“Ya, halo? Ada apa, Nazhan? Kenapa tiba-tiba menghubungiku? Bukankah kamu tengah menikmati waktumu?” tanya Theo pada Nazhan yang baru saja menghubunginya setelah sekian lama.
“Apa sekarang kau tengah mengejekku, Theo?” tanya balik Nazhan dengan nada yang tak kalah kesal. Mendengar nada bicara Nazhan yang kesal, Theo pun mengernyitkan keningnya bingung.
“Hei, jika kamu hanya menghubungiku untuk meluapkan rasa kesalmu padaku, sebaiknya kuputuskan saja sambungan telepon ini. Aku memiliki banyak tugas yang perlu aku selesaikan. Hah, sebenarnya selama hidupku, aku tidak pernah bekerja sekerasa ini dan memiliki tugas sebanyak ini,” ucap Theo dengan setengah kesal. Ia memang tidak berbohong. Theo melirik setumpuk dokumen yang harus i abaca dan setujui. Tentu saja itu adalah tugas yang harus Theo kerjakan sebelum waktu pulang tiba. Karena Theo sama sekali tidak ingin lembur atau menunda pekerjaannya untuk esok hari.
“Rasakan! Aku juga sama tersiksanya denganmu.”
Ucapan Nazhan tentu saja membuat Theo mengernyitkan keningnya dalam-dalam. Pria yang tampak mengenakan setelan jas lengkap tersebut memilih untuk melonggarkan simpul dasinya pelan. “Memangnya apa yang membuatmu tersiksa? Bukannya seharusnya kini kamu merasa bahagia karena sudah memiliki kedekatan dengan perempuan yang sudah mencuri hatimu?” tanya Theo tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
Theo mendengar Nazhan di ujung sambungan telepon menghela napas panjang, seolah-olah dirinya merasa begitu lelah dengan apa yang sudah terjadi. “Bagaimana jika aku tidak tersiksa, jika perempuan yang aku sukai, malah menyukai orang lain?”
“Memangnya, siapa yang dia sukai?” tanya Theo memang ingin tahu siapakah pria yang sudah mencuri hati perempuan yang disukai oleh sahabatnya.
“Kamu. Tahani menyukaimu,” ucap Nazhan membuat Theo meledakkan tawanya begitu saja. Theo merasa begitu konyol dengan apa yang sudah ia dengar dari Nazhan. Tahani menyukainya? Kenapa? Dan sungguh kasihan sekali sahabatnya itu karena ternyata hati perempuan yang ia sukai ternyata tanpa sadar sudah Theo curi. Padahal, Theo sendiri sama sekali tidak menyimpan perhatian pada Tahani. Theo bahkan tidak ingat dengan jelas wajah dari perempuan yang bekerja sebagai pelayan di kediaman Risaldi tersebut. Theo datang ke kediaman Risaldi tanpa tahu jika Nazhan bekerja di sana.
Theo datang ke sana benar-benar karena undangan Beltran. Ia menjadi perwakilan perusahaan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan baru. Jadi, Theo sama sekali tidak menyimpan perhatiannya pada ke sekelilingnya. Theo hanya fokus dengan tujuannya yang tak lain adalah untuk mengerjakan tugasnya sebagai seorang pemimpin perusahaan.
“Apa kamu sudah puas tertawa?” tanya Nazhan sarkas saat Theo baru saja menghentikan tawanya.
Theo menghentikan tawanya dan menjawab, “Ah, maaf. Aku sama sekali tidak bisa menghentikan tawaku. Jadi, bagaimana? Apa kamu akan menyerah?”
Nazhan menghela napas panjang untuk kesekian kalinya. Theo pun memilih untuk memutar kursi kerjanya dan membuatnya kini menghadap dinding kaca. Di mana dirinya bisa melihat pemandangan kota Jakarta yang penuh dengan bangunan tinggi, serta jalanan yang terus dipenuhi oleh kemacetan parah. Theo melemparkan pandangannya ke keramaian tersebut, sembari menunggu jawaban dari Nazhan.
“Sayangnya, aku sama sekali tidak akan menyerah,” ucap Nazhan membuat Theo menyeringai.
Theo memang sangat senang ketika Nazhan sudah seperti ini. Kenapa? Karena dirinya bisa melihat sisi polos Nazhan yang sering terlupakan. Theo sendiri tidak mengerti bagaimana bisa seorang Nazhan bisa memiliki sisi seperti ini? Rasanya, sikapnya ini begitu berbanding terbalik dengan tampangnya yang sudah begitu menunjukkan seorang pria dewasa yang memiliki kematangan emosi. Hei, bukannya Nazhan belum dewasa, hanya saja ada satu sisi dalam dirinya yang memang belum tersentuh. Ya, sisi romansa dalam diri Nazhan belum mendapatkan pengalaman sedikit pun.
