BAB 6. Kembali ke Mall

1070 Kata
Sempat ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada pria di depannya. Namun sekali lagi, Zahra tidak berdaya di bawah tekanan dan mengatakan siapa namanya, "Zahra. Tuan, kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Sekarang, Kembalikan kunci mobilku." Pinta Zahra, ia menyodorkan telapak tangannya dengan mata menatap intens si pria.  Sebelum pria itu sempat memberikan kuncinya. Dari dalam pesawat, turun beberapa orang memakai jas hitam rapih, layaknya seorang bodyguard khusus yang ada di film-film movie. Jangan salah, meski Zahra seorang yang terlihat anggun dan ceria tanpa pikiran dan tontonan ekstrim. Nyatanya, ia menyukai film movie action. Ini juga Zahra menontonnya diam-diam agar tidak ketahuan oleh orang tuanya.  "Mr. Xandez, maafkan atas kesalahan kami yang membuat anda kehilangan banyak waktu dan menuai masalah. Pesawat sudah kami persiapkan dan siap lepas landas." Ucap salah satu dari mereka dengan aksen Bahasa Inggris yang kental. Pria berjas hitam kemungkinan adalah orang penting di sisi pria asing itu.  "Bagus. Bereskan kekacauan yang terjadi. Aku tidak ingin mereka melangkah lebih jauh dari ini." Ujar pria yang di panggil Mr. Xandez. "Sesuai perintah anda. Orang yang membuntuti anda sudah kami bereskan. Besok akan kami laporkan hasil dari penyelidikan kasus ini."  "Kalau begitu, kita berangkat sekarang. Namun sebelum itu, perintahkan beberapa anak buahmu untuk mengawal wanita di belakang ku sampai ke tempat tujuannya." Balas si pria lalu menoleh ke arah Zahra dan melemparkan kunci mobilnya. Zahra menyimak pembicaraan dengan aksen Inggris mereka yang kental. Meski samar-samar, ia paham dengan yang mereka bicarakan. Perhatian si pria beralih pada Zahra serta berkata, "Kembalilah baby. Anak buahku akan mengawalmu di belakang sampai tujuan. Aku akan pergi sekarang." Ucap pria yang dipanggil Mr. Xandez pada Zahra dengan nada menggoda. "Ya, itu lebih baik. Karena aku juga tidak betah berlama-lama di samping anda!" ujar Zahra jengah berurusan dengan pria asing. “Zahra, kita tidak seasing itu sehingga kamu memanggilku ‘anda’. Panggil aku Arza. Arzachel Xandez. Ingat itu baik-baik.” “Hm!” jawab Zahra sembari membuang wajah. Senyum seringai kembali Mr. Xandez sungging kan. Tangan nakalnya menyentuh wajah lembut Zahra dan kembali mengatakan : "Lain kali berdoalah, agar kamu tidak muncul lagi di hadapanku, baby. Atau jika saat itu tiba, aku benar-benar tidak akan melepasmu seperti sekarang ini dan menjadikanmu milikku selamanya."  Zahra menghempaskan tangan Mr. Xandez dengan kasar, "Tanpa anda peringatkan, aku juga tidak akan muncul di hadapan anda. Permisi!" Zahra berbalik arah dan pergi dengan menunjukkan wajah kesal.  “Mulut wanitaku memang pedas. Layak berada disisiku,” gumam Mr. Xandez. "Ikuti dia sampai ke tempat tujuan. Pastikan wanitaku aman atau kepala kalian aku penggal sebagai gantinya!" Perintah Mr. Xandez selepas kepergian Zahra. Ia meneruskan langkahnya menuju pesawat pribadi yang memang sudah siap lepas landas.  “Wanita yang menarik. Kasar dan acuh. Dia bahkan berani bersikap kasar terhadapku. Wanita langka sepertimu, aku pasti akan mendapatkannya.” senyum seringai lagi-lagi menghiasi bibir seksi Mr. Xandez.  Di sisi lain, Zahra mempercepat langkahnya menuju parkiran. Ia teringat dengan Tasya yang sudah janjian ketemuan dengannya di Mall, "Tasya pasti sudah menungguku lama. Padahal aku sudah niat secepatnya keluar dari rumah agar Tasya tidak menunggu lama. Siapa sangka akan menemui kendala aneh seperti ini," gumam Zahra sembari menyetir mobilnya keluar dari bandara.  