Bodyguard Pilihan
Tahun ini, Puti Grahita Risaldi tepat berusia dua puluh tahun. Putri dari pasangan Yasmin dan Agam tersebut, kini sudah siap untuk melanjutkan pendidikan tingginya setelah dua tahun rehat dan menikmati waktu untuk mendalami semua hobinya. Ya, setelah lulus sekolah menengah atas, Puti memang tidak segera melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Puti mengatakan jika belajar terasa membosankan karena dirinya selalu mendapatkan nilai sempurna. Jangan heran dengan apa yang dipikirkan oleh Puti ini, karena sejak kecil, Puti memang memiliki cara berpikir unik yang tidak bisa ditiru oleh siapa pun.
Pada akhirnya, dengan apa yang dipikiran dan diutarakan olehnya, Puti pun mengambil waktu istirahat selama dua tahun. Tentu saja, semua itu didukung oleh Yasmin dan Agam. Bagi keduanya, kebahagiaan Puti adalah hal yang paling penting. Lagi pula, selama ini Puti tidak membuang waktunya dengan hal yang sia-sia seperti berpesta atau berfoya-foya di tempat hiburan malam atau sejenisnya. Puti tidak memiliki ketertarikan pada hal-hal tersebut, tentunya hal itu menjadi sebuah kebanggaan bagi Agam dan Yasmin sebagai orang tua. Setidaknya, meskipun Puti rehat, Puti mengisi waktu selama itu untuk kegiatan yang positif. Sangat-sangat positif malahan, hingga Yasmin dan Agam bahkan tidak perlu merasa khawatir mengenai apa pun.
Selama dua tahun ini, Puti memperdalam kemampuan bermusik, melukis, dan berkuda yang memang menjadi beberapa hal yang ia dalami dari sekian hobi yang dimiliki oleh Puti. Namun, setelah dua tahun rehat, kini Puti sudah siap untuk melanjutkan pendidikannya lagi. Puti juga sudah mantap dengan jurusan yang akan ia ambil dalam perkuliahannya nanti. Puti, ingin memiliki gelar sarjana kedokteran, untuk spesialisasinya, akan Puti pikirkan selama masa kuliahnya berlangsung. Agam dan Yasmin sendiri sama sekali tidak melarang Puti untuk masuk jurusan apa pun, asalkan hal itu sesuai dengan minat dan bakat putri cantik mereka itu. Karena sebenarnya, Yasmin dan Agam sendiri tahu jika Puti memilki banyak bakat yang perlu dan sangat bisa untuk dikembangkan.
Tentu saja, Puti senang dengan semua kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya ini. Puti juga menikmati waktu dua tahun di mana dirinya bisa melakukan apa pun yang ia suka, termasuk menghabiskan waktunya bersama kedua orang tuanya di rumah. Namun, setelah semua kebebasan tersebut, kali ini Puti dihadapkan dengan hal yang tidak ia sukai. Puti mengerucutkan bibirnya dan memilih untuk memeluk Yasmin. Puti terlihat ingin mengadu pada ibunya yang kini menatap lelah pada suaminya.
“Bunda, Puti tidak mau semua itu,” ucap Puti mengadu pada Yasmin. Ya, tempat Puti mengadu adalah Yasmin. Karena Puti yakin, jika untuk menghadapi ayahnya, hanya bundanya lah yang bisa menjadi pendukungnya. Yasmin akan menjadi pendukung yang sangat kuat, hingga Puti bisa mengalahkan ayahnya yang selalu saja bertingkah menyebalkan di mata Puti. Ya, bagi Puti, Agam selalu saja terlihat menyebalkan. Berbeda dengan Yasmin yang selalu membuatnya nyaman dan hanya dengan melihatnya saja bisa membuat Puti senang.
Agam yang melihat tingkah Puti tentu saja menghela napas. Ia sudah bisa menebak jika Puti pasti akan bereaksi seperti ini. Karena itulah, Agam sudah menyiapkan tameng agar putrinya itu tidak bisa melarikan diri dari apa yang sudah ia tetapkan. Agam menatap putrinya yang sudah tumbuh dewasa. Putrinya yang sudah tumbuh dengan baik, dan tampak begitu persis seperti ibunya di waktu muda. Sosok perempuan muda yang tampak membawa kecantikan alami yang akan dengan mudah menarik perhatian serta membuat siapa pun yang melihatnya tanpa sadar jatuh hati padanya.