Di sisi lain, Nazhan sendiri tengah berpikir untuk tidak akan menyerah dengan mudah. Nazhan dididik untuk berjuang keras guna mendapatkan apa yang ia inginkan. Jadi, Nazhan tidak akan membiarkan Tahani pergi begitu saja, apalagi untuk jatuh ke dalam pelukan sahabatnya sendiri. Lagi pula, Nazhan tahu jika Theo sama sekali tidak tertarik pada Tahani, Theo memiliki seorang gadis yang ia sukai. Jadi, sangat tidak mungkin jika Theo menyukai Tahani.
“Tentu saja kamu tidak boleh menyerah secepat ini. Kamu sudah mengambil risiko sebesar ini hanya untuk mengejar perempuan yang kamu sukai itu.”
Nazhan kembali menghela napas panjang. “Ya, aku bahkan sampai bertukar posisi denganmu, Theo. Aku rela meninggalkan kursi direktur utama dan menjadi bodyguard, semua itu hanya untuk mendapatkan perempuan yang aku sukai. Karena itulah, aku tidak mungkin akan menyerah semudah ini. Aku akan berusaha hingga titik terakhir. Aku yakin, ia akan beralih menyukaiku, karena sadar jika aku lebih menawan daripada dirimu,” ucap Nazhan penuh percaya diri.
Ya, Nazhan dan Theo memang bertukar peran. Nazhan bukanlah seorang bodyguard yang sesungguhnya. Nazhan adalah seorang putra dari keluarga Al Kharafi. Dialah sosok pemimpin cabang perusahaan Al Kharafi yang sesungguhnya. Hanya saja, Nazhan ternyata jatuh hati pada seorang perempuan yang ia lihat sekilas di sebuah pusat perbelanjaan di mana Nazhan tengah berkunjung untuk pekerjaannya. Saat itulah, tanpa pikir panjang Nazhan mencari semua informasi mengenai perempuan yang tak lain adalah Tahani tersebut. Nazhan pada akhirnya tahu jika Tahani adalah seorang pelayan di sebuah kediaman mewah.
Kebetulan pula, kediaman tersebut ternyata membutuhkan seorang bodyguard. Nazhan yang juga tahu jika sahabat sekaligus saudaranya, Theo Harmono juga tengah bekerja di sebuah perusahaan keamanan, segera menghubunginya. Nazhan menawarkan untuk bertukar posisi. Awalnya, tentu saja Theo menolak. Sejak awal, Nazhan sendiri sudah tahu jika Theo suka pengalaman baru, dan membawanya hingga bisa menjadi seorang bodyguard. Jadi, Theo tentu saja tidak mau terkurung di sebuah ruangan dengan setumpuk berkas. Namun, setelah Nazhan menjelaskan kondisinya, Theo pun mau bertukar posisi.
“Seharusnya, sejak awal kamu melalui jalan yang mudah saja. Kenapa kamu tidak menemuinya dengan identitasmu yang asli? Bukankah itu lebih mudah?” tanya Theo.
“Sayangnya, aku sama sekali tidak mau melakukan hal itu, walaupun aku bisa. Kenapa? Karena aku ingin dikenal sebagai Nazhan yang sederhana olehnya. Bukan sebagai Nazhan sang penerus keluarga Al Kharafi. Aku ingin memiliki kekasih tanpa dirinya tau semua latar belakangku. Aku ingin memiliki kekasih yang mencintaiku, hanya aku. Bukan mencintai semua latar belakangku.”
Kali ini Theo yang menghela napas panjang setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Nazhan. “Kamu benar-benar memandang hal ini dengan rumit. Padahal, jika kamu menggunakan posisi ini, kamu pasti bisa mendapatkan hati perempuan yang kamu sukai dengan mudah,” ucap Theo.
Apa yang dikatakan oleh Theo memang ada benarnya. Nazhan sama sekali tidak bisa memungkiri hal tersebut. Namun, Nazhan sendiri lebih dari percaya diri jika dirinya bisa mendapatkan hati Tahani tanpa perlu menggunakan identitasnya sebagai seorang penerus keluarga Al Kharafi. Selain itu, Nazhan sendiri yakin, jika Tahani bukanlah perempuan yang menyukai pria hanya karena status yang dimilikinya. Karena itulah, Nazhan tetap dengan keputusannya. “Aku percaya, jika dengan kesederhanaan ini, aku bisa mendapatkan hati Tahani. Aku pasti bisa membuat Tahani jatuh hati padaku.”
Sayangnya, Nazhan yang terlalu santai berbicara dengan Theo sama sekali tidak menyadari jika pembicaraannya sedang dicuri dengar. Apalagi, orang yang mecuri dengar bukanlah orang sembarangan. Ya, orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Puti. Gadis manis satu itu menyeringai dan membuatnya terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Jika Nazhan dan bodyguard yang lainnya melihat penampilan Puti saat ini, mereka pasti akan dengan kompak mengatakan jika Puti tengah dalam mode iblis cantik yang baru saja memunculkan tanduknya. Ya, itu tandanya jika aka nada sebuah ulah yang dibuat oleh Puti. Ulah yang akan membuat semuanya kacau balau.
Puti saat ini berdiri dan bersandar pada sebuah pilar yang terletak hanya beberapa langkah dari kursi di mana Nazhan duduk saat ini. Tentu saja, posisinya tersebut memungkinkan dirinya mendengar semua hal yang dikatakan oleh Nazhan. Mungkin, Puti memang tidak mendengar apa yang dikatakan oleh lawan bicara Nazhan di ujung sambungan telepon tersebut. Namun, apa yang ia dengar dari perkataan Nazhan rasanya sudah lebih dari cukup. Ya, itu semua sudah lebih dari cukup untuk menjawab semua rasa penasaran dan pertanyaan yang bercokol dalam pikiran Puti mengenai identitas Nazhan.
Sejak awal, saat Puti tahu jika Nazhan menggunakan kontak lensa untuk menutupi warna mata aslinya, sudah dipastikan jika Nazhan memang berusaha untuk menutupi identitas aslinya. Namun, Puti sama sekali tidak menyangka jika identitas Nazhan bisa sehebat ini. Hal itu semakin dikuatkan karena ternyata Nazhan menguasai bahasa Arab. Ya, sejak awal Nazhan memang menggunakan bahasa Kuwait yang sangat lancar. Jangan heran mengapa Puti bisa mengerti perkataan Nazhan meskipun pria itu menggunakan bahasa ibunya. Karena sebelumnya, Puti memang mempelajari bahasa asing tersebut sebagai bahasa pendamping.
Sebagai jenius, Puti memang menguasai beberapa bahasa. Karena itulah, saat dirinya mengenal Nazhan dan tertarik padanya, saat itulah Puti tanpa sadar Puti pun mengenal serta mengetahui banyak hal yang baru. Setelah tahu jika Nazhan besar di negara Kuwait, Puti pun belajar bahasa Arab. Saat ini, tentu saja Puti merasa sangat beruntung karena apa yang ia pelajari sama sekali tidak sia-sia. Karena pada akhirnya, lebih tepatnya saat ini dirinya bisa menggunakan kemampuannya untuk mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Nazhan.
Puti pun tidak berpikir untuk membuang waktu lebih lama lagi di sana. Lagipula, dirinya sudah mendapatkan hal terpenting yang bisa ia gunakan untuk mendapatkan hati Nazhan hanya untuk dirinya. Rahasia yang disembunyikan oleh Nazhan tentu saja bisa digunakan oleh Puti untuk menjadi sebuah senjata menjerat Nazhan. Tentunya kini Puti sudah bisa membuat rencana kasar, apa yang harus ia lakukan untuk membuat Nazhan lebih terpesona padanya. Tanpa bisa dihindari, kini suasana hati Puti melambung tinggi dengan baiknya. Ya, kini Puti tengah merasa begitu senang, dan alasan kesenangannya ini tak lain dan tak bukan adalah Nazhan.
**
Waktu makan malam tiba. Seperti biasanya, Puti, Yasmin, dan Agam makan bersama. Nazhan dan beberapa pelayan juga ada di sana untuk melayani serta menjalankan tugas mereka sebagai seorang pengawal. Yasmin sendiri mengambil lauk yang akan dinikmati oleh suaminya. Agam meminta ini dan itu, hampir semua lauk makan malam sudah bertengger dengan manisnya di atas piring makan malamnya. Hal itu terjadi, karena Agam tahu jika kali ini Yasmin lagi-lagi menghabiskan waktu di dapur untuk memasak. Padahal, selama ini Agam sudah melarang Yasmin untuk kembali masuk ke dalam dapur untuk memasak. Karena sudah ada pelayan yang jumlahnya lebih dari cukup untuk mengurus semua keperluan rumah tangga.