Sampai di pelataran Mall, Zahra memarkirkan mobilnya, dan bergegas masuk ke dalam Mall. Sembari berjalan menuju tempat pertemuan, Zahra mendial nomor Tasya. "Assalamu'alaikum..” "Wa'alaikumsalam Zahra. Yaa Allah Zahra. Kamu dari mana ajh sih? Aku udah nungguin kamu hampir 45 menit nih. Aku kira kamu kenapa-napa di jalan," Ujar Tasya heboh.  "Maaf deh Sya, tadi di jalan ada sedikit kendala. Aku udah di mall kok. Kamu masih di tempat semula kan?"  "Hum. Tapi aku udah selesai nyari pakaiannya. Kamu lama sih.. Mending kita ketemuan di cafe biasa yah, itu loh yang di lantai 3. Aku tunggu jawaban kamu, kenapa bisa lama sampai kesininya? Soalnya aku nyium-nyium bahan ghibah menarik, nih …" Tawa pecah dari ujung telefon.  "Dasar! Giliran ghibah ajh semangat. Ya udah deh, aku bentar lagi nyampe. Assalamualaikum." Zahra memutus panggilannya dan langsung menuju lantai tiga. Sesampainya di lantai 3, Zahra langsung menuju cafe langganan yang ada di Mall dan melihat Tasya sudah ada disana dengan barang belanjaan yang cukup banyak.  "Zahra, sini. Akhirnya kamu nyampe juga. Aku kira kamu nyasar lagi." Ledek Tasya dengan senyum cengirnya. Ia sudah duduk di salah satu meja dengan minuman di depannya.  "Assalamu'alaikum, Sya. Ah.. Akhirnya aku duduk juga. Pesanin aku minuman dingin dong. Haus nih.." Ujar Zahra. Beberapa kali Zahra menghembuskan napas berat, mengingat kejadian tadi masih membekas di pikiran Zahra. "Bang… pesan minuman yang sama 1 lagi dong." Teriak Tasya sambil melambaikan tangan pada pelayan cafe dan di balas dengan anggukan.  Kini fokus Tasya tujukan pada Zahra. Jujur, Tasya nasih penasaran dengan Zahra yang terlihat ngos-ngosan dan sedikit pucat. Seperti habis melihat hantu terbang, "Zah, Zahra. Kenapa kamu bisa ngos-ngosan gitu sih? Emangnya tadi kenapa kamu bisa sampai telat kesininya? Cerita donk."  "Jadi gini. Sebenarnya tadi tuh aku udah sampai di depan mall. Hanya saja, tiba-tiba ada pria aneh yang mbekap mulut ku," belum selesai Zahra berbicara, Tasya langsung menyela.  "Hah! Di bekap cwok? Seriusan Zah?" Tanya Tasya dengan membelalakkan matanya.  "Sssst… bisa diam nggak?! Jangan bikin heboh deh. Aku kagak lanjut nih ceritanya kalau kamu berisik mulu," Zahra membekap mulut Tasya sembari berbicara dengan berbisik. Dari arah samping pelayan pria datang dan membawakan pesanan Zahra. Sontak Tasya menepis tangan Zahra, "Permisi. Ini pesanan Nona. Silahkan di nikmati." Ucapnya sembari menaruh minuman di meja.  Setelah kepergian pelayan, Tasya kembali berbisik pada Zahra, "Oke lanjut. Kalau mau ngomong jangan setengah-setengah." Zahra pun menceritakan semua kejadian yang terjadi padanya dan pertemuannya dengan pria yang di panggil Mr. Xandez tanpa di lebih-lebih kan.  Tasya yang menyimak sampai selesai semua yang di ceritakan kembali terkejut dengan matanya yang membola menanggapi cerita Zahra. "Seriusan Zah?" Seru Tasya. "Seriuslah. Buat apa sih aku ngarang cerita hal kayak gini. Kurang kerjaan ajh. Sampai sekarang ajh aku masih merinding. Alhamdulillah.. Itu orang masih mau lepasin aku. Liat tatapan tajam sama senyum seringainya ajh udah bisa ketebak. Itu orang kagak baik." Ujar Zahra. Sesekali ia menyesap minumannya untuk kembali menenangkan pikirannya.  "Zah, hal seperti ini, apakah akan kamu ceritain ke tunangan kamu Azka?" Tanya Tasya.  "Entahlah. Menurutku ini bukan hal yang penting, dan juga udah berlalu. Tapi mungkin aku akan ceritain kalau kita bertemu nanti." 'Hm … aku jadi kepikiran. Kira-kira, Azka lagi ngapain yah? Apakah dia sudah terbang ke Inggris? Mengapa aku memikirkan Mas Azka sampai sejauh ini?’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN