini maka artinya kamu udah bocorin rahasia ini dan saya gak akan segan-segan bikin perhitungan sama kamu, Aprilia Kamila." Adriel berucap dengan nada peringatan yang terang-terangan ia perlihatkan.
Kini Mila merasakan dua perasaan dominan yang menguasai hatinya saat ini. Jijik dan kesal. Mila pun memberi tatapan jijik yang tidak ia tutup-tutupi. Mila sudah kesal dengan pria itu lalu ia mendengar ucapan pria itu barusan, Mila bersumpah kalau Adriel akan menjadi penghuni permanen urutan pertama pria yang ia blacklist. "Untungnya apa saya bocorin apa yang Pak Ryandra ucapin barusan? Emang beritanya bisa jadi uang? Berita penting? Hiihhh.. emangnya situ siapa? artis? anggota kerajaan? anak presiden? Bukan, kan?"
Ugh! Masa bodoh dengan tata krama, sopan santun atau apapun sejenisnya. Mila sudah tidak mampu menahan diri. Mila masih kesal dengan tindakan seenak jidat Adriel sewaktu di mall.
Adriel yang mendengar ucapan Mila pun spontan melongo mendengar jawaban santai tapi nyelekit yang Mila ucapkan. Adriel bahkan bingung menanggapinya. Dirinya memang bukan artis tapi tidak ada yang tau mengenai statusnya selama ini.
Sementara itu Mila tersenyum sinis melihat keterdiaman Adriel. Jelas ucapannya tadi adalah sebuah tindakan skakmat sepeti dalam permainan catur. Mila tidak akan membiarkan pria itu beriskap seenaknya lagi. Mila memutuskan untuk melawan karena ia tidak ingin kembali menjadi posisi minoritas hanya karena ia posisinya adalah karyawan pria itu. Mila memutuskan untuk melawan.
"Saya permisi, Pak. Sudah jam pulang saya." Mila pun meloyor pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan dongkol bukan main.
Sepeninggal Mila, Adriel menghela nafas panjang. Adriel cukup kaget dengan aksi Ryandra. Kakak sepupunya memang suka membuat masalah namun Adriel tidak menyangka kalau ia akan menjadi salah satu 'korban' pria itu. Kelakuan Ryandra spontan mengingatkannya dengan rencana gila kedua orang tuanya yang ingin menjodohkannya dengan putri kolega mereka sebagai balasan atas pemberontakkannya tidak mengikuti profesi kedua orang tuanya serta adiknya yang semua berprofesi sebagai dokter.
***
"Mil, Lo belom pernah dikirim buat ikut seminar kan? Mending lo cari seminar yang bagus buat upgrade diri. Dulu Keyra sering kok ikut seminar dan perusahaan juga bolehin selama itu relate sama kerjaan lo. Lo bisa ajuin sama Adriel," Bayu berucap sambil berdiri di depan meja Mila dengan secangkir kopi yang baru saja ia buat.
Mila memandang ragu Bayu.
"Pelatihan juga boleh. Gue dulu sering ikut." Luna yang sudah kembali dari cutinya ikut masuk menanggapi ucapan Bayu.
Mila berpikir sejenak, "Tapi bos kita kan udah ganti, Mas. Emang masih sama tuh?"
Bayu mengangguk, "Dari HR kok itu."
"HR ya? Gue coba tanya sama Mas Reyhan deh,"
"Reyhan? Ini Reyhan yang sering ketemu sama lo di bawah, Mil?" Lukman yang kepo pun ikut masuk dalam pembicaraan itu.
Mila pun mengangguki pertanyaan Lukman. Lukman hendak menanggapi ucapan Mila namun kata-kata Lukman harus ia tahan saat pintu ruang kerja Adriel terbuka. Adriel keluar dari ruangannya lalu jalan menuju meja Bayu, "Bay, Nanti minta tolong handle kantor dulu ya. Saya ada meeting F&B di Karawaci."
Bayu langsung memberikan gerakan hormat, "Siap, komandan. Eh, ke Karawaci naik heli dong? Mila diajak gak tuh?"
Adriel spontan mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan Bayu dan Mila melihat ekspresi itu. Mila menatap bosnya dengan tatapan datar dan ketika pandangan mereka bertemu saat Adriel menoleh menatap ke arahnya dan memberikan senyum yang sangat-sangat-sangat-sangat menyebalkan dimata Mila. Sebuah senyum sinis dimana hanya sebelah bibir pria itu yang terangkat ke atas.