“Sayang, Ayah sama sekali tidak akan membiarkanmu kuliah, kalau kamu tidak mau menuruti apa yang sudah Ayah tetapkan ini,” ucap Agam tegas dan membuat suasana hati Puti semakin memburuk saja. Puti melepaskan pelukannya pada Yasmin dan menatap ayahnya dengan penuh kekesalan. Puti benar-benar jengkel pada ayangnya hari ini. Padahal, sebelumnya semua sudah berjalan dengan lancar. Namun kenapa ayahnya ini malah membuat ulah dan membuatnya kesal?
“Ayah jangan terlalu berlebihan! Jika Ayah tidak berlebihan, Puti pasti akan menurut. Ini sudah berlebihan, dan Puti tidak mau menurut. Puti tidak mau!” seru Puti keras kepala. Ya, Puti tidak mau mengalah begitu saja, dan mengikuti apa yang sudah ditetapkan oleh Agam. Puti menganut ilmu pantang mundur saat melawan ayahnya.
“Kalau begitu, Ayah juga tidak akan mengizinkan Puti untuk ke luar dari rumah dan mengikuti perkuliahan seperti yang Puti rencanakan sealama ini,” ucap Agam tak kalah keras kepala dari putrinya. Hei, sebelum Puti, tentu saja Agam berada di posisi teratas yang paling keras kepala. Lalu, keras kepala itu menurun secara keseluruhan pada putrinya, Puti. Ya, sikap keras kepala Puti tentu saja menurun dari ayahnya itu. Mau tidak mau, Agam juga harus mencintai sikap keras kepala Puti tersebut. Karena dirinya sendirilah yang menurunkan hal tersebut pada putrinya sendiri.
Namun, rupanya Puti sama sekali tidak mau mengalah. Puti tahu jika dirinya sama sekali tidak bersalah, dan tidak ada salahnya untuk memperjuangkan apa yang ia harapkan. Karena itulah, Puti berkata, “Tidak mau. Ayah yang harus mendengarkan Puti. Memangnya apa yang Ayah pikirkan dengan melakukan hal ini? Memangnya, Ayah pikir Puti bisa dengan mudah didekati dan dilukai oleh orang-orang?” tanya Puti dengan nada tidak percaya dan sama sekali tidak menutupi nada jengkel dalam suaranya.
Yasmin mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Puti dengan lembut. Sebagai seorang ibu, tentu saja Yasmin mengerti dengan karakter putrinya ini. Ia yang mengandung dan melahirkannya, ikatan batinnya dengan Puti sangat kuat hingga ia tahu seberapa kesal Puti saat ini. Sejak kecil, Puti memang sangat tidak suka jika ayahnya menyiapkan pengawal atau secara lebih berkelas disebut sebagai bodyguard. Saat kecil, Puti yang tahu diikuti oleh bodyguard akan marah dan memukuli ayahnya dengan membabi buta. Namun, Agam sama sekali tidak kapok meskipun sudah berulang kali berhadapan dengan kemarahan putri mereka itu.
Agam memang selalu sangat protektif pada Puti dan Yasmin. Terkadang sikap protektifnya itu malah membuat Yasmin dan Puti merasa pusing sendiri. Sekarang saja, setelah mendengar kabar jika Puti akan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dan menjadi seorang mahasiswi, Agam pun segera menyiapkan puluhan bodyguard yang akan mengawal dan mengikuti ke mana pun Puti pergi. Baru saja, Agam menjelaskan apa yang ia pikirkan, dan apa yang akan dilakukannya dengan puluhan bodyguard yang baru Agam dapat dari perusahaan jasa keamanan. Entah berapa banyak uang yang harus dihabiskan oleh Agam untuk mendapatkan puluhan bodyguard profesional tersebut.
Puti menoleh pada bundanya saat merasakan sentuhan pada pipinya. Saat itulah, Puti mengubah ekspresi wajahnya menjadi kembali merajuk pada Yasmin. Hal itu membuat Yasmin mau tidak mau mengulum senyumnya. Puti kembali memeluk Yasmin dan bergalyut manja di sana. Yasmin mencium puncak kepala Puti sebelum merenggangkan pelukan dan menggerakkan jemarinya untuk mengatakan, “Sayang, menurutlah pada Ayah. Bunda tau, itu pasti tidak nyaman, tapi ingatlah Ayah dan Bunda tidak mungkin ingin membuatmu celaka. Ayah menyiapkan semua bodyguard itu untuk menjaga Yasmin.”
Puti mengerucutkan bibirnya. Ia tentu saja mengerti dengan semua isyarat tangan yang ditunjukkan oleh bundanya. Namun, Puti masih tidak mau menerima apa yang ayahnya tentukan. Puti tidak mau diikuti oleh bodyguard. Puti bisa menjaga dirinya sendiri. Berbeda hal dengan Puti, kini Agam tersenyum senang. Tentu saja ia senang, karena dirinya mendapatkan pembelaan dari istrinya. Agam yakin, jika dirinya akan menang. Ia pasti bisa menempatkan banyak pengawal di sekiatr putrinya, hingga mencegah para pemuda mendekati putrinya yang cantik. Tidak, Agam tidak rela jika sampai Puti jatuh hati pada pria sembarangan dan membuatnya terpisah dengan putri yang sangat ia cintai itu.
“Tapi, Bunda, Puti bisa melindungi diri sendiri. Lagi pula, Puti juga selalu bersama Alfa dan Tengku. Mereka lebih dari cukup untuk menjaga Puti,” sanggah Puti masih tidak mau memenuhi apa yang diinginkan oleh Agam.
Apa yang dikatakan oleh Puti tentu saja membuat Agam jengkel. Di saat-saat seperti ini, Agam tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika dirinya jengkel dengan sifat keras kepala Puti. Namun, Agam tidak mau menyela apa yang akan dikatakan oleh istrinya, karena itulah, Agam membiarkan Yasmi yang akan menunjukkan isyarat agar selesai mengungkapkan apa yang akan ia ungkapkan. “Baiklah, kalau begitu, Puti dan Ayah harus menurut pada Bunda. Pertama, Puti harus mengikuti apa yang Ayah inginkan. Puti harus memiliki seorang pengawal, sebelum melakukan aktivitas perkuliahan. Ini tidak boleh ditolak oleh Puti. Jika Puti masih menolak, Bunda akan mendukung Ayah untuk membatalkan izin kuliah Puti.”
Apa yang diucapkan oleh Yasmin tersebut, membuat Puti semakin kesal saja, karena merasa dirinya tidak mendapatkan dukungan dari bundanya. Sementara itu Agam tentu saja merasa di atas angin. Agam senang karena Yasmin sudah mendukung dirinya. Karena itulah, Agam yakin jika dirinya bisa melaksanakan semua rencanaya dengan sangat sempurna. Namun, selanjutnya Agam menelan pil pahit saat Yasmin melanjutkan apa yang ingin ia ungkapkan.
“Kedua, Ayah sama sekali tidak boleh memaksa Puti untuk dikawal oleh puluhan pengawan seperti itu. Bunda pikir, satu pengawal saja sudah lebih dari cukup untuk mengawal Puti. Seperti yang dikatakan oleh Puti, Puti memang memang memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri. Jadi, Bunda pikir satu pengawal saja akan cukup. Puti boleh memilih pengawalnya sendiri. Bunda akan membiarkan Puti untuk memilih pengawal sesuai dengan kriteria dan standar yang dimiliki oleh Puti. Dan Ayah sama sekali tidak boleh ikut andil dalam pemilihan ini. Siapa pun yang dipilih oleh Puti, nantinya akan menjadi pengawal pribadi Puti.”
Saat itulah Puti tersenyum senang. Ternyata, bundanya ternyata mengerti dengan apa yang ia inginkan. Puti menoleh dan menjulurkan lidahnya pada Agam. Ya, Puti mengejek Agam karena sudah terlalu percaya diri dengan apa yang ia pikirkan. “Yeay, Puti sayang Bunda. Bunda memang yang terbaik!” seru Puti sembari memeluk Yasmin dengan erat. Puti yakin, jika Yasmin pasti akan memberikan jalan tengah yang tidak hanya membuat salah satu di antara dirinya dan Agam yang senang. Yasmin selalu bisa menemukan cara agar semua orang mendapatkan kebahagiaannya. Karena itulah, cinta Puti pada ibunya sama sekali tidak bisa diukur, saking besarnya rasa cinta tersebut.
“Ayah tidak boleh berkomentar apa pun lagi. Bunda sudah memberikan jalan tengah. Jika Ayah menolak, maka Ayah yang akan rugi,” ucap Puti membuat Agam semakin dongkol.
Agam menatap Yasmin, meminta pembelaan. Namun, Yasmin hanya mengulas senyum dan menggelengkan kepalanya pelan. “Apa yang dikatakan oleh Puti benar, jika Ayah menolaknya, maka Ayah yang akan rugi. Ayah sama sekali tidak akan bisa menempatkan satu pun orang yang akan mengawal Puti. Apa Ayah mau seperti itu?” tanya Yasmin menggunakan isyarat tangannya. Tentunya, Yasmin tahu jika suaminya tidak akan marah meskipun ia tekan seperti ini. Paling-paling, nanti malam Yasmin harus bersabar karena Agam yang manja dan menyerangnya semalaman untuk meminta jatahnya sebagai seorang suami.
Agam yang melihat hal tersebut mengangkat kedua tangannya. “Baik, Ayah kalah. Ya, Ayah yang kalah. Bukannya Ayah selalu kalah jika menghadapi kalian?” tanya Agam setengah jengkel.
Hal tersebut membuat Puti tertawa renyah, sedangkah Yasmin mengulum senyum lebar. Yasmin membalas pelukan Puti, dan kembali mencium puncak kepala putrinya dengan penuh kasih. Agam yang melihat keduanya mau tidak mau merasakan dadanya yang menghangat. Kehangatan kasih sayang yang baru kembali ia rasakan setelah Yasmin masuk ke dalam kehidupannya. Agam baru merasakan kesempurnaan dalam hidup, begitu ia memiliki Yasmin dan Puti. Karena itulah Agam akan memastikan jika sumber kebahagiaan serta kesempurnaan hidupnya tidak akan tersentuh atau menghilang ke mana pun.
**
Sore hari tiba, Puti tentu saja sudah mandi sore dan mengenakan gaun rumahan yang nyaman serta menggeraikan rambutnya yang halus begitu saja tampa menggunakan hiasan rambut apa pun. Puti terlalu malas untuk memilih dan menggunakan salah satu hiasan rambut dari sekian banyak hiasan rambut yang ia miliki. Jangan tanyakan seberapa banyak tepatnya hiasan rambut atau aksesoris lain milik Puti, karena Puti tidak tahu pastinya. Hanya saja, jika semua dikumpulkan, Puti yakin jika dirinya bisa membuka sebuah toko aksesoris.
Puti menguap lebar dan menuruni tangga. Ia akan menuju beranda samping kediaman Risaldi, di mana di sanalah dirinya akan memilih salah satu bodyguard yang akan menjadi pengawal pribadinya. Puti mengernyitkan keningnya saat melihat Alfa dan Tengku yang tampak bercanda dan mendekat padanya yang kini berhenti melangkah dan bertahan di anak tangga terakhir. Alfa dan Tengku adalah saudara Puti, lebih tepatnya saudara sepupu. Jika Alfa adalah saudara sepupu dari pihak ayahnya, maka Tengku adalah saudara sepupu dari pihak bundanya.
Saat keduanya melihat Puti, keduanya dengan kompak memasang sebuah senyum dan menyapa Puti dengan riangnya. Jangan berpikir jika keduanya memang tipe pemuda yang berwatak ramah dan ceria seperti ini. Karena sebenarnya, keduanya hanya bersikap lepas seperti itu di hadapan Puti dan keluarga. Di mata Puti sendiri, keduanya tidak lebih dari dua anak lelaki yang sangat menyebalkan dan usil. Puti sudah menebak, sebentar lagi pasti dirinya akan mendengar ejekan dari keduanya. Benar saja, saat Puti mengabaikan sapaan keduanya dan melangkah dengan anggun menuju beranda samping, keduanya mengikuti sembari memberikan ejekan-ejekan yang menyebalkan pada Puti.