Namun, Yasmin tidak mau mendengarkan. Mungkin, untuk urusan berseih-bersih, Yasmin tidak lagi menyentuhnya. Namun, untuk masalah memasak, dan menyiapkan keperluan suami serta putrinya, Yasmin tidak akan bisa menahan diri. Yasmin selalu ingin mengerjakannya semua hal tersebut dengan kemampuannya sendiri. Setelah selesai memenuhi keinginan Agam, Yasmin pun menatap Puti yang tampak tengah dalam suasana hati yang baik. “Sayang, mau makan dengan lauk apa?” tanya Yasmin dengan bahasa isyarat.
“Dengan apa pun, Bunda. Puti suka semua masakan Bunda,” jawab Puti sembari menyunggingkan senyuman manisnya.
Yasmin mengangguk dan mengelus puncak kepala Puti sebelum mengambilkan lauk yang sekiranya akan membuat Puti makan dengan lahap. Setelah itu, Yasmin pun duduk di tempatnya. Agam memulai acara makan malam keluarga tersebut. Makan malam tersebut terlihat berjalan dengan lancar. Tidak ada pembicaraan apa pun sebelum Agam menangkap ada sesuatu yang aneh pada diri putri kesayangannya. Agam mengernyitkan keningnya dalam-dalam saat menyadari suasana hati Puti sangat baik mala mini. Bahkan, Puti terlihat sangat ceria, berbeda dengan Puti yang biasanya terlihat tenang, selalu mempertimbangkan apa pun yang ia lakukan, hingga terlihat misterius dengan apa yang ia pikirkan.
Agam pun tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Apa ada hal baik yang terjadi? Kenapa kamu terlihat sesenang ini, Puti?”
Puti yang sebelumnya tengah menggigit cumi goreng tepung yang memang tidak pernah absen di setiap waktu makannya, mengangkat pandangannya pada sang ayah. Namun, Puti tidak terlihat terburu-buru memberikan jawaban pada Agam dan memilih untuk mengunyah makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Setelah selesai dengan kunyahannya, barulah Puti menjawab, “Ya, ada hal baik yang terjadi. Apa Puti terlihat sebahagia itu?”
Kali ini Yasmin mengangguk saat mendengar putrinya bertanya seperti itu. “Kamu terlihat sangat bahagia, berbeda dengan biasanya. Bunda bahkan sampai cemas melihatmu seperti ini. Memangnya, apa yang bisa membuatmu sampai sebahagia ini? Bunda sangat penasaran. Apakah Puti tidak mau memberitahu Bunda?” tanya Yasmin menggunakan bahasa isyaratnya.
Apa yang dikatakan oleh Yasmin memang hal yang sesungguhnya. Selama ini, Puti memang selalu terlihat bosan. Seakan-akan, di dunia ini tidak ada satu pun hal menarik yang bisa membuatnya senang. Namun, apa yang bisa membuat Puti seantuias dan sebahagia ini? Apa kabar baik yang disebutkan oleh Yasmin? Agam pun merasa penasaran dan menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Puti nantinya. Sayangnya, Puti terlihat enggan menjawab sesegera mungkin. Ia malah menyunggingkan senyuman manis yang membuat Agam yang melihatnya semakin mengernyitkan keningnya.
Puti yang melihat raut penasaran ayah dan bundanya tentu saja tergelitik untuk terus tersenyum. Namun, ia tidak tega membuat bundanya menunggu lebih lama atas pertanyaan yang diberikannya tadi. Jadi, Puti pun menjawab, “Puti menemukan sesuatu yang menarik hari ini. Saking menariknya itu, Puti sama sekali tidak berpikir untuk melepaskannya.” Puti pun secara terang-terangan melirik Nazhan. Hal tersebut membuat bulu kuduk Nazhan berdiri secara serentak. Pria itu menelan ludah dengan kelu. Ia segera berpikir dan mengingat apakah hari ini dia sudah membuat kesalahan hingga menyebabkan sang iblis cantik kembali muncul?
Namun, Puti melepaskan pandangannya begitu saja dari Nazhan dan kembali menatap kedua orang tuanya dengan senyum lebar yang membuat mereka semakin penasaran akan hal yang sudah membuat Puti sebahagia ini. Yasmin mengerucutkan bibirnya dan meminta Puti untuk kembali menceritakan dengan lebih jelas mengenai penyebab kebahagiaan yang ia rasakan. Hal itu berbeda dengan Agam yang mulai bisa menangkap sinyal yang tadi diberikan oleh putrinya. Agam mengernyitkan keningnya dan tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Ya, Agam sibuk dengan dunianya sendiri dan mengabaikan apa yang tengah dibicarakan oleh Yasmin serta Puti saat ini. Tiba-tiba, firasat buruk datang pada Agam. Firasat buruk jika dirinya akan kehilangan putrinya yang manis, karena sang putri cantik sudah menemukan tambatan hati di usianya ini.