"Kenapa dia mesti ikut? Emang dia siapa? Artis? Anggota kerajaan? Anak Presiden? Yang mau meeting kan saya. Biar urusan F&B juga kan gak harus sama dia."
BHOOMMM..!! Mila kaget. Nyinyir abis mas broo.. Adriel barusan membalas ucapannya kemarin? WOW! Jadi bosnya itu menyimpan dendam padanya? Adriel baru saja melemparkan bom peperangan secara terang-terangan. Sepertinya pria itu amnesia kalau Mila menyimpan rahasianya yang bisa ia bocorkan kapan saja.
Keterkejutan pun bukan hanya terjadi pada Mila namun semua orang yang berada di dalam ruangan itu. Terutama Bayu yang sampai melongo dengan mulut terbuka memandangi Mila dan Adriel bergantian. Bayu hendak bertanya pada Adriel namun pria itu sudah melenggang pergi begitu saja.
Mila tidak melepaskan pandangannya dari pria itu. Hingga saat pintu tertutup sempurna, semua orang langsung beranjak dari tempat duduk mereka mendatangi tempat Mila.
"Lo apain bos baru sampe begitu, Mil? Lo mau jadi titisannya si Keyra beneran? Bos kok diajak gelut," Bayu dengan cepat bertanya dengan nada penasaran sekaligus heran, pasalnya Adriel menatap Mila dengan wajah kesal.
Mila yang mendengar pertanyaan Bayu pun spontan mendelik menatap Bayu, "Gue bikin dia kesel? Yang ada juga dia yang bikin gue kesel, Mas."
Bayu mengerutkan alisnya spontan dan saling bertukar tatap dengan teman-temannya yang lain, "Dia bikin elo kesel? Emang dia apain elo sampe lo kesel?" Bayu bertanya lagi dengan nada heran.
"Tapi janji jangan cerita ke siapa-siapa ya?" Mila memandang para seniornya dan teman satu ruangannya dengan wajah serius.
Bayu, Emily, Hilman dan Langit saling berpandangan dan keempatnya menyeringai satu sama lain dan keempatnya dengan mantap mengangguk, "Iya, Rahasia kita."
Mila belum sadar betul, Jika berhubungan dengan para senior cungpret, 'Rahasia kita = rahasia satu kampung', Mila pun menceritakan apa yang terjadi di mall waktu itu. Lalu ia membalasnya dengan mengerjai Bosnya itu. Hanya kejadian di mall karena kejadian di ruang Adriel kemarin sore akan ia simpan sebagai rahasianya sendiri.
"Jadi lo gagal nonton film yang elo tunggu-tunggu banget karena si bos? Terus elo bilang si bos pergi sama cewek lain?" Langit merangkum cerita Mila.
Mila mengangguk. Mila menutupi cerita yang sebenarnya mengenai sindiran barusan sebenarnya berasal dari kejadian di ruangan Adriel kemarin sore. Tapi soal rencana pernikahan Adriel itu benar-benar rahasia. Ia tidak mau kena masalah kalau sampai berita itu tersebar karena ia pasti menjadi tersangka utamanya.
"Ya, pantes dia sewot. Lo sih menyelesaikan masalah dengan masalah. Orang dia mau kabur malah elo masukin kandang singa. Dia mungkin mau dikenalin sama anak gadis orang eh lo malah bilang dia lagi deket sama anak gadis lainnya. Ya, pusing dia nanti mikirin siapa anak gadis yang mau dia akui. Bisa jadi dia gak punya pacar atau punya tapi gak disetujui," Hilman berucap sambil terkekeh.
Mila pun dengan cepat membela diri, "Ya, mana gue tau. Gue kan disuruh tapi gak sampe tuntas kasi penjelasannya. Otak gue disuruh mikir cepet buat nemuin alesan, gue nemunya itu."
Bayu menggelengkan kepalanya, "Duh, jangan-jangan nasib lo sama ama si Keyra. Jodoh kali lo sama si bos."
"Nah!" Ardian dengan cepat menimpali.
Mila memutar bola matanya spontan sambil menjawan, "Udah mau nikah, Mas."
Duh! Mati. Keceplosan kan aing.