“Yah, gimana ya Puti sekarang bakal punya pengawal?” tanya Tengku dengan nada menjengkelkan. Ekspresi wajahnya juga tidak kalah menjengkelkan dengan nada bicaranya. Jika saja Puti melihatnya, sepertinya Puti tidak akan berpikir dua kali untuk memberikan pukulan telak pada hidung bangir Tengku dan membuatnya patah.
“Hm, iya. Pasti ke mana pun, dan di mana pun, nanti Puti selalu diikuti. Pasti itu sangat menyenangkan,” ucap Alfa dengan menekan kata menyenangkan dan terdengar sebagai sarkasme yang membuat telinga Puti gatal. Saking gatalnya, Puti sangat ingin membungkam bibir Alfa dan Tengku saat ini juga.
Namun, Puti sama sekali tidak berniat untuk merespons apa yang dikatakan oleh keduanya. Hei, itu bukan berarti Puti tidak kesal. Hanya saja, Puti tengah mencari ide, hukuman apa yang cocok, yang akan ia lakukan pada keduanya. Sementara Puti sibuk dengan pemikirannya, maka Alfa dan Tengku masih sibuk berkomentar dengan nada-nada yang sungguh menjengkelkan. “Ah, pasti nanti, Puti kesayangan Ayah Agam, akan kesulitan untuk melakukan tingkah-tingkah anehnya,” ucap Tengku masih belum puas dengan apa yang ia katakan.
“Tentu saja. Karena ada pengawal, pasti pengawal itu akan melaporkan segala tindak tanduk Puti pada Om dan Tante. Aku yakin, Puti mungkin akan menjadi hewan jinak nanti,” tambah Alfa. Tentu saja Alfa tidak mau kalah untuk memanas-manasi Puti yang sudah tentu tengah berada dalam kondisi hati yang sama sekali tidak baik. Meskipun Alfa dan Tengku sangat menyayangi Puti, serta selalu patuh pada perintah sepupu mereka tersebut, keduanya memang memiliki jiwa jail yang tidak bisa padam begitu saja.
Puti masih berekspresi datar dan membuka pintu penghubung yang akan membawanya ke beranda samping rumah. Namun, Puti tidak membiarkan pintu itu untuk terus terbuka. Beberapa saat kemudian, dengan gerakan yang cepat Puti kembali menutup pintu tersebut tepat saat Alfa dan Tengku akan melewati ambang pintu. Tentu saja, keduanya tidak bisa menghindar. Wajah tampan keduanya dengan menabrak daun pintu kaca dengan manisnya. Dengan kompak, keduanya mengerang, dan menggerutu saat Puti menoleh pada mereka dan mengendikkan dagunya dengan gaya yang menyebalkan.
Puti tampak sama sekali tidak merasa bersalah. Ia mengabaikan suara ringisan dan gerutuan yang ia dengar, gadis cantik satu itu lebih memilih untuk melangkah pada ayahnya yang tampak tengah berbicara dengan seorang pria yang tentu saja Puti kenali. Pria itu tak lain adalah Beltran Ludwig Nagendra. Satu-satunya putra dari keluarga Nagendra yang sejak lama sudah bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh Agam. Setelah memiliki Puti, Agam memang bisa kembali menjadi seorang CEO dan meninggalkan kursi rektor yang membuatnya bisa bertemu dengan Yasmin.
Beltran yang semula tengah sibuk berbincang dengan Agam, menyadari kehadiran Puti. Saat itulah, tanpa berpikir dua kali Beltran tersenyum manis. Siapa pun yang melihat kehangatan dalam keduan netranya bisa menyimpulkan jikda Beltran memiliki perasaan yang lebih dari sekadar sahabat pada Puti. Agam sebagai seorang pria dewasa yang sudah makan asam garam kehidupan tentu saja bisa menyadari hal itu. Diam-diam, Agam sendiri merasa kagum pada Beltran. Selama ini, Beltran terus menjaga perasaan itu, dan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
Agam juga kagum karena Beltran bisa tahan dengan sikap Puti yang terkadang, ah ralat! Bukan terkadang, tetapi sangat sering membuat orang-orang terkejut. Puti memang sering bertingkah dan terkadang, hal itu biasanya membuat Agam pening sendiri. Namun, Agam merasa semuanya masih berada dalam batas normal dan tidak bisa melarang Puti untuk tidak melakukannya. Selagi tidak membahayakan nyawa dirinya, dan nyawa orang lain, hal itu masih bisa diterima oleh Agam.
“Hai, Puti. Sepertinya, aku sangat jarang melihatmu. Bagaimana kabarmu, Puti?” tanya Beltran dengan senyuman yang tidak surut sama sekali. Di kedua netranya, ada kasih sayang yang terasa begitu tulus. Alfa dan Tengku yang menyadari tatapan penuh kasih Beltran pada Puti, tentu saja merinding bukan main. Meskipun keduanya tahu, jika Puti memiliki sejuta pesona yang bisa membuat setiap pria yang melihatnya jatuh hati, tetapi mereka yang menjadi Beltran, mereka tidak akan jatuh hati pada Puti.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Puti akan terlihat sangat mengerikan jika tengah maraha atau pun kesal karena sesuatu tidak terlaksana sesuai dengan rencananya. Namun, Alfa dan Tengku tentu saja tahu ungkapan yang berbunyi; Ketika orang jatuh cinta, semua terlihat indah. Tai kotok pun menjadi cokelat. Jadi, mungkin itulah yang dirasakan oleh Beltran. Hei, bukannya Alfa dan Tengku menyamakan Puti seperti kotoran ayam, hanya saja mereka menilai jika Beltran mengaggumkan karena bisa menerima Puti, bukan hanya kelebihannya, tetapi juga beserta kekurangan yang ia miliki.
“Baik, seperti yang kamu lihat,” jawab Puti singkat lalu menoleh pada Agam.
Puti masih terlihat kesal dan bertanya pada ayahnya, “Ayah, Puti pilih bodyguard nya sekarang juga, ya.”
Agam menghela napas dan mengangguk. Agam pun menggeser tubuhnya dan menunjukkan sekitar dua puluh orang pria dewasa yang sepertinya memiliki ukuran tubuh dan tinggi badan yang sama. Tanpa banyak kata, Puti melangkah pada par bodyguard yang mengenakan setelan pakaian serba hitam yang menjadi seragam mereka. Dengan gerakan anggun, Puti pun melangkah dan mengamati satu per satu bodyguard yang akan menjadi bodyguard pribadinya. Puti sebenarnya tidak memiliki standar khusus untuk pengawal yang akan ia pilih. Karena sebenarnya, Puti memang tidak ingin memiliki seorang pun pengawal pribadi.
Puti pikir, jika dirinya memang tidak akan memilih pengawal. Puti yakin, jika tidak aka nada satu pun orang yang bisa menarik perhatiannya. Namun, pikiran Puti terpatahkan begitu saja. Hal itu terjadi saat Puti tiba di hadapan pria di antara semua calon bodyguard-nya. Puti mengamati pria tinggi dengan bahu lebar di hadapannya. Puti bisa melihat jika pria di hadapannya ini tidak memiliki otot sebesar yang lainnya, tubuhnya juga tidak sekekar yang lainnya. Namun, Puti yakin jika pria ini memiliki ketahanan dan kekuatan yang tidak kalah dengan yang lainnya.
Puti lalu menatap wajah pria itu. Saat itulah, netra Puti dan netra pria tersebut bertemu tatap. Untuk pertama kalinya dalam hidup Puti, dirinya menemukan sebuah ketertarikan yang sebesar ini pada lawan jenis. Tentu saja Puti sendiri merasa terkejut dengan perasaan tertarik yang pertama kali ia rasakan tersebut. Puti sedikit menelengkan kepalanya dan berkata, “Mulai, saat ini kamu yang akan menjadi pengawal pribadiku.” Setelah mengatakan hal tersebut, Puti berbalik dan tersenyum pada ayahnya yang tampak terkejut dengan pilihan putrinya.
“Ayah, dia akan menjadi pengawalku. Aku hanya ingin dia, untuk yang lainnya, terserah Ayah mau diapakan,” ucap Puti lalu beranjak dari sana tanpa berniat untuk mendengar jawaban dari ayahnya.